Mistis dan hal ghoib bagi Nayla hanyalah mitos sebelum dia mengalami kejadian yang membuatnya terpaksa mempercayai hal-hal yang berbau suprantural itu setelah mengalaminya sendiri.
Meninggal akibat konspirasi suami dan kakak angkatnya, Nayla hidup kembali ditubuh seorang gadis dengan nama yang sama dengannya yang memang telah disiapkan untuknya.
Siapakah orang yang sengaja membangkitkan jiwa Nayla?
Mampukah Nayla membalaskan dendam dan menguak teka-teki kehidupannya?
Penasaran...
Ikuti kisah Nayla dalam membalas dendam yang sarat akan hal mistis dan ghoib, yang tentunya sangat menegangkan dan membuat jantung kita berdegub kencang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KADO PERNIKAHAN PART 1
Gisel yang telah menghabiskan malam panas penuh gairah bersama Lucas, bangun dengan senyum lebar dan wajah berseri-seri.
Tak ingin mengecewakan suaminya dihari pertama menjadi istri sah Lucas, setelah bangun dari tidur, Giselpun segera mandi dan menyiapkan sarapan untuk sang suami.
Setelah mandi dan berganti pakaian, sambil menunggu nasi matang, Gisel keluar untuk membeli ayam dan beberapa macam sayur untuk dia masak sebagai sarapan pagi ini.
Begitu dia membuka pintu, Gisel terkejut melihat kado yang dibungkus kertas warna pink dan diberi pita, sangat cantik.
“Kado? Dari siapa?”, gumannya penasaran.
Meski penasaran, namun karena matahari sudah hampir tinggi, Giselpun meletakkan kado tersebut didalam rumah dan bergegas pergi ke tukang sayur yang mangkal tak jauh dari rumahnya untuk membuat sarapan agar sang suami tak sampai terlambat datang kekantor.
Setelah berbelanja, Gisel segera membersihkan ayam, membumbuhinya dan menggorengnya.
Selain membuat ayam goreng, Gisel juga membuat capcay sebagai teman sarapan pagi hari ini.
Sambil menunggu masakan matang, Giselpun membangunkan sang suami agar segera mandi setelah dia melihat jam sudah menunjukkan angka tujuh.
Cup...
"Sayang,ayo bangun”, ucapnya sambil memberikan kecupan diseluruh wajah, membuat Lucaspun terkikik pelan.
“Iya istriku, aku bangun sekarang”, jawabnya sambil membalas kecupan istrinya di bibir sang istri.
Dipanggil istri, membuat wajah Gisel bersemu merah dan diapun segera berlari menuju dapur sambil menangkup wajahnya yang terasa sangat panas.
“Jadi begini ya rasanya menjadi seorang istri”, batinnya bahagia.
Setelah menata semua masakan diatas meja makan, Gisel masuk kedalam kamar untuk menyiapkan pakaian yang akan dikenakan suaminya kekantor hari ini.
Begitu beres, sambil menunggu Lucas selesai mandi, Gisel yang sudah sangat penasaran sejak tadi pun perlahan mengambil kado yang dia dapatkan didepan pintu tadi dan membukanya.
Untuk menambah kesan greget, Nayla membungkus kado kedalam kotak-kotak sehingga bentuknya sangat besar.
“Kenapa banyak sekali kotaknya”, guman Giusel menggerutu.
Meski sedikit kesal karena sedari tadi dia terus merobek bungkus kado yang nyatanya terus berisi kotak, namun karena rasa penasaran yang tinggi, diapun menahannya dan terus membuka hingga tiba pada kotak terakhir.
Ada secarik kertas didepan bungkus kado, membuat kening Gisel mengernyit dalam.
“Apa maksdunya ini? siapa sebenarnya yang telah mengirim kado ini untukku”, guman Gisel sedikit was-was.
Perlahan, dia mulai merobek bungkus kado dan melihat kotak hitam berukuran 20x20 cm didalamnya.
Menggunakan pisau yang dibawanya, Gisel berhasil membelah selotip yang menutup rapat kotak.
“Aaargggh! ”, teriaknya histeris.
Gisel membuang replika jantung yang terus berdenyut dan mengeluarkan darah tersebut dengan kedua mata melotot ketakutan.
Lucas yang baru saja masuk kedalam kamar dan hendak menggunakan baju bergegas keluar setelah mendengar teriakan Gisel.
Melihat kedua tangan Gisel berdarah dan bau anyir menyebar diudara, kepanikan melanda diri Lucas.
“Ada apa? Kenapa tanganmu berdarah? bagian mana yang luka? ”, tanyanya penuh kekhawatiran.
Setelah membolak -balik kedua tangan Gisel namun tak menemukan satupun luka membuat Lucas menyatukan dua alisnya dengan heran.
ketika Lucas hendak membuka mulut, dengan sorot mata ketakutan, Gisel segera mencengkeram lengan sang suami dengan erat.
“It-itu...jantung Nayla”, ucap Gisel sambil menunjuk replika jantung yang terlihat berdenyut tak jauh dari tempatnya duduk.
