David adalah seorang anak panti asuhan. Ia jatuh hati dengan Kasih yang merupakan putri dari keluarga pemilik rumah panti asuhan tempatnya dibesarkan.
Keluarga Kasih melarang keras hubungan asmara Kasih dengan David.
Setelah melewati manisnya kemesraan dan pahitnya perjuangan. David dan Kasih menjadi pemenang. Selamanya cinta sejati mereka tidak pernah terpisahkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemenangan
Kemarin setelah membeli bunga dari pasar David harus kembali lagi ke mal. Ia lupa membeli senar gitar titipan Rahman. Senar nomor 1 ukuran 010.
David nyaris tertabrak mobil saat menyeberang jalan karena terburu-buru. Untungnya pengemudi yang berada di dalam mobil itu bersikap tenang.
*
Kemarin Kasih dan Erik pergi ke kota besar untuk sekedar berjalan-jalan.
Untuk sementara tidak ada lagi barang-barang bayi yang ingin dibeli oleh Kasih. Di rumahnya sudah penuh dengan barang belanjaan. Banyak yang masih terbungkus.
Hari itu Kasih meminta Erik untuk menemaninya jalan-jalan di taman kota. Erik melihat ada yang aneh dengan gelagat istrinya yang sedang hamil besar itu.
Kasih mendekat kepada pengamen yang sedang bernyanyi. Ia melakukan itu pada semua musisi jalanan yang sedang tampil.
“Apa malam ini kamu ingin kita pergi menonton konser?”, tanya Erik.
“Tidak perlu”,
“Aku hanya ingin mendengar mereka bernyanyi saja”, jawab Kasih.
Sebenarnya Kasih sedang mencari tahu. Apakah ada lagi yang menyanyikan lagu untuknya? Lagu bertema Kasih yang diciptakan khusus untuknya.
Sayangnya di sepanjang jalan taman kota di hari itu tidak ada satu pun pengamen yang menyanyikan lagunya.
Bosan di taman Kasih dan Erik pindah ke mal. Kasih juga ingin makan bakmi kesukaannya.
“Tin!”, Erik membunyikan klakson mobil.
Ada seorang pejalan kaki yang kurang hati-hati saat menyeberang jalan.
“Hampir saja”, kata Erik yang sangat terkejut.
Pejalan kaki itu memberikan isyarat permintaan maaf dengan kedua tangannya. Karena ada Kasih di sampingnya Erik pun harus menahan amarah.
Jika ia sedang sendiri pasti Erik sudah membuka kaca mobil dan memaki-maki orang itu.
“Langsung pulang saja. Aku tidak jadi makan”, tiba-tiba Kasih bilang demikian.
“Kenapa? Apa mau beli untuk dibawa pulang?”, tawar Erik.
“Tiba-tiba selera makanku hilang”,
“Tidak usah, langsung pulang saja sayang”, pinta Kasih.
“Baiklah sayang”, Erik menurut.
*
Dalam perjalanan pulang.
Kasih mengatur mundur tempat duduknya. Ia ingin posisi tubuhnya sedikit merebah.
“Kamu baik-baik saja kan?”, tanya Erik.
“Aku baik-baik saja. Hanya sedikit mengantuk”, kata Kasih.
Kasih mulai berkaca-kaca. Ia pun mulai menangis tanpa bersuara.
Di saat seperti ini yang terbaik yang bisa dilakukan oleh Erik adalah diam. Tangan kirinya menggenggam erat tangan kanan Kasih.
Bisa jadi selama jalan-jalan tadi Kasih melihat sesuatu yang mengingatkannya kembali pada momen-momen bersama David. Hal itu masih saja terjadi meski sudah tidak sesering dulu. Begitulah pikir Erik.
Tapi yang baru saja dialami oleh Kasih lebih dari itu. Nyata.
Ia baru saja melihat David. Suaminya yang sudah dinyatakan mati lebih dari setahun yang lalu. Masih hidup.
Pejalan kaki yang tadi hampir saja tertabrak mobil Erik saat menyeberang jalan adalah David.
Tubuh itu. Wajah itu. Senyum itu. Gerak tangannya. Masih sama.
Orang itu membawa tas punggung. Tas berwarna hitam dengan garis-garis merah.
Tentu saja Kasih sangat mengingatnya. Tas itu adalah hadiah yang ia belikan untuk David setelah suaminya itu berhasil diterima bekerja di perusahaan yang diimpikannya.
Bukankah tas serupa itu tidak hanya ada satu saja?
Hanya satu. Tas yang seperti itu hanya satu saja.
Dengan sebuah gantungan kunci berbahan kayu berbentuk strawberry yang merupakan souvenir ketika mereka datang ke sebuah resepsi pernikahan teman.
