Qianlu adalah putri dari sebuah keluarga jenderal terpandang. Namun sayangnya hidupnya tidak bahagia, akibat dia sendiri, datangnya seorang selir dan juga anak nya membuat ibu nya tersingkir dan mengakibatkan sikapnya menjadi arogan.
"Jika seandainya aku bisa memutar waktu kembali, maka aku tidak mau menjadi seperti ini...." ujarnya ditengah ambang kematian.
"Dimana aku...."
"Qian! Lihatlah ayahmu sudah kembali!"
"Aku menjadi kecil?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nilam Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akhir dan Mulai
Jun Hui menatap benci wanita itu. Meskipun wanita itu membesarkan dirinya, tapi apakah itu tulus? Atau ada sesuatu dibaliknya.
"Jun Hui.... Aku ibumu, kau bicara seperti itu padaku? Pada ibumu ini?"
"Jika kau membenci ibuku, kenapa kau menyayangi ku?"
"Karena kau mirip dengan Hui Ying!" Sontak Ling Hua tersadar kalau itu ada pertanyaan jebakan. Senyum miring langsung tercetak di wajah Jun Hui.
"Tentu saja aku menyayangimu!" Ucap nya kembali meyakinkan, tapi tentunya Jun Hui tidak percaya.
"Sekarang aku tau jawabannya. Jika seandainya aku mewarisi wajah ibuku Ling Zhi....."
"Aku akan membunuhmu sebelum kau besar! Aku membencinya! Aku sangat membencinya! Kenapa semuanya hanya peduli padanya? Aku.... Aku yang sangat mencintai ayah mu! Aku! Tapi Ling Zhi yang mendapatkan nya! Aku yang seperti putri sungguhan penuh kelembutan untuk mendampingi ayahmu, tapi dia justru memilih wanita yang ingin setara dengan seorang pria! Kenapa!" Ling Hua berteriak histeris.
"Aku berpikir, kau sangat tulus membesarkan ku. Tapi hanya karena rupa dari ayahku saja. Aku tidak menyangka ini...." Jun Hui tertawa sumbang.
'Bagaimana kakak? Dia tidak menganggap mu ibunya. Nyatanya putraku tau siapa ibunya, usaha mu hanya sia-sia, sayang sekali.' Ling Hua seolah melihat ejekan yang diberikan Ling Zhi kepadanya dibalik tubuh Jun Hui.
"Pergi! Pergi kau! Aku bilang pergi! Aku akan menghabisi mu kembali!"
'Ayo habisi aku lagi.... Nyatanya matamu akan melihat diriku dimana-mana....'
"Tuan!" Panggil Wang dengan rasa terkejut bukan main. Begitu juga dengan Jun Hui karena Ling Hua memukul-mukul wajahnya dengan tangannya yang sedang dirantai sembari berteriak-teriak seperti orang kesetanan.
"Pergi dari penglihatan ku! Ling Zhi! Pergi!"
Sungguh cairan merah itu menghiasi wajahnya dengan bibirnya yang terus bergumam. Jun Hui merasa itu adalah karma dari apa yang ia lakukan. Apakah memang ada ibunya? Atau halusinasi dari pendosa itu?
"Astaga!!" Teriak seorang pelayan yang ingin menyampaikan berita, dia begitu shock melihat Ling Hua yang menusuk dirinya sendiri dengan hiasan rambut nya. Dan tak lama terjatuh dengan kematian yang menghampiri nya.
"Tuan, itu......"
"Dia tiada, aku tidak perlu melakukan apapun Wang. Dia tiada.... Dengan begitu mengenaskan." Ucap Jun Hui tanpa rasa kasihan. Seolah hatinya menjadi batu untuk itu, kasih sayang palsu menyakiti kebaikan hatinya.
"Apa selanjutnya tuan?" Tanya Wang.
"Kau yang urus! Aku tidak ingin mengurus nya! Dan aku tidak peduli dengan apa yang dikatakan oleh masyarakat, karena ini adalah kejahatan.... Sebelum matahari terbenam, aku ingin ini selesai, terserah! Kau apakan dia!"
"Baik Tuan." Ucap Wang dan pelayan yang pingsan itu langsung diurus.
