Alletta And 3 CEO

"Anggap aja ini sebagai bentuk permintaan maaf dari saya karena sudah bersikap kasar sama kamu," kata Keandra.

Alletta menghela nafas berat. "Tapi ini kebanyakan, Pak..."

"Nggak papa, buat stok."

"Setengahnya Bapak bawa pulang aja gimana?"

"Gak, Alle. Semuanya buat kamu."

Pada akhirnya Alletta mengangguk pasrah. "Makasih banyak ya, Pak."

Keandra mengangguk. "Kalau gitu saya pulang sekarang. Jangan nerima tamu kalau malam-malam," peringat Keandra.

"Iya, Pak. Makasih ya sekali lagi," balas Alletta sambil sedikit membungkuk.

Keandra menepuk-nepuk puncak kepala Alletta sambil tersenyum tipis.

"Kalau ada apa-apa hubungi saya aja, jangan yang lain."

Lagi-lagi Alletta mengangguk. Keandra pun segera pergi dari apartemen Alletta. Sedangkan Alletta langsung mengunci pintu, dia mau menyusun bahan-bahan tadi.

Keandra juga sempat mengajaknya makan di luar, jadi Alletta tidak perlu makan malam lagi.

****

"Masih ingat rumah kamu?"

Keandra menoleh saat mendengar suara cinta pertamanya. Sahara Mahadewi, ibunda tercinta nya Keandra. Wanita yang masih terlihat awet muda di usianya yang sudah lebih setengah abad.

Keandra menghampiri mamanya dan mencium tangannya, lalu memeluknya juga.

"Sibuk, Ma."

"Iya, sibuk aja terus. Mama berasa gak punya anak kalau begini. Punya anak satu, kerjaannya keluyuran terus!" Sahara membuang muka, tak ingin menatap anaknya.

"Bukan keluyuran, aku kerja. Kan papa yang suruh," balas Keandra. Dia menggiring ibunya untuk duduk di sofa.

"Kerja sih kerja, tapi ingat rumah juga dong! Kamu gak tau apa, setiap malam Mama mikirin kamu terus! Kamu tuh kalau udah fokus kerja, pasti lupa semuanya!"

"Mulai besok aku pulang ke sini kalau begitu," ucap Keandra pada akhirnya.

"Kalau pulang ke sini, kamu harus kenalkan pacar kamu sama Mama. Ya?" Sahara menatap Keandra dengan tatapan penuh harap.

"Tuh kan, Mama pasti ada maunya." Keandra berdecak. "Aku sibuk kerja, mana sempat cari pacar?"

"Kamu udah tua, Kean. Mau jadi perjaka tua ya kamu?" cibir Sahara. Dia kesal sekali pada Keandra yang tidak pernah mengenalkan seorang gadis padanya. Hidup anaknya ini terlalu monoton.

"26 tahun masih muda, Ma."

"Bulan depan kamu 27, Kean!" kesal Sahara. Dulu saja dia menikah umur 24 tahun. Dan sekarang umur Keandra sudah 27 tapi belum menikah juga!

Keandra menghela nafas berat. Dia menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa sambil memejamkan mata.

"Mama gak mau tau, kamu harus kenalin calon mantu Mama secepatnya!"

"Kenapa, Ma?" Seorang pria paruh baya baru saja keluar dari ruang kerja dan menghampiri istri dan anaknya.

Giandra Arjuna Agnibrata, laki-laki yang tak lain adalah ayah Keandra. Ibaratnya, Keandra itu adalah Giandra waktu muda. Pahatan wajah mereka sangat mirip. Sahara hanya dapat hikmahnya saja saat mengandung dan melahirkan Keandra.

"Kean tuh, gak mau cari pasangan hidup. Umurnya udah tua juga!" Sahara mengadu pada suaminya.

Giandra merangkul sang istri dan menatap Keandra dengan remeh. "Kalau kamu gak cepat nikah, kamu gak bisa begini, Kean." Pria paruh baya itu mencium pipi Sahara.

Keandra berdecak kesal. Papa dan mamanya sama saja, sama-sama membuatnya kesal. Keandra memilih beranjak dari sana.

