Viona merasa heran dengan perubahan sikap suaminya yang bernama Bara. Yang awalnya perhatian dan romantis tapi kini dia berubah menjadi dingin dan cuek. Dia juga jarang menyentuhnya dengan alasan capek setelah seharian kerja di kantor. Di tengah- tengah kegundahan dan kegelisahan hatinya, sang adik ipar yang bernama Brian, pemuda tampan yang tampilannya selalu mempesona masuk ke dalam kehidupan viona dan mengisi hari- harinya yang hampa. Akankah hati Viona akan tergoda dengan adik ipar dan menjalin hubungan terlarang sengannya karena merasa diabaikan oleh sang suami....?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Bekas
Hari ini adalah sidang putusan perceraian Viona dan Bara. Setelah sebelumnya mereka menjalani mediasi sebanyak dua kali namun tidak menemukan titik temu. Hakim tidak bisa mendamaikan mereka berdua. Baik Viona mau pun Bara tetap kekeh dengan pendirian masing- masing, Viona ingin tetap cerai karena merasa diselingkuhi, sedangkan Bara ingin mempertahankan pernikahan tapi tetap mempertahankan selingkuhannya yaitu Karin dengan alasan ada janin miliknya dalam di rahim Karin.
Awalnya persidangan berjalan alot karena dari pihak Viona tidak mempunyai bukti perselingkuhan Brian untuk diperlihatkan kepada hakim sebagai alasan gugatan cerainya. Tapi tanpa diduga bu Yuni pembantu Viona dan juga pak Jaja bersedia menjadi saksi bahwa mereka memang pernah melihat perselingkuhan antara Bara dan Karin.
Ketika Viona sedang berada di kota Malang mereka berdua sering melihat kemesraan antara Bara dan juga Karin di rumah. Bahkan mereka tak canggung untuk berciuman walaupun ada pembantu dan supir mereka yang melihat.
Begitu juga bi Yuni yang setiap malam mendengar suara teriakan keduanya ketika sedang memadu kasih di kamar Viona. Karena merasa tidak tega melihat Viona yang sudah sangat baik pada mereka, dikhianati. Maka bi Yuni dan pak Jaja pun bersedia menjadi saksi dari pihak Viona di pengadilan. Walapun taruhannya mereka harus keluar dan tidak bekerja lagi di rumah Bara. Bagi mereka itu tidak masalah, pekerjaan bisa dicari di tempat lain.
Baik Viona dan Bara keduanya hadir dalam persidangan putusan hakim hari ini. Viona ditemani oleh pengacaranya, begitu juga dengan Bara. Selain dengan pengacara dia juga ditemani oleh Karin dan juga sang mama yaitu nyonya Rika.
Hakim pun membacakan hasil putusan. Dan garis besarnya adalah bahwa hakim mengabulkan gugatan Viona berdasarkan bukti dan saksi yang Viona serahkan pada hakim. Mulai hari ini Viona dan Bara sudah bukan suami istri lagi. Viona sama sekali tidak menuntut harta gono gini karena dia sadar di antara mereka belum ada anak. Walapun sebenarnya Viona berhak untuk mendapatkannya.
Tetapi Bara berkewajiban untuk memberikan Viona nafkah lahir selama masa indah. Viona pun puas dengan hasil putusan tersebut. Senyumnya mengebang mendengar putusan hakim. Begitu pun dengan Karin dan nyonya Rika yang juga puas dengan keputusan sidang. Lain halnya dengan Bara yang terlihat nampak kesal. Bukan seperti ini yang dia inginkan, tapi semuanya sudah diputuskan oleh hakim. Mau mengajukkan banding pun rasanya sulit karena sudah terbukti bahwa semua kesalahan mengarah padanya.
Sebelum keluar dari ruang sidang Bara menghampiri Viona yang didampingi oleh pengacaranya.
"Aku akan lihat bisa apa kamu tanpa aku Viona... " ucap Bara dengan senyum mengejek.
