Alya dan Randy telah bersahabat sejak kecil, namun perjodohan yang diatur oleh kedua orang tua mereka demi kepentingan bisnis membuat hubungan mereka menjadi rumit. Bagi Alya, Randy hanyalah sahabat, tidak lebih. Sedangkan Randy, yang telah lama menyimpan perasaan untuk Alya, memilih untuk mengalah dan meyakinkan orang tuanya membatalkan perjodohan itu demi kebahagiaan Alya.
Di tengah kebingungannya. Alya bertemu dengan seorang pria misterius di teras cafe. Dingin, keras, dan penuh teka-teki, justru menarik Alya ke dalam pesonanya. Meski tampak acuh, Alya tidak menyerah mendekatinya. Namun, dia tidak tahu bahwa laki-laki itu menyimpan masa lalu kelam yang bisa menghancurkannya.
Sementara itu, Randy yang kini menjadi CEO perusahaan keluarganya, mulai tertarik pada seorang wanita sederhana bernama Nadine, seorang cleaning service di kantornya. Nadine memiliki pesona lembut dan penuh rahasia.
Apakah mereka bisa melawan takdir, atau justru takdir yang akan menghancurkan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sorekelabu [A], isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 Kunjungan Tak Terduga
Bab 10: Kunjungan Tak Terduga
Alya baru saja sampai di apartemennya ketika suara ketukan keras di pintu membuatnya terlonjak kaget. Siapa yang datang malam-malam begini? Dengan sedikit menghela napas, ia berjalan ke pintu dan membukanya.
Matanya membelalak saat melihat sosok wanita dengan penampilan elegan dan ekspresi tajam berdiri di depannya.
Laras. Mamanya.
Tanpa permisi, Laras langsung melangkah masuk, mengamati sekeliling apartemen dengan ekspresi dingin.
"Kenapa telepon Mama tidak kamu angkat?" suaranya terdengar tegas, penuh wibawa seperti biasa.
Alya menutup pintu, menatap ibunya dengan jengkel. “Handphone aku mati, Ma. Ini juga aku baru sampai dari kampus.”
Laras melipat tangannya di depan dada. “Mama sudah bicarakan soal hubungan kamu dengan Randy. Kalian sudah pacaran?”
Alya mengerjapkan mata, lalu menatap mamanya dengan geram. “Ma, kita hanya sebatas sahabat. Nggak ada rasa cinta sedikit pun.”
Laras mengangkat alis, seolah tidak percaya. “Kamu yakin? Randy tidak memiliki perasaan?”
Alya menarik napas dalam, mencoba menahan amarahnya. “Aku yakin. Dan Mama nggak usah nyuruh aku berhubungan sama Randy.”
“Kenapa?” nada suara Laras semakin tajam. “Apa kamu menyukai laki-laki lain?”
Alya mengalihkan pandangannya, tidak ingin menjawab.
“Itu bukan urusan Mama.”
Dan jawaban itu jelas membuat Laras semakin marah.
"Alya! Jangan membantah Mama!" suara Laras meninggi. "Ini demi masa depan kamu. Randy itu dari keluarga yang sepadan sama kita!"
Alya mengepalkan tangan, menahan kesal. “Ma, Alya sudah bilang, kita cuma sahabat. Tidak lebih.”
“Kamu yang bakal jadi penerus perusahaan Mama, Alya!”
Mata Alya semakin panas mendengar ucapan itu. Dari dulu, semua yang Mamanya lakukan selalu tentang bisnis, tentang keluarga, tentang kepentingan. Tidak pernah tentang perasaan Alya.
“Jangan sampai kamu menggagalkan rencana Mama!”
Setelah berkata demikian, Laras berbalik dan pergi dari apartemen dengan langkah cepat.
Alya hanya bisa berdiri di tempatnya, tangannya mengepal kuat. Lalu, ia mengacak rambutnya dengan frustasi dan berteriak keras, melampiaskan kekesalannya yang selama ini tertahan.
Kenapa hidupnya harus selalu dikendalikan?
***
Setelah Laras pergi, Alya jatuh terduduk di sofa. Napasnya masih berat, emosinya belum mereda.
Kenapa Mama selalu memaksakan kehendak? Kenapa semua harus tentang perusahaan dan bisnis? Kenapa kebahagiaannya sendiri tidak pernah dianggap penting?
Alya tahu bahwa ia adalah pewaris utama perusahaan Mamanya. Sejak kecil, Laras sudah menanamkan ambisi dalam dirinya—bahwa Alya harus kuat, harus berwibawa, harus menjadi pemimpin.
Tapi satu hal yang tidak pernah Mamanya tanyakan adalah…
Apakah Alya menginginkannya?
Apakah Alya bahagia?
Air mata mulai menggenang di sudut matanya. Ia lelah.
Tidak hanya tentang perusahaan, tapi juga tentang perjodohan dengan Randy.
Alya menyayangi Randy. Tapi tidak lebih dari seorang sahabat. Tidak peduli seberapa sempurna Randy di mata orang lain, hati Alya tidak bisa dipaksakan.
Ia menghembuskan napas panjang. Lalu kenapa Mama sangat ngotot menjodohkannya dengan Randy?
Alya tahu jawabannya.
Ini tentang kekuasaan.
Perusahaan keluarganya akan semakin besar jika bersatu dengan keluarga Randy. Itu saja.
Alya menggigit bibirnya, menahan isakannya sendiri.
Hidupnya seperti tidak memiliki pilihan.
**
Tanpa sadar, pikirannya melayang pada seseorang.
Calvin.
Alya tersenyum tipis, meski hatinya masih berantakan.
Pria itu… unik. Tidak seperti pria lain yang selalu berusaha mendekatinya, Calvin justru dingin, tertutup, dan sulit ditebak.
Mungkin itulah yang membuat Alya tertarik.
Karena Calvin tidak seperti orang-orang yang berusaha mengatur hidupnya.
Saat bersama Calvin, Alya merasa seolah ia memiliki kendali atas apa yang ia inginkan. Tidak ada paksaan, tidak ada ekspektasi. Hanya ada rasa penasaran yang membuatnya ingin mengenalnya lebih dalam.
Tapi… apakah ia bisa mendekati Calvin lebih jauh?
Alya menggeleng. Calvin bukan orang yang mudah didekati.
Tapi Alya bukan tipe yang mudah menyerah.
Ia akan tetap mencoba.
Karena untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Alya ingin memilih jalannya sendiri.
Bukan jalan yang sudah ditentukan oleh orang lain.
Bukan jalan yang dipaksakan oleh Mamanya.
Tapi jalannya sendiri.