NovelToon NovelToon
Membuang Suami Sampah

Membuang Suami Sampah

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita
Popularitas:31.6k
Nilai: 5
Nama Author: Lily Dekranasda

Jessy, 30th seorang wanita jenius ber-IQ tinggi, hidup dalam kemewahan meski jarang keluar rumah. Lima tahun lalu, ia menikah dengan Bram, pria sederhana yang awalnya terlihat baik, namun selalu membenarkan keluarganya. Selama lima tahun, Jessy mengabdi tanpa dihargai, terutama karena belum dikaruniai anak.

Hingga suatu hari, Bram membawa pulang seorang wanita, mengaku sebagai sepupu jauh. Namun, kenyataannya, wanita itu adalah gundiknya, dan keluarganya mengetahui semuanya. Pengkhianatan itu berujung tragis—Jessy kecelakaan hingga tewas.

Namun takdir memberinya kesempatan kedua. Ia terbangun beberapa bulan sebelum kematiannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Omelan Di Pagi Hari

Pagi baru saja dimulai, tapi suasana rumah sudah dipenuhi suara omelan. Mama Ella dan Molly sibuk mengeluh di ruang makan.

"Rumah ini jadi nggak keurus sudah dua hari! Biasanya makanan sudah siap pagi-pagi, sekarang malah nggak ada apa-apa!" Mama Ella berseru sambil melipat tangan di dada.

"Iya, Ma! Jadi kita harus makan apa? Masa kita harus masak sendiri? Aku kan gak bisa masak? Pagi ini juga mau berangkat sekolah." Molly menimpali dengan nada manja, seolah memasak adalah hal yang mustahil baginya.

Bram yang baru saja turun dari kamar menatap ibunya dan adiknya dengan wajah datar. Ia masih kesal dengan mereka, terlebih setelah apa yang terjadi dengan Jessy beberapa hari terakhir.

"Kenapa ribut pagi-pagi?" tanya Bram dingin.

"Ya jelas ribut! Istrimu tuh, ke mana? Biasanya dia yang urus semuanya!" Mama Ella menunjuk ke arah kamar Jessy dengan ekspresi tidak suka.

Bram menghela napas panjang. "Jessy masih istirahat, Ma. Dia baru keluar dari rumah sakit. Biarkan dia tidur lebih lama."

Mama Ella mendengus. "Halah, sakit perut aja lebay banget! Sekarang udah di rumah malah malas-malasan!"

Molly ikut menyahut. "Iya, Ma! Makanya, kan. Kita ini butuh sarapan! Kalau dia nggak mau urus rumah, buat apa jadi istri kakak?"

Bram berusaha menahan emosi. "Kalau kalian lapar, kenapa nggak masak sendiri? Atau pesan makanan? Bukankah selama Jessy dirumah sakit, kita masih bisa makan."

Mama Ella melotot. "Bram! Kamu membela perempuan itu lagi? Kamu lebih memilih dia daripada keluargamu sendiri?"

Di dalam kamar, Jessy yang sudah terbangun sejak tadi hanya bisa menutup telinganya dengan bantal. Ia muak mendengar Mama Ella dan Molly terus mengeluh seakan-akan dirinya adalah seorang pelayan.

Hatinya semakin mantap. Jika begini terus, tidak ada alasan baginya untuk bertahan lebih lama dalam pernikahan ini.

Setelah mendengar ibunya dan Molly terus mengomel, Bram menghela napas panjang. Ia merasa tidak nyaman dengan situasi ini, apalagi setelah apa yang terjadi antara dirinya dan Jessy tadi malam. Dengan berat hati, ia akhirnya berkata,

"Ma, Molly, aku akan bicara dengan Jessy dulu. Jangan ribut terus, ya."

Mama Ella mendengus, tetapi mengibaskan tangan. "Terserah kamu. Kalau dia masih malas-malasan, jangan salahkan kami kalau makin kesal!"

