AREA DEWASA!!
Empat tahun menduda pada akhirnya Wira menikah juga dengan seorang gadis yang bernama Mawar. Gadis yang tidak sengaja Wira tabrak beberapa waktu yang lalu.
Namun, di balik pernikahan Wira dan Mawar ada seorang perempuan yang tidak terima atas pernikahan mereka. Namanya Farah, mantan karyawan dan juga teman dari almarhum istri Wira yang bernama Dania. Empat tahun menunggu Wira pada akhirnya Farah lelah lalu menyerah.
Tidak berhenti sampai di sini, kehidupan masa lalu Wira kembali terusik dengan kehadiran iparnya yang bernama Widya, adik dari almarhum Dania. Masalah yang sudah terkubur lama namun nyatanya kembali terbuka semua kebenarannya setelah kehadiran Widya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 05
Wira balik lagi ke kontrakan lama Mawar, membuat bu Wati kebingungan.
"Em, ada apa lagi ya mas?"
"Anu bu, kalau tempat kerja Mawar di mana ya?" tanya Wira berharap jika kali ini dirinya bisa menemukan Mawar.
"Aduh, maaf mas ibu gak tahu. Mawar juga gak pernah cerita dia kerja di mana. Tahunya ya cuma kerja di cafe aja!"
Wira langsung melengos, masa iya pria ini harus mencari Mawar ke cafe di seluruh kota ini.
"Oh, ya udah bu. Makasih ya!" ucap Wira kemudian pergi.
Wira yang tidak menemukan keberadaan Mawar pada akhirnya memutuskan untuk pergi ke kantornya.
"Kok tumben sih masuk siang?" tanya Farah, Sekretaris Wira yang sudah bekerja selama tujuh tahun.
"Ada urusan tadi...!" jawab Wira lesu.
"Urusan apa?" tanya Farah yang sangat ingin tahu.
"Kerjakan saja pekerjaan mu!" seru Wira langsung masuk ke dalam ruangannya.
Farah menghentakkan kakinya kesal dengan sikap dingin Wira.
"Aneh, sejak Dania meninggal bukannya makin terbuka malah semakin dingin," gerutu Farah.
Sementara itu, Mawar yang bekerja seperti biasanya cukup kelelahan hari ini karena pengunjung sangat ramai apa pagi cafe ini memiliki dua lantai.
"Kalau capek istirahat, jangan di paksain. Masih ada yang lain!" ucap Genta.
"Namanya juga kerja, capek itu resiko. Kalau gak mau capek ya gak usah kerja," sahut Mawar.
"Oh ya, aku mau kasih tahu kamu kalau bulan depan aku akan berhenti bekerja," kata Genta membuat Mawar terkejut.
"Loh, kenapa?"
"Aku harus pulang kampung, kakak ku akan segera menikah," jawab Genta membuat Mawar sedih.
"Cuma nikah, kenapa gak balik lagi aja?"
"Kalau aku balik lagi, gak ada yang jaga ibu ku. Setelah menikah, kakak akan ikut suaminya," jelas Genta semakin membuat Mawar sedih.
"Aku gak punya teman lagi dong?"
"Jangan sedih, sampai kapan pun kita akan tetap berteman!" ujar Genta memberi semangat pada Mawar.
Sudahlah, hilang sudah semangat Mawar hari ini. Sesekali Mawar melirik jam dinding karena gadis ini ingin cepat-cepat pulang. Mawar ingin pergi ke makam adiknya.
"Mau aku antar gak?" tawar Genta.
"Gak usah, kamu pasti capek!" tolak Mawar, "aku pulang duluan ya."
Mawar menunggu angkutan umum, gadis ini tidak langsung pulang melainkan pergi ke makam sang adik. Tidak ada lagi tempat bercerita rasa lelah dan keluh kesah setelah kepergian adiknya. Teman dekat juga hanya Genta yang paling mengerti dengan keadaannya.
"Berhenti pak...!" perintah Wira tiba-tiba.
Mobil berhenti tepat di tengah jalan.
"Ada apa Wira?" tanya Farah bingung.
Klakson dari mobil belakang membuat Wira tidak jadi keluar, sang supir melanjutkan kembali laju mobilnya.
"Aku yakin itu Mawar yang naik angkot tadi," ucap Wira tanpa sadar.
"Mawar siapa sih?" tanya Farah semakin penasaran.
"Ah, gak ada!" seru Wira yang tidak ingin memberitahu Farah.
