Warning!!!
ini hanya sebuah cerita kayalan belaka, bukan area bocil, jika tidak suka silahkan skip.
Tolong juga hargai karya ini dengan memberikan LIKE untuk mengapresiasi karya ini, VOTE atau GIFT sangat berharga buat kami para penulis, terima kasih sebelumnya.
-------
Berkali-kali mengalami kegagalan dalam pernikahan membuat seorang janda muda yang umurnya belum genap 24 tahun nan cantik jelita bernama Sisilia Aramita memutuskan untuk tidak akan menikah lagi seumur hidupnya. Meskipun statusnya janda namun ia masih tatap perawan.
Ia sudah bertekat, jika menemukan pria yang menurutnya tepat ia akan menyerahkan dirinya pada orang itu dan hanya akan menjalani hubungan tanpa ikatan pernikahan.
Hingga ia bertemu dengan seorang pengusaha tampan bernama Jackson Duran, yang membuat dunianya jungkir balik.
Apakah Jackson bisa merubah pendirian Sisilia untuk mau menikah kembali ataukah ia akan gagal mendapatkan cinta Sisilia.
Yuk simak bagaimana kisah mereka berdua...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nona manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan menangis lagi
Setelah makan malam selesai, Sisil masuk ke dalam kamar Alan. Kamar yang selalu mengingatkan dirinya akan kebaikan Alan. Pengorbanan Alan untuknya begitu besar, ia bisa di sini saat ini juga karena Alan.
Sisil mengambil foto Alan yang berada di atas meja kemudian ia memeluknya. Sisil kembali lagi menangis, cinta yang tak terbalas itulah yang Sisil rasakan.
"Alan...apakah memang sudah saatnya aku membuka hatiku untuk orang lain? Apakah kamu mengijinkan aku menjalin hubungan bersama pria lain?"
Sisil merasa, sampai sekarang Alan masih suaminya. Ia merasa harus meminta ijin untuk melangkah selanjutnya. Tak bisa ia pungkiri ia mulai merasa nyaman dengan Arman. Namun untuk membuka hatinya kembali Sisil masih belum berani.
Ia masih merasa terikat dengan Alan. Janji yang mereka ucapkan memang, sampai maut memsisahkan, namun rasanya Sisil masih merasa jika ia membuka hatinya untuk orang lain berarti ia telah menghianati Alan.
Penyesalan Sisil yang terdalam adalah kenapa mereka harus dipertemukan kalau hanya sebentar. Kenapa mereka tak dipertemukan lebih awal jadi mereka bisa saling mengenal.
Karena terlalu lelah menangis, Sisilpun tertidur. Ia tidur di ranjang sama yang biasa Alan tiduri. Meski Alan sudah tiada hampir satu tahun, tapi aroma tubuh dan parfum Alan masih tercium di kamar itu seolah-olah aroma tubuhnya melekat di semua barang yang ada di kamar itu.
"Sisil...sil....kenapa kamu menangis? Hemm...? Jangan menangis lagi, aku sedih melihatmu menangis....Sil...aku selalu mencintaimu...aku ingin kamu bahagia....jangan menangis lagi sayang...."
"Alaaann...." sisil berteriak...dan membuka matanya.
"Sisil kamu kenapa?" mamanya Alan berlari menghampiri Sisil yang terduduk di atas tempat tidur milik Alan
"ma...Alan...ma....Alan..." Sisil menangis sejadi-jadinya
Mamanya Alan pun memeluk Sisil dan membelainya "Alan sudah bahagia di surga Nak....kamu pasti bermimpi..." ucap mamanya Alam lembut
Sisil terisak di pelukan mamanya Alan "tapi seperti nyata ma...Alan datang menemui Sisil..."
"iya sayang....sudah jangan menangis lagi...Alan pasti tidak ingin melihatmu menangis"
Sisil mengurai pelukan mamanya Alan, kemudian menghapus air matanya. Ia ingat dalam mimpinya Alan, memintanya untuk tidak menangis lagi.
Hari-hari Sisil lalui dengan merengungi mimpinya "apakah itu ajwaban dari semua pertanyaanku Lan? Apa kamu menginginkan aku memulai hubungan yang baru?" batin Sisil.
Selama hampir satu minggu Sisil lebih banyak melamun, bahkan di kantornya ia lebih sering menghabiskan waktu di balik meja kerjanya dengan melamun. Bahkan Arman yang mendatanginya pun ia abaikan.
Teman-teman Sisil merasa heran, biasanya Sisil dekat dengan Arman namun beberapa hari terakhir Sisil sering mengabaikan Arman. Mereka mengira Sisil sedang ada masalah dengan Arman.
Sebulan berlalu, Sisil sudah mulai kembali ceria. Ia sudah memantapkan hatinya untuk membuka hatinya untuk orang lain. Ia tak mungkin berlarut-larut dalam kesedihannya, ia harus bangkit dari keterpurukannya seperti yang Alan inginkan.
"Sil..." Arman masuk ke dalam ruangan Sisil. Sisil melirik kanan kirinya, mereka hanya menatap sekilas kemudian kembali bekerja.