Tanpa membalas, Bram segera menuju kamar. Ia membuka pintu dan melihat Jessy masih berbaring di tempat tidur dengan mata tertutup, tapi ia tahu istrinya tidak benar-benar tidur.

"Sayang…," Bram memanggil pelan, mendekati ranjang.

Jessy tetap diam, tidak berniat menanggapi.

Bram duduk di tepi ranjang dan menyentuh lengan Jessy dengan lembut. "Aku minta maaf, ya. Aku tahu aku kurang perhatian ke kamu akhir-akhir ini. Aku juga nggak sempat jenguk kamu di rumah sakit. Aku nyesel."

Jessy membuka matanya perlahan, menatap suaminya dengan ekspresi kosong.

"Oh, udah sadar kalau aku sakit?" tanyanya dingin.

Bram mengangguk. "Iya, aku sadar. Makanya aku minta maaf. Aku bakal perbaiki semuanya."

Jessy menghela napas panjang. Ada bagian kecil dalam hatinya yang ingin percaya, tapi semua kejadian belakangan ini terlalu menyakitkan.

Namun, sebelum ia sempat berbicara, Bram malah berkata,

"Tapi, kenapa sih kamu nggak masak seperti biasa?"

Jessy sontak menoleh, menatap Bram dengan tatapan tajam seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

"Apa?" suaranya hampir berbisik, tapi penuh kemarahan yang tertahan.

Bram tidak menyadari kesalahannya dan melanjutkan, "Ya, kan Mama dan Molly jadi ribut pagi-pagi. Biasanya kamu selalu siapin sarapan. Aku pikir kamu udah baikan."

Jessy tertawa miris. "Kamu minta maaf, lalu langsung menuntut aku untuk tetap menjalankan tugasku sebagai istri yang harus masak, nyiapin semuanya, dan mengurus rumah ini sendirian?"

Bram mengerutkan kening. "Bukan gitu, Sayang. Aku cuma tanya, kenapa nggak seperti biasa?"

Jessy menegakkan tubuhnya, menatap Bram dengan dingin.

"Bram, aku baru keluar dari rumah sakit. Aku masih capek, aku masih butuh istirahat. Tapi, yang kamu pikirin pertama kali adalah makanan buat keluargamu? Bukan kesehatan aku?"

Bram tersentak. Ia baru sadar bagaimana kata-katanya terdengar. "Aku nggak maksud kayak gitu…"

"Tapi kamu mengatakannya," potong Jessy cepat. "Dan itu cukup menunjukkan prioritasmu, Bram. Aku ini istri kamu, atau cuma pembantu buat keluargamu?"

Bram terdiam. Ia ingin membela diri, tapi tidak ada kata-kata yang bisa membantunya keluar dari situasi ini.

"Kamu punya uang, Bram. Sewa saja pembantu. Aku sudah nggak mau ngapa-ngapain di rumah ini," kata Jessy dingin.

Bram menatap istrinya dengan terkejut. "Jessy, kamu ngomong apa sih? Kamu serius?"

Jessy menegakkan tubuhnya, menatap Bram dengan tatapan lelah. "Iya, aku serius. Aku capek, Bram. Dari awal aku menikah sama kamu, aku harus berusaha menyenangkan keluargamu. Aku harus masak, ngurus rumah, ngurus segala hal. Tapi, pas aku sakit? Kalian malah mempermasalahkan aku nggak masak?"

Bram mengusap wajahnya dengan frustrasi. "Aku nggak bermaksud nyalahin kamu. Aku cuma kaget aja, biasanya kamu selalu urus semuanya."

Jessy tertawa kecil, tapi tidak ada kebahagiaan dalam tawanya. "Nah, itu masalahnya, Bram. Kamu terbiasa aku selalu ada. Kamu dan keluargamu pikir aku akan terus bertahan tanpa dihargai."

