Sela sudah jadi janda di usia nya yang baru enam belas tahun karena masalah tentang pesugihan sang Ibu, setelah berusia dua puluh tiga tahun dia malah jatuh cinta pada seorang pria bernama Bara.
Tak lama mereka menikah, namun ada yang aneh saat menikah dan menjalani rumah tangga, sebab Bara selalu pulang menjelang maghrib dan pergi nya shubuh. apa lagi bila malam purnama, maka Bara tak akan pernah ada di rumah.
siapa kah Bara sebenar nya?
apa kah Sela akan mencari tau siapa sosok Bara ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 04. Masuk rumah Sela
Batu yang tadi siang ia dapatkan dari dalam semak sedang di pethatikan dengan seksama, apa bila sedang kena cahaya lampu maka akan lebih terang sekali dan memancarkan cahaya. Sela penasaran sekali dari mana asal batu ini, malah terbersit pula dalam pikiran nya untuk membuat kalung dengan liontin batu cantik ini.
Entah kenapa hati Sela amat tertarik dan tidak mau apa bila melepaskan nya, Amara sudah pulang ketempat kost dan Rosana sudah pulang juga kerumah di kampung. memang kalau datang tidak pernah lama atau menginap, paling datang pagi sampai sore saja, karena jarak juga dekat dan setiap minggu juga datang kesini.
"Kalau di jual tidak mungkin laku juga, mending besok aku ukir untuk gantungan kalung." batin Sela sudah berniat.
Malam ini ia akan tidur sendirian karena Amara sungguh tidak mau tidur di rumah Sela, karena sudah melihat hal yang menurut dia aneh. Amara tetap yakin bahwa malam itu memang dia sedang tidak halusinasi, mata dua yang sangat merah seperti darah, pasti dari mata sesuatu yang amat menyeramkan.
"Kok aku tumben udah ngantuk, apa aku bisa tidur cepat ya?" gumam Sela melihat jam dinding yang besar itu.
Jam dinding menunjukan pukul sebelas malam, menurut Sela itu sudah sangat cepat apa bila mengantuk di jam segitu. kalau pun bisa tidur nanti takut nya hanya akan mimpi buruk saja, semua sudah berlalu tapi bayangan nya masih tetap tidak bisa mau hilang dari mata.
Kantuk nya kali ini sungguh tidak bisa di tahan lagi dan Sela langsung merebahkan diri, hanya dalam hitungan detik sudah tertutup mata janda muda yang sangat cantik ini. sudah dua puluh tiga tahun namun sama sekali tidak ada niat menikah lagi, karena rasa menikah sudah rasakan di usia enam belas tahun.
Wuussssh.
Wuussshhhh.
Angin di luar bertiup kencang seperti akan hujan, namun Sela sama sekali tidak tau akan hal itu karena dia sudah benar benar pulas dalam tidur nya. hal yang sama sekali tidak pernah ia rasakan sebelum nya, selama hampir tujuh tahun lama nya tidak pernah Sela dapat ketenangan saat sedang tidur.
Braaaak.
Pintu rumah terbuka lebar walau tadi sudah di kunci oleh Sela, namun dengan mudah nya terbuka sehingga daun daun kering masuk kedalam rumah. bekas api unggun saat mereka tadi bakar di depan juga tertiup angin, bersama kaki berbulu lebat melangkah masuk kedalam rumah.
"Itu milik ku." desis nya menaiki tangga menuju kamar Sela di atas.
Tapak kaki di lantai meninggalkan darah segar yang agak banyak, dia tetap berjalan keatas dan menemukan Sela yang sedang tertidur pulas di atas kasur.
"Berani sekali kau mengambil milik ku, tapi kenapa kau tidak terluka saat menyentuh nya?" gumam sosok itu menjadi heran.
Batu merah masih ada dalam genggaman nya Sela, dengan cekatan ia ingin mengambil nya karena batu itu memang milik dia. sama sekali tidak ada yang kuat menyentuh nya selama ini, baru Sela yang bisa memegang erat tanpa terluka tangan kecil itu.
"Lepaskan, kenapa tangan kecil mu kuat sekali?" heran nya sambil menatap wajah cantik itu tertidur pulas.
