Zavian Xanderson, memiliki kepribadian yang dingin, dan tertutup dengan sejuta pesona yang dimiliki.
Alina Angelica Kwelju. Gadis cantik, pintar dan juga kreatif. Gadis yang kerap disapa Alin atau Ina ini memiliki sebuah rahasia besar yang ia simpan bersama keluarganya.
Ini kisah sosok Zavian Xanderson, sang ketua OSIS SMA Rajawali dan bertemu dengan gadis segudang rahasia itu. Penasaran? Yuk baca^^
Jangan menilai sesuatu dari covernya!
Typo bertebaran!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ael, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24
Disisi lain, Ariyan ingin melemparkan bola ke Demian. Tetapi, waktu menunjukkan tinggal sepuluh detik lagi. Belum lagi jika bolanya di dapat oleh Ben, dia harus sedikit berlari dan menghindar dari lawan untuk memasukkan bola ke ring lawan tersebut.
Tidak ada waktu lagi, Ariyan terus maju perlahan dengan tangannya yang masih mendribel. Untuk sesaat pikirannya langsung muncul semua perkataan Zavian Minggu lalu tentang posisi tangan, kaki, dan badan ketika ingin melemparkan bola ke ring. Kemudian, Ariyan mencoba mengambil posisi yang benar.
"Gw percaya Lo bisa, Yan," ucap Zavian dalam hati.
"Ariyan pasti bisa! Gw yakin!" ucap Alfata dalam hati dan mencoba percaya kepada Ariyan.
Sedangkan Bernard, dan Dhika, tangan mereka sudah panas dingin sangking cemasnya. Begitu juga dengan para supporter. Keadaan disana menjadi semakin mencekam. Semua orang menunggu dengan pergerakan yang dilakukan oleh Ariyan..
Ariyan melompat dan melemparkan bola hingga--
3
2
Tuk!
1
GOL!!!
GOLL!
PERTANDINGAN BOLA BASKET HARI INI DIMENANGKAN OLEH SMA ULTRAVIOLET!
Akhirnya, bola itu masuk ke ring lawan dan tim SMA Ultraviolet mendapatkan satu poin. Zavian yang sedari tadi cemas akhirnya ia mulai bisa bernafas lega lagi. Para supporter SMA Ultraviolet saling berpelukan senang. Bahkan, Geng Astro ada yang tantrum sendiri sangking excited sekali, hahaha ....
ARIYAN, LO KEREN BANGET GILA!
KITA MENANG WEEE
ARIYAN, KAMI BANGGA SAMA LO!
GILA, TADI DEG-DEGAN PARAH
IYA NIH, KALO KATA RIYAN TEH 'UNTUNG JANTUNG GW GAK PINDAH KE DENGKUL'
HAHAHA ...
The Dark Wolf yang mendengar perkataan para supporter pun terkekeh. Mereka bahkan tau kata-kata andalannya Ariyan.
Disaat semua orang sedang bahagia, Ariyan membeku ditempat. Ia tidak percaya ternyata bolanya bisa masuk ke ring lawan dan mencetak gol. Memang benar kata Zavian, bahwa dirinya sudah benar ketika mengambil posisi, hanya saja Ariyan masih kurang percaya diri. Ini seperti keajaiban baginya. Bola pertama yang bisa ia masukkan ke ring ternyata langsung ia dapat saat pertandingan.
Nampak Zavian, Alfata, Dhika dan Bernard mendekat ke Ariyan. Mereka saling berpelukan.
"RIYAN! LO KEREN BANGET ANJIR," teriak Dhika yang sangat heboh.
"Akhirnya bro, kita menang." Bernard menepuk pelan bahu Ariyan.
Alfata pun mendekat juga dan berpelukan ke Ariyan. "Gw sempat cemas tadi, tapi akhirnya Lo bisa." Alfa menepuk pelan punggung Ariyan juga sama seperti Ben. Ia sangat bahagia ternyata keputusannya memberi bola ke Riyan tidak salah. "Terimakasih, Bang."
Akib dan Haqi juga turun dari tempat supporter.
"RIYAN!" panggil mereka berdua dengan sedikit berlari. Kemudian mereka bersama-sama memeluk temannya yang masih dengan perasaan campur aduk ini.
"Kami bangga sama Lo, Yan," ucap mereka serempak. Ariyan matanya sudah mulai berembun. Pandangannya kemudian teralihkan ketika Zavian akhirnya sampai dihadapannya karena memang Avin posisinya sangat jauh dari mereka tadi, yaitu didekat ring lawan.
"BOSSS."
Zavian terkekeh, ia kemudian merentangkan tangannya dan Ariyan langsung berhamburan ke pelukan Zavian. Ariyan selama ini ketika susah dalam pelajaran apapun ia selalu belajar dengan Avin. Kadang juga ia belajar bersama Alfa dan Akib, hanya saja cara mereka sangat berbeda dengan yang dilakukan Avin. Jadi, terkadang Ariyan pun kurang paham.
Tapi, jika dengan Zavian, entah kenapa ia langsung bisa mengerti. Walaupun sering salah, Zavian tetap sabar membimbingnya. Ia selama ini menganggap Avin seperti abangnya sendiri, karena meskipun sikapnya sangat bobrok tetapi Avin tidak marah dan bahkan menegurnya dengan benar tanpa keluar hal berbau kasar.