"iya pak ada yang bisa saya bantu" ucap Sisil sopan. Ia sengaja menjaga jarak dengan Arman dan memanggil pak jika berada di kantor, ia tak mau semakin membuat suasana di kantornya semakin panas karena kedekatannya dengan Arman.
"laporan minggu lalu sudah selesai?"
"sedang saya kerjakan pak, nanti saya antar ke ruangan bapak" jawab Sisil formal
Arman menghela nafasnya, Sisil selalu saja bersikap formal padanya padahal padahal ia telah meminta Sisil untuk bersikap biasa saja karena mereka sudah berteman sejak lama. Arman merasa risih dengan sikap Sisil yang seperti itu, ia jadi berkali-kali mengurungkan niatnya untuk mengutarakan perasaannya pada Sisil.
"baiklah...aku tunggu..." Arman keluar dari ruangan Sisil.
Sisil bernafas lega karena Arman telah meninggalkannya pergi. Ia hanya tak ingin kedekatannya dengan Arman di salah artikan oleh karyawan yang lain.
Banyak yang tidak menyukainya karena ia dianggap mendekati Arman karena ia ingin menggoda pemilik hotel. Bahkan tak sedikit karyawan pria yang menyukai Sisil, karena Sisil memang cantik. Tubuh tinggi, ideal dengan kedua asetnya berisi, kulit putih bersih, wajah cantik, membuat semua mata terpikat padanya.
Tok...tok...tok...
Sisil mengetuk pintu, menunggu si empunya ruangan menyahut. Setelah mendengar sahutan dari dalam ruangan, Sisil membuka pintu ruangan Arman.
"ini pak laporan yang bapak minta" Sisil meletakkan map berisi laporan yang telah ia susun.
Arman hanya melihat sekilas map yang diletakkan Sisil. Ia beranjak dari duduknya kemudian berjalan mendekati Sisil. "Sebulan terakhir kenapa menghindariku?" tanya Arman lembut
Sisil hanya menunduk, ia tak tahu harus menjawab apa, karena jika ia menjawab banyak rekan kerjanya yang tidak menyukai dirinya jika dekat dengan Arman pasti Arman akan menegur siapa-siapa yang telah mengganggu dirinya.
"aku juga memperhatikan sebulan terakhir kamu terlihat murung, apa ada masalah?"
"tidak ada kak..." kilah Sisil
"Sisil...aku sudah pernah mengatakan, jika ada masalah kamu bisa menceritakannya padaku" ucap Arman lembut berdiri di hadapan Sisil bersandar di meja kerjanya.
"sungguh kak...aku tidak ada masalah..." ucap Sisil tak berani menatap Arman
Arman melihat jam di pergelangan tangannya "ini sudah jam makan siang, ayo kita makan siang di luar..." ucap Arman mengulurkan tangannya
"tapi kak..." Sisil takut digunjingkan oleh karyawan lain
"ayo....."
Akhirnya Sisil mengikuti Arman, memang ia sudah lapar. Karena dari pagi ia sudah sibuk mengerjakan banyak laporan, yang harus ia perbaiki karena ia tak fokus beberapa minggu terakhir.
Arman membawa Sisil ke restoran milik keluarganya. Saat memasuki restoran miliknya, Arman berhenti di meja penerima tamu "bawakan menu kesukaan Sisil dan juga jus nanas untukku" ucap Arman pada pelayan yang ada di depan
Arman meraih tangan Sisil dan menggandengnya. Arman berpikir mungkin ini saatnya ia menunjukkan perasaannya yang sebenarnya pada Sisil.
Sisil melihat tangannya yang digandeng Arman, entah kenapa hatinya menghangat, namun ia menepis perasaan itu. Tak seharusnya ia menaruh hati pada Arman.
"tunggulah sebentar...ada yang tertinggal di mobil, aku mau mengambilnya dulu" ucap Arman meninggalkan Sisil di saung favorit mereka.
Arman berjalan setengah berlari ke tempat parkir, ia mengambil sesuatu yang telah ia persiapkan sebelumny untuk Sisil. Ia kemudian kembali ka tempat Sisil berada.
"ini untukmu..." Arman menyerahkan paper bag yang ia bawa
"apa ini kak?" Sisil mengerutkan dahinya
"minggu lalu aku ke Lombok, itu oleh-oleh buat kamu, saat aku melihatnya aku teringat kamu" ucap Arman tersenyum
Sisil membukanya, di dalamnya ada sebuah kotak berwarna merah. Kemudian membukanya, mata Sisil membulat "ini buat aku kak?"
"iya...aku harap kamu menyukainya..."
"tapi ini terlalu berlebihan kak" ucap Sisil
"tidak ada yang berlebihan untuk kamu Sil...pakailah...atau aku yang memakaikan?"
Sisil menatap gelang mutiara yang begitu indah, ia tak menyangka jika akan mendapatkan oleh-oleh dari Arman. Sisil memakainya di tangannya.
"cantik...secantik orangnya..." ucap Arman sambil meantap Sisil
"terima kasih kak" Sisil tersenyum dan senyum itu membuat Arman terpana.
.
.
B e r s a m b u n g
Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca ya bestie...