"Eh mau ke mana?! Mama belum selesai ngomong, Kean!"

"Capek, aku mau istirahat." Keandra terus melangkah menaiki tangga tanpa menghiraukan kedua orangtuanya yang lanjut bermesraan.

****

Karena sudah ditraktir belanjaan oleh Keandra, Alletta pun berinisiatif membuatkan makanan untuk bosnya itu.

Rantang susun 4 sudah Alletta sediakan. Ini masih jam 5 pagi, dia berangkat kerja pukul 8. Dengan telaten Alletta mulai membuatkan makanan yang sederhana untuk Keandra. Sengaja tidak membuat makanan mewah agar Keandra terbiasa makan makanan khas Indonesia seperti ini.

Selain membuat lauk dan sayur, Alletta juga membuat kue stroberi sebagai pelengkap.

Selama bekerja dengan Keandra, baru kali ini Alletta berani memberi bekal pada bosnya itu. Semoga saja Keandra menyukainya.

2 menu dan juga nasi putih sudah Alletta susun di rantang. Dan di tingkat terakhir, Alletta memasukkan kue kukus tadi serapi mungkin. Tepat pukul 7, semuanya sudah selesai. Gadis itu tersenyum melihat masakannya, dia tidak sabar memberikannya pada Keandra.

Alletta mandi lebih dulu lalu sarapan, tak lupa dia membawa sandwich untuk teman-temannya dan juga dirinya.

Setelah semuanya selesai, Alletta segera berangkat ke kantor, hari ini dia ingin jalan kaki. Lagi pula matahari tidak terlalu terik.

Tepat saat Alletta memasuki gerbang kantor, Keyla pun baru turun dari taksi. Gadis dengan rambut sebahu itu segera menghampiri Alletta.

"Morning, Letta!" seru Keyla antusias.

"Pagi," balas Alletta seraya tersenyum.

"Apaan tuh?" Pandangan Keyla beralih pada tote bag yang dibawa Alletta.

"O-oh, ini ... " Alletta menggantung ucapannya mencari jawaban yang tepat. "Ini bekal buat Pak Kean, kemarin dia antar aku pulang. Sebagai ucapan terimakasih aja."

Keyla mengangguk paham. Namun, sedetik kemudian dia tersenyum penuh arti. "Kamu suka sama Pak Kean?"

Alletta melotot mendengar pertanyaan Keyla. Gadis itu reflek menghentikan langkahnya, begitupun dengan Keyla.

"Ngaco kamu, Key!" balas Alletta. Dia menghela nafas kasar. "Buang jauh-jauh pikiran kaya gitu. Mana mungkin aku suka sama bos sendiri?"

"Ya siapa tau aja kan? Secara nih ya, kalian itu kemana-mana berdua. Makan siang aja Pak Kean minta temani kamu. Kalau gak kamu yang suka Pak Kean, berarti Pak Kean yang suka kamu, Ta."

"Ssttt, apa sih?!" Alletta mencubit lengan Keyla. Gadis itu merapatkan tubuhnya pada Keyla seraya melirik sekitar mereka, takut-takut ada yang dengar ucapan Keyla tadi.

Keyla meringis merasakan cubitan Alletta.

"Diem, deh! Kamu ini gak tau tempat banget!" Buru-buru Alletta menarik Keyla masuk ke dalam lift.

****

Keandra memijat pangkal hidungnya. Dia baru saja menandatangi kontrak kerja sama dengan klien yang ada di luar kota. Otomatis mulai sekarang Keandra tidak bisa leha-leha lagi. Klien nya juga mengundangnya untuk berkunjung ke perusahaan yang ada di sana. Keandra segera menelpon Jovandra untuk segera ke ruangannya.

Tak lama kemudian, Jovandra datang.

"Ada yang bisa saya bantu, Pak?"

"Atur jadwal saya untuk berangkat ke luar kota. Pak Willie mengajak saya bertemu di rumah beliau."

Jovandra menyalakan tablet nya dan mulai melihat jadwal Keandra untuk beberapa hari kedepan.

"Baik, saya sudah mengatur jadwalnya. Minggu depan, Anda bisa menuju ke kediaman Pak Willie," ujar Jovandra.

