NovelToon NovelToon
MELINTASI DUA DUNIA

MELINTASI DUA DUNIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Cinta Beda Dunia / Iblis / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:429
Nilai: 5
Nama Author: Putri Karlina

Hai..
Namaku Ziqiesa. kalian bisa memanggilku dengan sebutan,Zi. Aku seorang gadis cantik yang masih erat kasih sayang dari Ayah dan Ibuku. suatu hari aku tersesat ke dunia yang tidak aku ketahui. dan kasih-sayang itu masih sama adanya, tapi seakan terputus karena jarak kami yang tidak dapat di ketahui.

Aku,ingin mengajak kalian untuk ikut menemani perjalanan ini, sampai kembali pada pangkuan Ayah,dan Ibuku. bagaimana? kalian mau kan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Karlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19. Terpengaruh

Keterkejutan dari Graysen dan Judy menciptakan keheningan yang cukup lama. Di antara mereka berdua tidak ada yang ingin memulai membahas pembicaraan yang di ucapkan Zi sebelumnya.

"Kenapa kalian terdiam? Aku yang akan mencari air suci itu." Ucap Zi memecahkan keheningan dengan menatap mereka berdua dengan serius.

"Tidak!" Sarkas Graysen dengan datar dan menatap Zi dengan wajah tenang. Graysen, mengeluarkan beberapa benda berbentuk pil dan itu terlihat sangat pahit sekali.

"Selain dari air suci Jusy juga bisa bangun jika dia meminum obat penawar keabadian ini!" Graysen pandangi Judy yang kini menatapnya dengan mulut yang terbuka ingin membantah, tapi saat Graysen sedikit menggerakkan bibirnya sebagai bentuk tidak mau di bantah Judy kembali mengatupkan mulutnya.

"Kenapa tidak sedari tadi, yang mulia pangeran? Kalau begitu kenapa di tunda lagi,ayo kita sembuhkan,Jusy!" Ajak Zi dengan wajah kembali bersinar. Jika begini ia tidak akan kehilangan nyawa Jusy,kan?

Judy,ingin menahan tangan Graysen yang akan memberikan pil keabadian itu kepada Jusy,tapi langsung di cegah oleh Graysen. "Biarkan saja, Judy. Ini demi kesembuhan Jusy, sebagai tanggung jawab karena aku sudah membuatnya sekarat!" Lirih Graysen berbicara melalui telepati.

•••

Setelah Zi memastikan bahwa Jusy akan baik-baik saja karena pil keabadian itu. Graysen mengantarnya ke dalam ruangan rumah kaca. Lagi pula, perutnya sudah kembali terasa lapar dan butuh untuk segera di atasi.

"Sekarang istirahat lah,Zi! Jangan terlalu banyak aktivitas yang tidak seharusnya kamu lakukan. Kamu akan aman disini. Setelah bangun nanti,Jusy,sudah berada di pojokan ruangan untuk menemanimu." Graysen, mengangkat tubuh Zi ke tempat tidur, menyelimuti tubuh Zi dari kaki hingga ke dadanya, udara dingin di rumah kaca membuat Zi merasa nyaman di bawah selimut tebal yang kini sudah membalut tubuhnya.

Graysen, menyalurkan aliran hangat ke dalam aliran darah,Zi. Seketika Zi merasa begitu mengantuk saat tubuhnya mulai menghangat. "Aku akan kembali setelah mengurus semuanya, Zi. Tidurlah dengan damai." Bisik Graysen, mengusap-usap lembut kelopak mata,Zi, hingga gadis cantik itu tertidur pulas.

"Aku rasa kita butuh air suci itu,Judy. Sudah lama kita mencari tau di mana kita bisa mendapatkan air suci itu. Nyatanya dengan mudahnya gadis kecil itu mengatakan kalau tempatnya di dunia penyihir." Graysen, pandangi Judy yang berdiri di pojokan ruangan.

"Tapi, yang mulia pangeran. Keadaan kita tidak memungkinkan untuk masuk ke dunia mereka." Judy, menyahut dengan penuh pertimbangan.

"Saya akan menyembuhkan kalian, tapi tunggu hingga hari esok. Karena jaringan penyembuhku masih sedikit rusak." Jusy, menyahut,menyela obrolan Graysen dan Judy. perempuan kaku itu sudah bangun dari dua menit yang lalu.

Judy, langsung menghampiri Jusy, memeluk tubuhnya dengan erat. "Jusy? Kau sudah bangun? Terima kasih masih bertahan untukku." Ucapnya dengan nada kekhawatiran.

Secara otomatis Graysen menghilang dari hadapan keduanya, Dia,akan memberikan ruang untuk kakak beradik itu, yang sedari tadi Judy menunggu Jusy dengan cemas.

Zi. Tiba-tiba terbangun saat merasakan usapan lembut dari,Graysen. Pemuda itu langsung menuju ke ruangan rumah kaca untuk menemui Zi,dan membiarkan Judy dan Jusy, menikmati waktu semalam ini.

"Ya-yang mulia panger—"

"Panggil saja namaku seperti sebelumnya, Zi!" Potong Graysen yang kini duduk berjongkok di hadapan Zi yang masih berbaring.

"Baiklah. Kamu ngapain masih disini? Mana Jusy?" memaksa kelopak matanya untuk terbuka lebar, karena rasanya Zi masih mengantuk. Ini masih tengah malam.