"Kamu hanya lah seorang perempuan lemah yang segalanya hanya mengandalkan suami. Kamu hanya ingin diratukan dan menikmati fasilitas dari suami. Di luar itu kau tidak mampu berbuat apa- apa Viona. Semoga kamu tidak menyesal karena begitu ngotot ingin berpisah dariku...." lanjut Bara.
"Terserah kamu mau ngomong apa tentang aku mas, yang jelas selama manjadi istrimu aku sudah melakukan kewajibanku sebagai istri yang baik semampuku. Tapi kamu sendiri yang menghancurkan pernikahan kita dengan berselingkuh dengan adik kandungku sendiri..." sahut Viona sambil menatap lekat pada Bara.
"Jadi jangan salahkan aku jika aku tidak mau lagi bersama kamu..." lanjut Viona.
"Baiklah kalau begitu, sekarang aku minta balikkan kartu kredit yang sudah pernah aku berikan sama kamu...." ucap Bara sambil menadahkan tangannya di depan Viona.
Viona pun melirik ke pengacaranya. Sang pengacara yang bernama bu Riris pun mengangguk, lalu mengambil sesuatu dari dalam tasnya.
"Ini pak Bara, Bu Viona sudah menyiapkan ini sebelumnya untuk dikembalikan pada pak Bara. Ini ada kartu Kredit dan atm yang dulu pernah pak Bara berikan pada bu Viona..." ucap bu Riris sang pengacara Viona.
Bara pun mengambil kartu kredit dari tangan bu Riris dan memasukkannya ke dalam saku kemejanya.
"Baiklah kalau kamu sadar diri ingin mengembalikan padaku. Dan satu lagi kamu boleh membawa barang- barang kamu dari rumah. Karena rumah itu akan aku tempati bersama Karin. Ingat hanya pakaian saja yang boleh kamu bawa. Barang berharga lainnya seperti perhiasan dan lain- lain kamu tidak boleh membawanya...." ucap Bara dengan menampilkan wajah congkaknya.
"Tidak perlu mas, aku tidak butuh baju- baju itu. Aku tidak menginginkannya lagi. Kalau mau ambil saja baju- baju itu buat istri barumu itu. Bukannya dia menyukai barang bekas...?" sahut Viona.
"Apa maksudmu Viona...?" tanya Bara.
"Iya, Karin menyukai suami bekas aku, siapa tahu dia juga menyukai barang- barang bekasku juga yang lain..." jawab Viona.
"Jaga bicara kamu Viona..." ucap Bara terlihat kesal.
"Bara... Ayo kita pulang... Ngapain sih kamu lama- lama ngomong sama orang yang sudah tidak ada hubungan apa- apa lagi sama kamu, nggak penting banget. Buang- buang waktu tahu nggak...." ucap nyonya Rika menghampiri Bara sambil menggandeng Karin yang perutnya sudah kelihatan buncit.
"Mending kamu cepat- cepat antar Karin ke dokter kandungan, hari ini Karin ada jadwal memeriksakan kandungkan kan...?" sambung nyonya Rika.
"Iya mah, ayo sayang..." sahut Bara sambil menggandeng tangan Karin lalu pergi dari hadapan Viona dan bu Riris.
"Ingat pak Bara, anda masih punya kewajiban memberikan nafkah lahir kepada bu Viona selama masa idah..." ucap bu Riris.
Bara menghentikan langkahnya lalu menoleh ke arah bu Riris.
"Iya, anda tidak perlu khawatir saya akan memenuhi kewajiban saya..." ucap Bara sambil melirik pada Viona. Kemudian Bara dan Karin kembali meneruskan langkahnya.
Sementara itu nyonya Rika yang masih berada di depan Viona menatap Viona kemudian dia tersenyum mengejek kemudian membuang muka dan tanpa berkata apa- apa lagi dia pergi menyusul Bara dan Karin.
Viona menghela nafas lega.
"Bu Riris, terima kasih ya sejauh ini bu Riris sudah membantu mendampingi saya di persidangan...." ucap Viona.