"Ayah!"
"Ibu, ayah sudah datang! Ayah, ibu sudah sadar!" Ucap Qian melihat kedatangan ayahnya.
"Suamiku...."
"Sudah, jangan banyak bergerak dulu." Ucap Jun Hui, dia mengelus lembut tangan istrinya.
"Maafkan aku.... Aku terlambat melindungi mu." Yeong menggeleng.
"Itu bukan salahmu, siapapun tidak akan menduga akan itu." Ucap Yeong.
"Apa masih sakit?"
"Sedikit.... Tapi melihat kehadiran mu dan anak-anak, aku merasa lebih baik." Jun Hui memeluk tubuh istrinya dari samping dan mengecup kening istrinya.
"Kejadian itu tidak akan terjadi lagi."
"Apa yang terjadi? Apa yang kau lakukan pada ibu....."
"Dia bukan ibu mertua mu. Dia wanita yang jahat, aku merasa putri kita tidak salah mengatakannya saat itu. Apa kau tau... Kau tau Yeong..." Jun Hui sudah merasakan dadanya yang sesak sebelum bercerita.
"Dia..... Dia yang menghabisi ibu ku..... Dia menghabisi nya karena rasa iri dan obsesinya pada ayahku." Jun Hui menceritakan segalanya pada keluarga kecilnya.
'Pantas saja.... Ternyata dia bukan nenekku. Dia sudah tiada dengan keadaan yang sepatutnya. Syukurlah! Sekarang, aku perlu mengubah kehidupan dewasa ku!'
"Istirahatlah, aku akan mengirimkan pesan kepada kerajaan Xang kalau kita tidak bisa hadir."
"Jangan!" Larang Yeong.
"Kau sedang sakit Yeong, kita tidak pergi."
"Jangan, tidak baik menolak undangan. Aku baik-baik saja, kau bisa pergi, ajak Qian dan Yong Zheng...."
"Tidak Bu! Aku mau menemani ibu, biar ayah dan Qian yang pergi."
"Kalian ini kenapa? Ayah tidak akan pergi....."
"Pergilah, apa yang akan dikatakan oleh mereka nanti. Sangat jarang, kita diundang langsung tanpa perantara kekaisaran. Sekalian, bawalah oleh-oleh makanan dari kerajaan Xang. Disana mereka juga terkenal dengan kain sutra mereka." Jelas Yeong.
"Aku sungguh-sungguh....." Ucap Yeong meyakinkan.
"Qian....."
"Kalau ibu bilang ingin sesuatu, kita harus mengabulkannya bukan ayah?" Jun Hui tertawa mendengarnya. Kebahagiaan dihatinya langsung merambat menggantikan perasaan kekecewaan nya.
"Baiklah."
*******************
"Nah, putriku. Naiklah!" Qian didudukkan di kereta kuda oleh ayahnya.
"Duduk tenang disini. Bibi pelayan mu akan menemani mu." Ucap Jun Hui.
Qian mengangguk, mereka bersiap untuk berangkat. Dengan pelepasan yang dilakukan oleh Yeong dan putra sulung mereka. "Sampai jumpa ibu! Sampai jumpa kakak!" Ucap Qian dengan senyuman manis nya sembari melambai-lambai kan tangan nya dari kereta kuda.
"Sampai jumpa putriku!"
" Sampai jumpa adik!"
"Ayah pergi dulu, jaga dirimu dan ibu. Paman Wang akan menemani kalian."
"Iya ayah!"
"Iya suamiku. Hati-hati."
"Aku akan mengirimkan pesan." Setelah itu keberangkatan mereka dimulai. Di dalam kereta kuda itu, Qian melihat pemandangan yang akan menemani perjalanan nya.
"Apakah kejadian di kerajaan Xang akan sama seperti dulu? Mengingat ada yang berubah....." Ucap Qian.
"Nona Qian mengatakan sesuatu?" Tanya bibi pelayan.
"Tidak bibi." Elak Qian.
Bersambung......
Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiah nya ya terimakasih banyak 🥰🙏🙏
ceritanya menarik ❤️❤️❤️❤️❤️
❤️❤️❤️❤️❤️❤️