"Dia cantik sekali." batin nya sedikit terpana melihat wajah Sela yang cantik natural.
Batu yang di genggam tetap saja tidak bisa lepas dari tangan Sela walau sudah hampir satu jam lama nya ia berusaha mengambil alih, jari lentik itu seolah sangat kuat menggenggam sehingga batu itu lengket di telapak tangan. mana pria ini pun terpana melihat Sela, jadi tidak fokus mau mengambil batu.
AAAUUUUUUU.
"Hah?!" sosok ini kaget dan segera kabur dari rumah tanpa membawa batu dari tangan Sela.
Pintu rumah juga tertutup rapat lagi seolah sama sekali tidak pernah terbuka sebelum nya, namun bekas daun kering dan juga telapak kaki berdarah masih ada bekas di lantai dan juga anak tangga, sehingga pagi hari pasti bisa Sela lihat.
AAUUUUUUU...
AUUUUUUUU..
Suara serigala yang sedang melolong tinggi membuat siapa pun pasti akan ketakutan, untung nya Sela bisa tidur nyenyak sehingga dia sama sekali tidak mendengar suara itu. kalau bisa dengar maka sudah pasti ia akan takut lagi, karena suara nya yang amat seram apa bila di malam hari.
Wanita yang biasa tidur paling lama satu jam, kini bisa tidur lama padahal sudah hampir dua jam lama nya. akhir nya Sela bisa merasakan tidur walau posisi nya tetap saja kaku seolah sangat tidak luwes mau tidur, memang susah sekali apa bila tidak pernah tidur walau malam hari.
...****************...
Amara memperhatikan foto foto yang tadi di ambil oleh Sela, di perhatikan semua nya karena memang sangat bagus. bahkan saat di buat story langsung banyak yang bertanya itu di daerah mana, karena mereka memang tidak pernah tau rumah nya Sela, cuma Amara saja yang di bawa kesana.
"Eh apa ini?" Amara memperhatikan nya dengan seksama.
"Apa, Ra?" Celin bertanya karena Amara kelihatan kaget.
"Coba kamu lihat ini, memang kelihatan hewan atau cuma perasaan ku saja." Amara memberikan ponsel nya.
"Mana sih, pemandangan nya bagus banget!" Celin malah fokus dengan pemandangan nya yang sangat adem dan bagus sekali.
"Yang di balik pohon ini, kau perhatikan dan zoom." Amara sudah takut karena firasat nya memang tidak bagus.
Celin memperhatikan nya dengan seksama agar bisa melihat apa yang Amara maksud, memang benar saja bahwa itu kelihatan seperti hewan yang sedang memperhatikan Amara di balik pohon. cuma gambar nya samar, mungkin. Saja pas mau kefoto dia langsung lari.
"Anjing enggak sih ini?" Celin masih memperhatikan.
"Masa sih anjing, aku kok merasa nya ini hewan besar." Amara tidak percaya.
"Memang terlalu besar kalau ini anjing, atau ini sejenis husky kali." Celin sama sekali tidak berpikir aneh aneh karena dia memang tidak melihat langsung.
"Mungkin kah itu siluman anjing mata merah?" tebak Amara.
"Hahahaaaa...." Celin malah terbahak bahak di buat nya.
"Aku serius, sialan!" kesal Amara melihat respon teman nya.
"Otak mu itu kenapa sih? maka nya jadi orang tuh jangan penakut, biar enggak apa apa di sangkut kan sama siluman!" Celin tidak percaya dengan hal seperti itu.
"Masih ada hal seperti itu, kau saja yang tidak percaya." ketus Amara.
"Ah iya lah, itu siluman anjing yang akan mengikuti mu lalu menikahi mu." Celin masih saja tertawa.
Sedangkan Amara sudah sangat kesal akan respon teman nya, padahal malam itu Amara memang melihat mata merah di dalam semak, lalu sekarang muncul pula sesuatu mirip anjing di foto nya, cuma buram saja sehingga tidak bisa di pastikan itu apa, mau diskusi dengan teman pun respon nya malah mengejek.