Sebagian kelopaknya sudah patah karena David menjatuhkannya.
“Sayang, kita sudah sampai”, kata Erik pelan membangunkan Kasih yang jauh tertidur.
*
Hari ini.
“Apakah Erik sudah berangkat?”, tanya Kasih kepada salah satu pekerja di rumahnya.
“Sudah nyonya. Tuan Erik berangkat pagi seperti biasa”, jawabnya.
Kasih yang baru saja bangun tidur kemudian bersiap-siap.
“Kamu mau kemana?”, tanya ibu melihat Kasih berpakaian begitu rapi.
“Aku mau ziarah ke makam David. Sudah hampir tiga minggu aku tidak ke sana”,
“Apakah ibu kali ini mau ikut denganku?”,
Kasih pura-pura mengajak ibunya. Ibunya pasti menolak. Menjawab ajakannya pun tidak.
“Hati-hati lah kandunganmu sudah besar”, pesan ibu.
“Siapa yang akan mengantarmu? Suruh lah sopir”, pinta ibu.
“Aku akan menyetir sendiri”, jawab Kasih.
Sebetulnya Kasih sudah lama tidak menyetir. Bisa dikatakan ia adalah seorang pemalas kalau disuruh menyetir mobil sendiri. Tapi ia tahu bahwa ia adalah seorang pengemudi yang cukup handal. Ia hanya suka kurang sabar berhadapan dengan macet.
Ibu sama sekali tidak khawatir membiarkan Kasih pergi seorang diri. Ia tahu karakter putrinya yang keras kepala sama sepertinya kalau sudah punya kemauan.
*
Jarak yang harus ditempuh begitu jauh. Lebih jauh lagi ketimbang ke kota besar.
Kasih tiba di tempat pemakaman umum dimana makam David berada. Kali ini ia datang bukan untuk berziarah dan mendoakan suaminya yang dikatakan sudah meninggal.
Kasih tidak datang ke sana seorang diri.
Ia terlebih dahulu menemui petugas makam tempat itu. Kasih berhasil membongkar kebohongan besar kakaknya.
Kebohongan busuk yang sama yang dilakukan oleh Frans kepada David. Memalsukan kematian.
Frans menggunakan karangan cerita yang sama untuk makam palsu David. Kakaknya itu membeli petak tanah untuk makam. Tempat makam yang sudah dibeli dan digali tidak jadi digunakan. Alasannya orang yang meninggal akan di makamkan di tempat pemakaman yang lain.
Kemudian Frans tetap meminta petugas gali kubur untuk membangun makam palsu diatasnya. Berdalih supaya tanah yang sudah dibelinya tidak dicurangi oleh orang lain.
Untuk semakin memantapkan hatinya. Kasih menyuruh para petugas gali kubur di tempat itu untuk menggali makam palsu tersebut.
Dan ternyata benar. Makam itu kosong. Tidak ada orang yang meninggal di dalam tanah kubur tersebut.
David masih hidup.
*
Kasih. Lihatlah dirinya sekarang.
Ia sempat berpikir telah kembali menemukan kebahagiaan. Tapi nyatanya ia justru kembali kepada jerat yang selalu berusaha untuk membunuh harapannya. Yaitu keluarganya sendiri.
Kasih telah kalah. Sebelumnya ia adalah seorang pemenang. Ia bertarung memperjuangkan cintanya melawan keluarganya. Hingga akhirnya bahagia itu datang. Saat ia selalu bersama dengan David.
Rupanya penghalang yang selalu datang untuk memisahkan Kasih dan David belum berhenti meski mereka telah menikah.
Sampai di sini Frans adalah pemenangnya. Kasih yakin ibu dan juga Erik terlibat.
Kasih mengemudi dengan kecepatan tinggi. Ia pulang ke rumah.
Kasih sama sekali tidak ingin bertemu David dengan keadaannya yang sekarang. Jika sampai David mengetahui bahwa ia telah menikah lagi dan akan segera punya anak dari orang lain. Maka pasti David akan sangat sakit.
Kasih juga tidak akan membiarkan Frans, ibunya, dan Erik terus menertawakannya dari belakang karena telah berhasil menipunya selama ini.
Jika sebelumnya Kasih begitu bersemangat menyambut kelahiran buah hatinya. Sekarang ia merasa risih dengan bayi yang masih berada di dalam perutnya. Ia tidak sudi memiliki anak dari Erik.
Kasih memutuskan apa yang terbaik untuknya. Untuknya bisa bertukar tempat dari seorang yang kalah menjadi seorang pemenang. Untuk David.