Salwa Nanda Haris, anak sulung dari pasangan Haris dan Raisya. Salwa menolak perjodohannya dengan Tristan, pria yang berstatus duda anak satu.
Awalnya Salwa sangat menolak lamaran tersebut. Ia beralasan tak ingin dibanding-bandingkan dengan mantan istrinya. Padahal saat itu ia belum sama sekali tahu yang namanya Tristan.
Namun pernikahan mereka terpaksa dilakukan secara mendadak lantaran permintaan terakhir dari Papa Tristan yang merupakan sahabat karib dari Haris.
Sebagai seorang anak yang baik, akhirnya Salwa menyetujui pernikahan tersebut.
Hal itu tidak pernah terpikir dalam benak Salwa. Namun ia tidak menyangka, pernikahannya dengan Tristan tidak seburuk yang dia bayangkan. Akhirnya keduanya hidup bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pacaran
Sampai di apartemen, ternyata Khumairah sedang tidur siang. Bu Ratna dan Tita berada di ruang tamu menunggu kedatangan Tristan dan Salwa.
"Kalian sudah makan?"
"Sudah, Mi!"
"Tristan, Ummi sudah sewa apartemen di sebelah untuk kalian. Jadi nanti kalian tidur di sebelah ya!"
"Lho, kami bisa tidur di sini kok, Mi!"
"Jangan! Di sini kamarnya cuma dua! Kamu tahu sendiri, adikmu ini nggak mau kalau tidur sama Ummi!"
"Ya sudah! Apa kata Ummi saja!"
"Barang-barang kalian juga sudah di sana! Biarkan Ira bersama kami! Ini kuncinya!"
"Baiklah, kami ke sebelah dulu, Mi!"
Salwa dan Tristan menuju apartemen di sebelah.
Tidak jauh beda dengan apartemen yang ditemoati Bu Ratna, apartemen Tristan pun memiliki dua kamar, ruang tamu, dapur dan dua kamar mandi.
"Istirahatlah! Nanti malam kita lihat Abi lagi!"
"Iya, Mas!"
Sore harinya, Tristan mengajak Khumairah dan Salwa jalan-jalan. Saat ini mereka sedang berada di Singapira river cruise. Khimairah sangat senang bisa melihat patung singa yang menjadi icone Negara Singapur tersebut. Ia pun meminta Bundanya untuk mengambil beberapa foto mereka di sana. Tristan bukan tidak mampu mengajak putrinya jalan-jalan, tapi tidak ada waktu luang baginya. Ia selalu dimasukkan dengan pekerjaan. Kali ini adalah kesempatan yang bagus untuknya. Selain bisa menjenguk Abinya, ia juga bisa mengajak anak dan istrinya jalan-jalan. Meskipun Tristan tahu Salwa mungkin pernah datang atau sering ke Singapur.
"Maaf ya, aku belum bisa mengajakmu bulan madu!"
"Apaan sih, Mas! Aku tidak mengharapkan itu! Begini saja aku sudah senang! Lihatlah Ira! Senyum di wajahnya tak pudar sejak ia menginjakkan kaki di sini!"
"Iya, anak itu memang jarang sekali aku ajak jalan-jalan! Paling Ummi atau Tita yang bawa dia jalan!"
Waktu hampir maghrib, mereka melanjutkan perjalanan ke rumah sakit. Mereka pun shalat maghrib di maajid dekat rumah sakit.
Pak Ferdi senang karena ia dikunjungi lagi oleh anak dan menantunya. Hampir dua jam mereka di rah sakit. Dan waktu kunjungan pun habis, hanya Bu Ratna yang akan menginap menemani Pak Ferdi.
Tita mengajak Khumairah untuk pulang bersamanya.
"Ra, pulang sama Ammi ya? Bunda sama Abimu masih ada perlu!"
Salwa mengernyitkan dahinya. Ia tidak paham maksud adik iparnya.
"Emangnya Bunda sama Abi mau kemana, Ammi?"
"Ada deh, anak kecil nggak boleh kepo!"
"Mas, emang kita mau ke mana?" Bisik Salwa kepada suaminya.
"Nanti juga kamu tahu!"
Khumairah sedang berpikir, lalu dia manggut-manggut.
"Oh Ira tahu! Pasti Abi dan Bunda mau bikinin Ira adik, iya kan?"
"Hus! Kok bilangnya gitu?"
"Ya kan Nini yang pesan sama Ira! Kalau Ira mau adik, Ira harus biarin Abi sama Bunda berdua terus!"
Oak Ferdi, Bu Ratna, dan Tita menahan senyum. Salwa mendadak salting, sedangkan Tristan hanya bisa geleng-geleng kepala.
Akhirnya Khumairah pulang bersama Tita siantar Pak Danang. Sedangkan Tristan dan Salwa pulang menggunakan mobil rental yang Tristan sewa selama di sana.
"Mas, sebenarnya kita mau kemana?"
"Nanti juga kamu bakal tahu!"
Tidak lama kemudian mobil yang dibawa Tristan masuk ke Salwa parkiran. Di sini Salwa sudah dapat menebak.
"Apa kamu pernah datang ke sini?"
"Tidak, belum pernah kalau ke sini!'
"Ayo masuk! Sekali-sekali kita pacaran!"
Salwa salting mendengar ucapan suaminya.
Saat ini mereka sedang berada di Gardens by the Bay. Gardens by the Bay adalah taman yang menakjubkan di Singapura yang terkenal dengan pohon-pohon supertree yang mengeluarkan cahaya warna-warni di malam hari. Taman ini juga menawarkan pertunjukan cahaya dan suara yang menarik di atas dan di sekitar pohon-pohon supertree.