Keandra mengangguk paham. "Bagus. Kamu boleh keluar dan suruh Alletta membuatkan kopi untuk saya. Tidak pakai lama."

Jovandra membungkuk tanda hormat. "Baik, Pak."

Setelah Jovandra keluar, Keandra langsung menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi. Pria itu memejamkan matanya sejenak, tapi tiba-tiba wajah menggemaskan Alletta lewat dalam benaknya, sontak saja Keandra tersenyum geli.

"Dia selalu berlarian dipikiran saya," gumam Keandra.

Detik itu juga, Keandra seketika membuka matanya. Pria itu menerawang ke depan sana, lagi-lagi senyumnya terbit. Ini bukan senyum geli, melainkan senyum miring yang terlihat penuh kemenangan.

Tok tok tok

"Masuk." Keandra tau itu Alletta.

"Kopinya, Pak," ucap Alletta sambil meletakkan secangkir kopi milik Keandra.

"Sebentar, Pak. Nanti saya balik lagi," lanjut Alletta, lalu dia buru-buru keluar dari sana.

Keandra mengerutkan keningnya. Dia mengendikkan bahu dan memilih menyeruput kopi buatan Alletta.

"Masih sama," gumamnya seraya tersenyum.

"Permisi, Pak." Alletta kembali dengan membawa sesuatu di tangannya.

"Tutup pintunya," titah Keandra.

"E-eh?" Alletta mengerjapkan matanya. Kok ditutup? Kan dia mau keluar.

"Tutup, Alle."

Alletta pun menurutinya. Dengan ragu gadis itu menutup pintu dan kembali menghadap Keandra.

"Apa itu?" Keandra menunjuk sesuatu yang dipegang Alletta.

"Ah iya!" Alletta meletakkannya ke atas meja kerja Keandra. "Saya bikin bekal buat Pak Kean, sebagai ucapan terimakasih saya karena Bapak udah traktir saya belanjaan kemarin."

Keandra tampak tertarik. Pria itu berjalan ke sofa, sedangkan Alletta bingung harus apa, dan saat Keandra menyuruhnya mendekat, Alletta segera membawa rantang nya ke sofa dan duduk di samping Keandra.

"Tangan saya pegal, bisa kamu suapi?"

Alletta menelan ludahnya dengan kasar. Apa? Suapi? Sejak kapan Keandra jadi manja seperti ini.

"T-tapi, Pak. Saya ..."

"Kamu mau nolak? Mau saya pecat, heh?"

Alletta menghela nafas berat. Terpaksa gadis itu menuruti Keandra.

"Kamu masak apa?"

"Ayam kecap asam manis, sepesial resep dari ibu saya. Sayur nya ada tumis buncis aja, sih. Terus saya juga bikinin Bapak kue kukus stroberi," jelas Alletta seraya menyusun rantang nya satu persatu agar Keandra dapat melihatnya.

Melihat saja Keandra sudah ngiler. Pria itu terlihat tak sabar menunggu Alletta menyuapi.

"Meskipun sederhana, saya yakin Bapak suka." Alletta tersenyum. Dia memotong daging ayam dan mulai menyuapkan nya pada Keandra setelah ia campur dengan nasi dan sayur.

Keandra diam mengunyah makanannya sambil berpikir, sedangkan Alletta menunggu reaksi pria itu.

"Gimana, Pak?" tanya Alletta setelah Keandra menelan makanannya.

Keandra tersenyum tipis. "Enak, saya suka."

Alletta langsung tersenyum lega. "Syukur deh kalau Bapak suka."

Keandra mengangguk, dia membuka mulutnya lagi siap menerima suapan Alletta.

Alletta terkekeh kecil melihat Keandra. Dengan telaten gadis itu menyuapi sang bos yang sedang menjelma jadi bayi besar.

"Alletta."

"Hm?"

"Jadi pacar saya, mau?"

Uhuk uhuk!

bersambung...

Hampir 3 hari aku gak update, ya? Hp aku masuk bengkel hueeeee:(((

sempet panik karena hp aku di reset, aku pikir ga bisa login ke akun ini, tapi Alhamdulillah nya bisa hehehe. jangan lupa like nya yaaa-,