Bram terdiam. Ia tidak bisa membantah karena, dalam hati, ia tahu Jessy benar.

"Aku nggak mau jadi pembantu di rumah ini, Bram. Aku istri kamu, bukan orang yang harus nurutin semua perintah keluargamu," lanjut Jessy.

Bram terdiam.

"Aku nggak mau jadi pembantu di rumah ini, Bram. Aku istri kamu, bukan orang yang harus nurutin semua perintah keluargamu," lanjut Jessy.

Bram menatap istrinya, lalu menghela napas panjang. "Jessy, aku ngerti kamu capek. Aku ngerti aku salah. Tapi tolong, jangan ngomong gini. Aku nggak mau kehilangan kamu."

Jessy menatapnya lama, lalu menggeleng pelan. "Bram, kamu nggak pernah benar-benar takut kehilangan aku. Kalau kamu takut, kamu nggak akan memperlakukan aku seperti ini sejak awal."

Bram tidak bisa menjawab.

Sementara itu, di lantai bawah, Fina datang dengan senyum manisnya yang pura-pura. Seolah-olah tidak ada masalah, ia langsung masuk ke ruang makan, di mana Mama Ella dan Molly masih mengomel soal sarapan yang belum siap.

"Aduh, Tante, Kak Molly, kenapa sih pagi-pagi udah ribut?" kata Fina dengan nada lembut, pura-pura prihatin.

Mama Ella mendesah kesal. "Ya gimana nggak ribut, Fina? Biasanya Jessy yang masak, tapi sekarang dia malah malas-malasan di kamar!"

Fina menutup mulutnya dengan tangan, seakan terkejut. "Ih, masa sih? mbak Jessy nggak masak? Padahal kasihan mas Bram, berangkat kerja, pasti butuh sarapan."

Molly mendengus. "Makanya! Nggak ngerti lagi deh sama kak Jessy. Maunya enaknya sendiri."

Fina menghela napas seolah-olah ikut prihatin. "Ya udah, kalau gitu aku aja deh yang pesenin makanan online lagi. Dari kemarin juga kan aku yang sering beliin makanan buat Tante dan Molly waktu mbak Jessy di rumah sakit."

Mama Ella langsung tersenyum puas. "Nah, ini baru anak baik. Nggak kayak si Jessy itu, nggak tahu diri!"

Fina tersenyum dalam hati.

1
Tiara Bella
bentar lg Bram balasan dr Jessi..
mama
setelah itu rmh tangga mu ancur bram,. tak ada ampun untuk manusia macam km
Ayu Septiani
waaah.... panas panas😄😄😄 author nih untung banget updatenya pas waktu buka puasa 😄😄😄😄
stela aza
menjijikan 2 manusia terkutuk 😂
karina
up lagi thor semangat
vj'z tri
PD mu kebablasan Ferguso 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
karina
up lagi thor
Skins12
upnya di banyakin dong... 😁
Ayu Septiani
betul Ella... menantumu dalam fase muak dengan perilaku kalian
Kamiem sag
ya menantumu itu sdg kesurupan kesadaran bu Ella
Etty Rohaeti
lanjut kk
Tiara Bella
lanjut
karina
semangat up lagi thor
Ayu Septiani
kakak Chika mungkin sudah memendam suka pada Jessy sejak lama. hingga mendengar Jessy ingin bercerai dia langsung bersemangat membantu Jessy
Benjut D
baru mampir langsung sula
Upi Raswan
ketahuan,, keliatan banget jason emang suka sama jessy,, pas denger jessy mau cerai aja kayak kaget kaget suka gituuu hihi
anna
🥰🥰🥰
Tiara Bella
Bram gk bakalan mw dia cerai
xenovia putri
.bneran ganti jdi pov mc kah..
.mengecewakan
Diyah Pamungkas Sari
"...selagi niatmu masih kuat!..." ngabrut sm cika, suka tipe begini ceplas ceplos 🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!