"Suka?"
"Suka sekali! Kenapa kita tidak bawa Ira ke sini, Mas? Dia pasti senang banget!"
"Kan, aku sudah bilang kita pacaran dulu! Masa pacaran bawa anak?"
"Oh iya! Maaf, aku kan nggak pernah pacaran!"
"Oya?"
"Hu'um."
Tristan menggandeng tangan istrinya kemudian mencium tangan itu. Hati Salwa berbunga-bunga. Ia merasakan hal yang berbeda dari suaminya kali ini. Kanebo keringnya sudah tidak kering lagi. Mereka menikmati indahnya malam di tempat itu.
Pulang dari sana, Tristan mampir di sebuah restoran tepi sungai. Restoran yang mengusung tema out door ini, menyajikan makanan pemandangan sungai dengan hiasan lampu warna warni. Tristan memilih satu meja yang dekat dengan pagar pembatas sungai.
"Coklat hangat dan dessert chesee, apa aku salah pesan?" Tanya Tristan.
"Tidak, aku suka itu!" Salwa tersenyum.
"Selamat menikmati!"
"Terima kasih!"
"Terima kasihnya nanti saja, di kamar!"
Salwa mencerna kata-kata suaminya. Ia mendadak tersedak minuman yang saat ini ia seduh.
"Uhuk uhuk!"
"Pelan-pelan, Sayang!" Tristan berdiri dan mengusap tengkuk istrinya.
Salwa salting karena menjadi pusat perhatian.
"Kamu sih, Mas!"
"Lho memang aku kenapa?"
"Pikiranmu kamar mulu!"
"Ya, kan benar! Kalau ucapin terima kasih di sini, kamu tidak bisa leluasa! Kalau di kamar, kamu bisa ucapin dengan sesuatu...."
"Udah ah, ayo dilanjut makannya!'
Tristan menahan senyumnya. Dipastikan saat ini bibir istrinya sedang manyun di balik cadarnya.
"Sudah larut malam, Mas! Ayo kita pulang, kasihan Ira!"
"Tita sudah chat aku barusan! Ira sudah tidur bersamanya! Mungkin Ira tahu kalau orang tuanya mau membuatkan adik untuknya."
"Mas..."
"Iya, sayang!"
Salwa hanya menggelengkan kepala.
Mereka pun pulang. Saat di perjalanan Salwa tertidur. Tristan berusaha membangunkan istrinya saat sudah sampai di tempat tujuan.
"Ayo bangun! Kalau nggak, aku gendong lho!"
"Euh..."
Salwa mengusap matanya.
"Sudah sampai, Mas?"
"Iya, ayo bangun! Lanjut tidur di kamar!"
"Hu'um."
Mereka pun meninggalkan area parkiran dan naik ke kamar. Dengan setengah kesadaran, Salwa berjalan digandeng suaminya.
"Mas, sepertinya kita salah! Ini bukan apartemen kita!"
"Ah masa sih?"
"Iya, yakin deh! lorongnya tidak seperti ini! Pintunya juga nggak begini."
"Tuan, ini kartu pintu anda!"
"Terima kasih!"
Ceklek
Pintu pun terbuka.
"Mas, kita di mana?"
"Di kamar kita, Sayang!"
Karena penasaran, Salwa masuk ke dalam kamar itu. Kamar dengan bed yang sangat besar dikembalikan kaca yang tembus dengan balkon kamar yang terdapat kolam renang di depannya. Saat ini mereka berada di lantai 10
"Hah, kita di hotel ya?"
"Mungkin!"
"Mas, ngapain kita di sini?"
"Ya tidurlah! Kalau kamu mau ngapa-ngapain juga oke!"
Salwa membuka cadarnya, kemudian jilbabnya.
"Mas, aku nggak bawa baju tidur!"
"Pakai gamisnya saja!"
"Nggak enah, gerah!"
"Ya sudah! Nggak usah pakai baju!"
Tristan pun membuka kaos yang ia pakai.
"Mas kamu mau ngapain?"
Tiba-tiba Tristan menggendobg Salwa dan membawanya nyebut ke kolam renang.
Byuurr...
Salwa memukul dada Tristan berkali-kali.
"Mas, malu ih! Aku nggak pakai jilbab!"
"Ini sudah dini hari! Nggak bakal ada yang lihat!"
Salwa melihat di sekelilingnya. Benar saja kata suaminya. Tidak ada pergerakan sama sekali dari setiap balkon kamar.
Tristan mencipratkan air ke wajah Salwa. Makam ini mereka berenang di bawah rembulan purnama.
Tristan melihat Salwa sudah menggigil kedinginan. Ia pun mengajak Salwa untuk membilas diri di kamar mandi. Tristan pun membukakan gamis Salwa yabg sudah basah kuyup. Saat ini mereka berdua sedang saling mengagumi. Salwa nampak masih malu-malu menutupi kedua aset kembarnya yang membusung indah.
Hasrat Tristan tak dapat ditahan lagi. Celananya sudah mulai sesak. Dengan sekali tarik, b*a yang dipakai Salwa lepas.
"Kita lanjutkan di kasur!" Bisik Tristan.
Setelah membuka segitiga pengaman Salwa, ia pun menggendong Salwa ke tempat tidur. Dan terjadilah apa yang harus terjadi.
Bersambung....
...----------------...
Next ya kak...
Bahasanya Sangat Sempura..
Ceritanya Suka Bgt...👍🏻😍😘
Bagus Baca Ceritanya Si Salwa...😘🤗