"Mawar siapa? aku yakin Wira sedang dekat dengan perempuan lain!" batin Farah mulai merasa cemburu. Bukannya apa, sejak empat tahun yang lalu Farah sudah berusaha memikat hati Wira. Jika dulu Farah akan mengalah atas pernikahan Wira dan Dania, namun sekarang wanita ini tidak akan pernah menyerah untuk mendapatkan Wira.
Ternyata Farah ikut pulang ke rumah Wira atas permintaan sang mamah. Sudah biasa seperti ini, Asti sangat sering meminta Farah untuk datang ke rumahnya.
"Loh Wira, kamu mau kemana lagi nak?" tanya Asti yang melihat Wira begitu acuh pada Farah.
"Ya mau mandi lah mah, gerah nih!" jawab Wira.
"Oh, ya sudah!" seru Asti.
Farah yang di izinkan mandi di kamar tamu merasa sangat senang.
"Tidak apa-apa jika hari ini aku mandi di kamar tamu. Besok-besok aku akan mandi berdua dengan Wira di kamar kami," ucap Farah yang terus berkhayal.
Menjelang makan malam, Farah dan Asti sudah asyik mengobrol di meja makan sedangkan Wira belum turun juga. Entah apa yang di lakukan Wira di dalam kamarnya, sejak pulang tadi belum juga keluar.
Tak berapa lama, Wira turun dengan pakaian yang sudah rapi.
"Loh Wira, kamu mau kemana?" tanya Asti bingung.
"Wira mau pergi mah," jawab Wira membuat Asti langsung mengerutkan keningnya karena Wira biasanya tidak seperti ini.
"Kita akan makan malam bersama Farah. Kenapa kamu malah pergi?" protes Asti.
"Yang ingin makan malam bersama Farah kan mamah bukan Wira!" sahut Wira lagi membuat hati Farah langsung dongkol.
"Terus, yang nganter aku pulang nanti siapa? masa aku menginap di sin...!" tanya Farah yang sebenarnya penuh harap bisa menginap di rumah Wira.
"Gak ada, kamu nanti pulang di antar supir!" jawab Wira kemudian pergi begitu saja.
Ingin sekali Farah protes dan marah namun wanita mencoba menahan emosinya karena dirinya harus terlihat anggun dan lembut di depan mamah Wira.
"Maafin Wira ya...!" ucap Asti merasa tidak enak hati pada Farah.
"Gak apa-apa kok tante, udah biasa!" sahut Farah dengan memaksa senyumnya.
Selesai makan malam Farah langsung pulang di antar supir. Sedangkan Wira yang masih sibuk memutari jalanan bingung tidak ada tujuan.
Wira mencoba menghubungi temannya lalu mereka janjian bertemu di cafe. Wira sudah menunggu teman sambil menikmati secangkir cappuccino.
"Udah lama?"
"Eh, Bayu. Baru aja!" jawab Wira dengan wajah lesu.
"Kenapa tu muka? kusut amat!"
"Malas di rumah, gak ada tujuan jadi maaf merepotkan mu!"
"Ada Farah lagi?" tebak Bayu.
"Tahu sendiri, malas kalau ada dia. Pasti tebar pesona!"
"Kenapa gak di pecat aja? kan beres!"
"Masalahnya, atas dasar apa aku memecat dia sedangkan pekerjaannya sangat rapi?"
"Ribet amat hidup duda satu ini, kalau gak gitu ya udah nikahin aja!"
"Jijik ah, meskipun aku seorang duda aku juga pilih-pilih kali. Masa iya aku nikah dengan perempuan yang suka celup sana sini," ujar Wira membuat Bayu tertawa.
"Di pikir teh celup apa?"
"Ngomong-ngomong, cafe milik istri mu ramai juga," kata Wira sambil melihat-lihat.
"Itu namanya rezeki, malam ini gratis buat tuan Wira," sahut Bayu.
"Yang mau bayar siapa?"
"Sialan!" umpat Bayu membuat Wira tertawa.
Beda lagi dengan Mawar yang sudah berlayar ke pulau kapuk. Pulang dari makam adiknya, Mawar langsung pergi mandi dan makan malam kemudian langsung istirahat karena tubuhnya benar-benar lelah.
Ada satu hal yang membuat Mawar sedih, jika setiap pulang kerja Mawar selalu membawa makanan atau camilan untuk Andini. Namun sekarang tidak lagi, Mawar lebih memilih menabung uangnya.
Sedangkan Farah, baru saja tiba di rumahnya wanita ini langsung ganti pakaian dan pergi kembali.Seperti biasa, wanita ini sangat hobby keluar masuk ke club malam.