"Sama- sama bu Viona, ini sudah menjadi tugas saya..." sahut bu Riris sambil tersenyum ramah.
Viona dan bu Riris pun lalu meninggalkan ruangan persidangan.
...----------------...
Setelah dari persidangan Viona lalu pergi ke restauran untuk makan siang bersama Brian. Di sini lah mereka berdua sekarang. Mereka menikmati makan siang bersama.
"Apa kakak puas dengan keputusan persidangan hari ini...?" tanya Brian setelah selesai makan siang.
"Tentu saja aku puas Brian, semua berjalan sesuai dengan apa yang aku harapkan. Ini semua tak luput dari kerja keras Bu Riris yang sudah banyak membantuku menghadapi persidangan...." jawab Viona.
"Aku juga berterima kasih sama kamu Brian, kamu sudah banyak membantuku. Aku nggak tahu apa yang akan terjadi padaku kalau kamu tidak membantu..." ucap Viona.
"Aku senang bisa membantu kak Viona..." sahut Brian sambil memegang tangan Viona.
"Sekarang semuanya sudah selesai. Lalu rencana kak Viona selanjutnya apa...?" tanya Brian masih menggenggam tangan Viona.
"Aku ingin cari kerja, Brian...'' jawab Viona.
"Apa...? Cari kerja...?'' tanya Brian.
"Kenapa Brian...? kok kamu kaget dengar aku ingin cari kerja...? Pasti di dalam hati, kamu lagi mentertawakan aku ya...? Mendengar orang seperti aku yang hanya berpendidikan rendah ingin cari kerja...?" tanya Viona terlihat kesal pada Brian.
"Aku tahu Brian aku nggak pernah kuliah, aku hanya orang berpendidikan rendah. Nggak seperti kamu, mas Bara dan Karin yang bisa kerja di kantoran....'' sambung Viona.
"Bu..bukan begitu kak... Kak Viona jangan salah paham dong kak, aku sama sekali tidak berfikir ke arah situ... " sahut Brian.
"Trus kenapa kamu kayak kaget gitu...?" tanya Viona.
"Ya aku nggak nyangka aja kalau kak Viona ingin kerja..." jawab Brian.
"Eh Brian, biar begini aku juga punya pengalaman kerja tahu. Walaupun hanya kerja jadi pelayan di restauran. Kamu pikir aku nggak bisa apa- apa...?" ucap Viona sambil memanyunkan bibirnya.
"Iya..iya kak, kak Viona jangan salah paham terus dong kak, tapi aku kurang setuju kalau kakak kerja. Kakak sudah jadi tanggung jawab aku sekarang. Kakak nggak usah kerja, biar kebutuhan kakak aku yang tanggung semua..." sahut Brian.
"Apa..? Kamu mau menanggung semua kebutuhan hidup aku...?" tanya Viona. Brian pun mengangguk.
"Nggak Brian, aku nggak mau terus bergantung sama kamu. Aku harus mandiri. Aku harus buktikan pada mas Bara dan mereka semua kalau aku bukan perempuan lemah yang bisanya hanya bergantung pada orang lain. Tapi aku juga bisa berdiri di kakiku sendiri...." sambung Viona.
Brian pun tersenyum lalu mengusap tangan Viona.
"Baiklah Kak, kalau maunya kakak seperti itu. Aku akan bantu kakak mendapatkan pekerjaan. ..." ucap Brian. Viona tersenyum.
"Kakak benar, kita jangan mau terus- terusan di ejek dan direndahkan oleh orang lain. Kita harus bangkit dan buktikan pada mereka kalau apa yang mereka katakan itu salah. Aku akan dudung kak Viona. Buktikan ke mereka kak, kalau kakak tidak lemah seperti yang mereka kira..." sambung Brian.
"Kakak juga jangan rendah diri karena kakak tidak berpendidikan tinggi dong kok. Kesuksesan seseorang itu tidak hanya diukur dari tingkat pendidikannya saja. Banyak kok orang yang hanya lulus sd atau smp bahkan tidak sekolah tapi mereka bisa sukses. Semua tergantung dengan kejujuran, kegigihan dan keuletan mereka dalam bekerja...." lanjut Brian.