Lucas mengikuti arah jari telunjuk Gisel dan kedua matanya langsung terbelalak sempurna, bayangan jantung Nayla yang dikeluarkan oleh dokter dalam mimpinya kembali terlintas, membuat tubuhnya spontan bergerak mundur dan bergetar hebat.
Serangan panik dalam diri Lucas meningkat hingga dia tanpa sadar menghempaskan tangan Gisel yang sedari mencengkeramnya erat dan berjalan sempoyongan menuju kamar, untuk mengambil obatnya agar bisa tenang kembali.
Gisel yang tak tahu jika Lucas terserang gejala panik merasa kecewa karena menganggap jika suaminya itu meninggalkan dirinya begitu saja, tanpa berusaha menenangkannya seperti biasa yang pernah dia lakukan.
Setelah mengambil botol pil dalam tas kerjanya, Lucas segera meminumnya kemudian menekuk lututnya dan menenggelamkan kepala diantara dua kakinya disamping ranjang, berusaha meredakan rasa panik yang melanda.
Melihat jantung penuh darah didepannya masih berdenyut, Gisel yang kehilangan tenaga terpaksa berjalan ngesot untuk bisa sampai kedalam kamarnya karena kedua kakinya sudah menjadi jeli sehingga tak kuat untuk berdiri.
Kunti yang ditugaskan untuk menyempurnakan kado pernikahan yang diberikan oleh Nayla pun mulai memainkan perannya.
Karena sering berada didamping Nayla, kini kekuatan Kunti sudah hampir sempurna sehingga dia bisa menampakkan diri dihadapan manusia meski tak terlalu lama.
“Gisel....”, panggilnya.
Mendengar namanya dipanggil, Gisel menoleh, sosok Nayla yang menangis darah sambil memegang jantung penuh darah, membuat tubuh Gisel menggingil ketakutan.
“Mas...tolong aku...”, teriaknya panik.
Lucas yang masih sibuk bergulat dengan pemikirannya, tentu saja tak mendengar teriakan Gisel dan masih setia diposisinya, duduk bersandar di tepi ranjang dengan kepala masih terbenam diantara dua kakinya yang diteguk kearah dada.
Melihat Gisel ketakutan hingga mengompol, Kunti menahan rasa ingin tertawanya dan terus menjalankan aksinya.
“Kembalikan jantungku! Kembalikan jantungku Gisel!”, teriaknya penuh amarah.
Gisel yang tubuhnya membeku ketakutan, tak bisa bergerak dan lidahnya keluh sehingga suara yang ada ditenggorokan terasa tersangkut, tak bisa dia keluarkan, membuatnya seperti orang gagu.
Crashhh!
Darah muncrat kemana-mana begitu jantung yang ada ditangan Nayla meledak. Gisel yang ketakutan langsung jatuh pingsan dengan wajah dan pakaian penuh darah.
“Ya...pingsan!”, ucap Kunti tak senang.
Padahal, Kunti masih ingin bermain-main dengan Gisel, tapi apalah daya, nyali wanita dihadapanya itu tak terlalu kuat sehingga langsung jatuh tak sadarkan diri sebelum dia menunjukkan seluruh aktingnya.
Lima belas menit telah berlalu, Lucas yang sudah mulai bisa menenangkan diri pun mulai bangkit dan segera keluar dari dalam kamar.
Melihat istrinya pingsan dengan wajah dan pakaian penuh darah, Lucaspun segera membopongnya masuk kedalam kamar dan membersihkan wajah dan telapak tangan Gisel yang penuh dengan darah dengan handuk basah bersih serta mengganti pakaian yang dikenakan dengan yang baru.
Sambil menunggu pembantu yang selama ini membersihkan rumah dan menemani sang istri ketika dia sedang bekerja, Lucaspun membersihkan darah yang terciprat di tembok dan mengotori karpet yang ada diruang tamu.
“Kurasa, aku harus membeli karpet baru sekarang”, gumannya pelan.
Untung saja cat tembok rumah tersebut merupakan cat yang bisa dengan mudah dia hapus menggunakan lap basah ketika terkena noda.
Sementara karpet yang terkena darah, dia gulung dan letakkan digudang, yang akan dia bawa ke laundry nanti sehabis pulang kerja.
Melihat Gisel masih belum juga sadar, Lucas yang perutnya terasa lapar pun segera berjalan menuju meja makan dan menyantap habis masakan yang dibuat istrinya pagi ini dengna lahap agar dia bisa memiliki tenaga untuk rapat dengan para pemegang saham dan anggota direksi pagi ini.
Lucas yang telah selesai makan, segera bersiap untuk pergi kekantor agar tak terlambat meeting dan menyerahkan Gisel kepada bi Wati yang sudah datang kerumah.
“Bi, nanti jika ada apa-apa dengan nyonya, bibi bisa telepon atau mengirim pesan ke saya ya”, ucap Lucas berpesan sebelum berangkat.
“Baik tuan”, jawab bi Wati patuh.
Bi Wati pun segera mencuci piring dan gelas kotor yang baru saja dipergunakan oleh Lucas dan lanjut menyapu dan mengepel lantai ketika dia melihat jika Gisel masih belum sadarkan diri.