Graysen berdecak. "Masih di ruangannya bersama dengan,Judy." Jawabnya singkat.

Zi, memilih duduk dan bersandar pada kepala ranjang. Meraih segelas air minum yang di berikan oleh,Graysen. "Aku ingin tau, dimana kamu mengetahui bahwa tempat air suci itu ada di dunia penyihir?" Tanya Graysen, mengambil gelas Zi yang sudah kosong kemudian menyimpan di atas meja.

"Aku tau itu dari.." Zi terdiam sejenak. "Dari buku di perpustakaan,yang mulia Raja." Ulas Zi tidak berbohong. Lagian untuk apa menyembunyikan hal itu dari Graysen.

"Jadi Ayah membawamu ke ruangannya?" selidik Graysen tidak percaya, karena tidak mungkin Muchen menerima dan membiarkan manusia masuk ke dalam ruangannya, apalagi menjamunya.

Zi, mengangguk. "Tapi air itu hanya untuk cidera bagian Cakra saja kan? Tidak lebih dari pada itu. Dan aku rasa Anda tidak perlu repot-repot untuk mengambilnya ke dunia penyihir, kan?" Zi, memicingkan matanya, jangan-jangan Graysen tergiur untuk mendatangi kawasan berbahaya itu.

"Karena itu aku sangat membutuhkannya." Ucap Graysen,"untuk apa?" penasaran Zi. Graysen menggeleng. "Sudahlah lupakan!" Lalu, merapikan rambut Zi yang mengganggu matanya.

Zi, mengalihkan pandangannya ke arah pojok ruangan. Rasanya,sepi tidak ada Jusy yang menyambut ia saat terbangun dari tidur. Biasanya akan selalu ada perempuan kaku itu yang berdiam diri di sana,sampai sebuah ucapan dari mulut Zi keluar yang di anggap Jusy sebagai perintah, barulah dia akan bergerak dan,ber oh ria,"akhirnya aku bisa bergerak walau hanya sebentar."

Graysen, mengikuti arah pandangan,Zi. "Serindu itu kamu padanya?" Tanyanya dengan nada rendah. Zi membalas dengan anggukan, kemudian tersenyum tipis,"dia perempuan kaku. Tidak banyak bicara, sekali berbicara membuatku merasa ingin marah." Zi, mengeluarkan unek-uneknya.

Graysen, mengusap lembut pucuk kepala,Zi. Yang kini gadis kecil itu sudah kembali memejamkan matanya, setelah bercerita tentang,Jusy. Graysen tidak lagi mengganggunya karena sudah cukup lama menghabiskan waktu bersama dengan,Zi.

"Yang mulia pangeran? Saya sudah bisa menyembuhkan luka di tubuh,Anda." Tiba-tiba Jusy sudah berdiri di pojokan ruangan rumah kaca. kenapa munculnya setelah Zi tertidur? Padahal sedari tadi gadis kecil itu merindukan kehadirannya.

"Baik. Ke ruanganku sekarang!" Graysen melepaskan tangannya dari kepala,Zi. Menatapnya sebentar, kemudian menghilang dari tempatnya duduk.

"Baik, yang mulia pangeran." Jusy menyusul Graysen. Menghilang dari ruangan tersebut dan menuju ruangan yang di maksud oleh si pemuda balok kering.

Zi,membuka matanya setelah Graysen dan Jusy pergi. Gadis itu tidak benar-benar tertidur,ia, hanya berpura-pura saja karena sudah lelah berbicara sedari tadi.

"Aku yang akan mengambilkan air suci itu untukmu, Graysen. Selama ini kalian tidak tau kan dimana letak air suci itu? Tapi aku langsung mengetahuinya setelah diriku melihat sosok penyihir itu." Gumam Zi dalam hatinya. Zi, menyibak selimut dan duduk di sisi ranjang tidurnya sebentar.

"Jusy,sedang mengobati luka yang di dapatkan oleh Graysen,kan? Dan itu pasti cukup lama. Aku,bisa pergi sekarang." Lirih Zi. Berdiri dari duduknya dan melangkah cepat ke arah bingkai pintu yang mengantarnya ke taman rumah kaca.

Zi,berjalan melewati sela-sela batang bunga yang berbaris rapi. Zi, menggunakan penerangan dari kunang-kunang yang menyebar di taman. Mendekati pagar pembatas yang di pasang pelindung transparan.

Zi,bisa memanggil Algeria dari sana dengan panggilan,Ibunda. Tidak lama kemudian Algeria datang untuk menjemputnya.

"Untuk apa kau mendatangiku?" Algeria berucap dengan suara datar dan dingin. Matanya merah menyala seperti akan menerkam Zi saat ini juga.

Zi, menelan ludahnya dengan susah payah. Menghadapi Algeria membuat tenggorokan gadis kecil itu menjadi kering. Udara panas yang terpancar dari sinar tubuh Algeria membuat Zi berkeringat.

"Aku mempunyai berita baru untuk,Ibunda, tentang Graysen." Jawab Zi sedikit kesusahan karena harus menahan panas yang menjalar seketika ke tubuhnya. Wajahnya mulai memerah dengan jantung berdetak kencang.

Algeria, tertawa kecil melihat Zi yang terpengaruh oleh dirinya. "Perkembangan yang bagus. Anak manis!" Algeria, menyentuh pipi Zi yang sedikit memerah dan mengusapnya dengan lembut.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!