"Dan tidak sedikit juga orang yang berpendidikan tinggi, hanya menjadi pengangguran karena dia malas, maunya kerja enak, gaji gede, nggak capek. Mana ada pekerjaan seperti itu. Yang namanya orang mau sukses pasti harus mau capek dulu..." ucap Brian.
"Iya Brian..." sahut Viona.
"Oya kak, aku harus kembali ke kantor, kak Viona nggak papa kan kalau pulang sendiri...?" tanya Brian.
"Nggak papa Brian, aku pulang sendiri...." jawab Viona.
Brian pun kembali ke kantor sedangkan Viona sebelum pulang ke apartemen dia mampir ke supermarket untuk membeli bahan makanan . Tadi Brian bilang pulang kerja nanti dia akan mampir ke apartemen. Viona berencana untuk membuat makanan untuk Brian.
Viona pun berbelanja barang- barang yang dia butuhkan. Setelah itu dia kembali ke apartemen.
Sore harinya sekitar pukul lima, Brian sudah pulang ke apartemen . Saat itu Viona sedang sibuk di dapur.
"Kakak lagi masak apa...?" tanya Brian sambil memeluk Viona dari belakang.
"Brian lepaskan tanganmu. Nih cobain makanan buatanku..." ucap Viona lalu menyuapkan dimsum buatannya ke mulut Brian.
"Gimana rasanya..? Enak nggak...?" tanya Viona. Brian pun mengangguk sambil mengacungkan dua jempol.
"Enak banget...'' jawab Brian sambil mengunyah makanannya.
"Beneran...?" tanya Viona.
"Beneran kak ini enak banget. Rasanya tidak kalah dengan yang dijual di restauran.
"Kalau ini, gimana enak nggak...?" tanya Viona kembali menyuapkan makanan ke mulut Brian.
Kali ini dia menyuapkan chiken katsu beserta salad sayur.
"Gimana ...?" tanya Viona.
"Ini juga enak kak, enak banget. Ayamnya masih jusi , pokoknya enak banget, beneran..." jawab Brian.
"Kak, ini bisa dijadikan ide jualan lho kak, tadi kakak bilang mau cari kerja kan...?" tanya Brian. Viona pun mengangguk.
"Dari pada kerja di tempat orang, mending kakak jualan saja. Kakak kan pinter masak. Kenapa keahlian memasak kakak nggak dimanfaatkan untuk jualan makanan..." lanjut Brian.
"Iya sih, tapi kalau jualan itu kan perlu modal yang nggak sedikit, dan juga harus sewa tempat untuk berjualan...." sahut Brian.
"Kakak jangan khawatir soal itu, aku akan menyiapkan semuanya. Yang penting kakak berani dan serius menjalaninya..." ucap Brian.
"Berarti aku merepotkan kamu lagi dong Brian..." ucap Viona.
"Kak, aku sudah ngomong kan sama kakak, kalau kakak itu tanggung jawabku sekarang..." sahut Brian.
"Tapi Brian..."
"Kak, kakak mau jualan nggak...?" tanya Brian.
"I..iya kak.. Aku mau..." jawab Viona.
"Ya udah nanti aku yang urus semuanya. Kakak tinggal pikirkan mau jualan makanan apa...'' ucap Brian.
"Iya Brian..." sahut Viona.
Iya, sebenarnya dari dulu di hati kecil Viona punya cita- cita untuk membuka usaha kuliner. Tapi dia belum memiliki keberanian dan juga modal. Apa lagi setelah menikah dengan Bara, dia tidak mengijinkan Viona mengerjakan apapun. Dia hanya ingin Viona tinggal di rumah menjadi istri yang siap menemani dan melayani suami.
Bersambung...
sukur-sukur kalau kamu hamil anak laki2 yg diinginkan mereka 😏😌
Wah kayaknya Viona hamil nih...