"Hahaha ... Anak didik saya." Zavian menepuk pelan punggung Ariyan. Ia tau, temannya ini sudah menangis sekarang. Padahal Riyan hanya mencetak satu gol saja tapi reaksi mereka seheboh itu, sangat lebay gak sih? Pikir Ariyan dalam hati.
"Padahal gw cuma cetak satu gol saja, gak seperti kalian yang sudah berkali-kali. Tapi reaksi kalian berlebihan sekali, huwa...."
Zavian dan teman-temannya pun terkekeh mendengar penuturan Ariyan. Bagi mereka, ini adalah pencapaian terbesar dari Ariyan, rejan mereka. Karena mereka selama ini melihat Riyan selalu berkecil hati karena tidak bisa mencetak poin atau bola yang selalu ia masukkan ke ring selalu meleset.
Jadi, perlu diapresiasi pencapaian yang dilakukan Ariyan ini.
"Hahaha ... Lo nangis, Yan." Dhika tertawa terbahak-bahak melihat Ariyan menangis.
"Kenapa sih? Emangnya salah? Gak boleh cowok nangis?" tanya Ariyan dengan muka kesalnya.
"Hahaha ... Astaghfirullah. Bukan gak boleh, cuma komuk Lo lucu kalau nanges. Aduh, perut gw." Dhika tiba-tiba mengaduh sakit akibat Ariyan yang dengan gemasnya mencubit perut Deva.
"Rasain!"
"Sudah-sudah. Alhamdulillah, skor kita lebih unggul dari mereka dan sekolah kita yang menang." Akib tiba-tiba membuka suara.
"Jadi, KITA BAKAL DI TRAKTIR SAMA ZAVIAN MALAM INI GUYS! YEAY PARTY!!!" lanjut Akib dengan ekspresi senangnya.
Ariyan, Bernard, Dhika dan Haqi melihat ke Avin dengan tatapan yang masih belum percaya.
"Serius, Bos?" tanya Ariyan, sedangkan Zavian mengangguk menyetujui.
"Iya, silahkan nanti sore kalian pesan makanan dan minuman apapun. Gw yang traktir," jelas Zavian yang sudah tersenyum tipis membuat mereka berempat jingkrak-jingkrak tidak karuan dengan saling berpelukan. Zavian hanya terkekeh melihatnya. Sedangkan Alfata, ia tersenyum tipis sambil berkata dalam hati 'sangat kekanakan sekali'.
"ARIYAN!"
Pandangan Ariyan langsung teralihkan ketika mendengar suara cewek memanggilnya. Nampak Chelsea, Dhara, Jihan dan Khanza sudah turun dari tempat supporter dan berlari ke arahnya. Sedangkan Bela, Alesha dan Alina menyusulnya dari belakang dengan berjalan santai.
"Ngapain kalian ke sini?" tanya Akib yang sudah melayangkan tatapan tajamnya.
"Ya, kami mau kasih selamat ke Ariyan." Jihan merespon pertanyaan Akib dengan matanya yang juga balas menatap tajam Akib. Akib mendengus, kalau sudah Jihan yang menjawab pasti bakal diajak adu mulut. Jadi, karena hari ini sedang berbahagia, ia tidak mau merusak momen ini dengan pertengkarannya bersama Jihan.
"Yan, Lo keren banget," ucap Chelsea, Khanza dan Dhara bersamaan. Mereka terlihat menggoyangkan balon-balon yang mereka pegang dan berlari berputar sekali mengelilingi Ariyan.
"Hahaha ... Lucu banget kalian." Ariyan tidak bisa untuk tidak tertawa melihat tiga temannya Alina yang terlalu senang ini.
"Oh iya, Bang. Tadi kata kalian mau party, ya? Kami ikut ya." Khanza sudah tersenyum manis dan menggandeng tangan Akib berusaha membujuknya supaya disetujui langsung oleh Akib dan teman-temannya.
Akib pun melototkan matanya. Apa-apaan ikut? Padahal mereka ingin menghabiskan waktunya hanya mereka saja kenapa malah rombongan adeknya juga ikutan menuhin pestanya.
"Gak boleh! Party ini hanya khusus laki-laki saja."
"Ayolah ... Kami mau ikut juga," rengek Khanza yang masih bergelayut manja ditangannya Akib. Alina dan yang lainnya tertawa geli melihatnya.
"Gak--"
"Udah, Kib. Mereka boleh pergi." Zavian akhirnya membuka suara. Ia tidak mau ribet, lagian Astrophile juga sudah mulai dekat dengan The Dark Wolf.
"Bos? Lo serius? Biasanya juga Lo anti sama cewek, kenapa malah bawa para kuyang ini juga?"
Krek!
Arghh!
"Kenapa kaki gw Lo pijak, sih? Sakit ini!" kata Akib yang mengaduh sakit. Sedangkan Khanza membuang muka.
"Biarin! Ngomong sekali lagi kami kuyang, kami siram pakai air comberan!" ancam Khanza. Teman-teman mereka pun tertawa terbahak-bahak dengan ancaman Khanza.
...***...
To be continued!