"Kak, ayo menikah?" Vivi yang masih memakai seragam putih merah itu tiba-tiba mengajak Reynan menikah. Reynan yang sudah SMA itu hanya tersenyum dan menganggapnya bercanda.
Tapi setelah hari itu, Reynan sibuk kuliah di luar negri hingga S2, membuatnya tidak pernah bertemu lagi dengan Vivi.
Hingga 10 tahun telah berlalu, Vivi masih saja mengejar Reynan, bahkan dia rela menjadi sekretaris di perusahaan Reynan. Akankah dia bisa menaklukkan hati Reynan di saat Reynan sudah memiliki calon istri?
~~~
"Suatu saat nanti, kamu pasti akan merindukan masa kecil kamu, saat kamu terluka karena cinta..."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31
"Vivi, bekalnya jangan lupa dibawa. Sudah Mama lanjutkan masakan kamu tadi," kata Rani sambil memberikan dua kotak bekal yang menjadi satu dalam tas.
"Mama, maaf ya, tadi masakannya aku tinggal gitu aja," kata Vivi merasa tidak enak karena meninggalkan masakannya yang belum jadi, padahal dia sudah mengiris semua bahannya. "Ini semua gara-gara Kak Rey."
"Loh, kok jadi aku."
"Tidak apa-apa, Mama mengerti. Namanya juga pengantin baru." Rani semakin tersenyum melihat tingkah mereka berdua yang sangat menggemaskan.
Setelah berpamitan dengan kedua orang tuanya, Reynan dan Vivi berjalan menuju mobil yang sudah disiapkan oleh sopir mereka.
Saat Vivi akan masuk ke dalam mobil, tak sengaja pandangannya bertemu dengan Aldi yang sedang mengelap mobil Raina. Bahkan sampai Vivi masuk ke dalam mobil dan menutup pintu, Aldi tak lepas memandang Vivi.
"Ck, Aldi segitunya lihat kamu." Reynan merasa kesal mendapati tatapan Aldi pada Vivi. "Aku harus segera mendapatkan rumah buat kita tinggali."
"Kak Rey, aku boleh cerita sedikit?"
"Ya, tentu boleh."
"Aku sebenarnya takut sama Aldi," kata Vivi dengan suara yang pelan.
"Ada aku, tidak usah takut. Kalau dia berani macam-macam sama kamu, aku pastikan hidupnya tidak akan tenang!"
"Hii, menakutkan."
Reynan meraih bahu Vivi agar mendekat. "Ada apa di masa lalu sampai kamu takut sama Aldi?"
"Hmmm, cerita gak ya?"
Reynan mencubit hidung Vivi karena ekspresi Vivi yang sedang memutar bola matanya itu sangat menggemaskan. "Sama suami sendiri tidak boleh ada rahasia."
"Ih, kayak Kak Rey manusia paling jujur di muka bumi saja. Lupa, kalau pernah bohong sama aku."
"Yah, bicara sama kamu itu memang selalu berputar-putar tiada habisnya. Oke, kalau kamu gak mau cerita tidak apa-apa, yang jelas aku percaya sama kamu."
Vivi tersenyum menatap Reynan, akhirnya dia memutuskan untuk bercerita. "Jadi begini, dulu Aldi pernah mengatakan cinta sama aku, tapi aku tolak. Selain aku gak cinta sama dia, Raina punya perasaan sama Aldi."
"Iya, seperti yang aku tebak. Terus?"
"Waktu itu, Aldi maksa cium aku. Aku gak maulah, emak aja dia mau dapatkan ciuman pertama aku."
"Kurang ajar sekali dia. Masih SMP sudah berani kayak gitu. Tapi untunglah aku dapat ciuman pertama dari kamu."
"Ih, Kak Rey PD sekali."
Reynan hanya tertawa lalu dia kembali fokus mendengar cerita Vivi.
"Padahal kita masih kelas IX SMP tapi Aldi sudah berani kayak gitu. Katanya buat kenang-kenangan karena dia mau sekolah diluar kita. Aku benar-benar menolak tapi Raina malah lihat aku sama Aldi. Kita salah paham dan sempat berantem. Tapi untunglah Raina percaya. Meskipun sejak saat itu Raina sedikit berubah. Bahkan saat SMA kita juga jarang ngumpul bareng. Saat aku kuliah diluar kota, kalau bukan aku yang chat, Raina gak pernah chat. Apa sebenarnya Raina masih punya dendam ya sama aku."
"Jangan berpikiran yang tidak-tidak. Raina tidak seperti itu. Mungkin itu cuma firasat kamu saja, dan sekarang kan kamu sudah punya aku." Reynan mengedipkan matanya menggoda Vivi.
"Ih, genit banget!"
Reynan semakin mendekap tubuh Vivi. "Aku juga harus memantau Aldi, jangan sampai dia hanya memanfaatkan Raina."
Vivi menganggukkan kepalanya. "Tapi kalau seandainya mereka berjodoh?"
"Ya, kalau Aldi benar-benar tulus, tidak apa-apa. Tapi kalau setengah hatinya masih ada kamu. Tidak! Dia pasti hanya akan menyakiti Raina."
Vivi hanya mengangguk pelan. Ya, apa yang dikatakan Reynan memang benar.
"Akhirnya aku bisa ngobrol santai sama kamu kayak gini. Mulai sekarang jangan ngambekan lagi ya." Reynan mencuit pipi Vivi yang sering menggembung saat dia sedang marah.
Vivi hanya tersenyum kecil, lalu mereka keluar dari mobil dan berjalan beriringan menuju lift. Di dalam lift, Reynan masih saja mengambil kesempatan memegang tangan Vivi. Kali ini Vivi tidak menolaknya.
"I love you," bisik Reynan di dekat telinga Vivi.
Seketika Vivi menoleh dan menatap Reynan. Dadanya berdebar tak karuan mendengar kalimat cinta itu. Bunga-bunga seolah tumbuh bermekaran di hatinya. Sampai pintu lift itu terbuka, mereka berdua tak juga keluar dari lift.
Reynan justru menekan kembali lift itu dan turun ke bawah. Dia mencium bibir tipis yang telah menjadi candu untuknya. Mereka menikmatinya beberapa detik sampai pintu lift itu terbuka di lantai dasar tepat saat Farid akan masuk ke dalam lift itu.
"Eh!" Farid menggaruk tengkuk lehernya melihat bosnya berciuman di dalam lift. Rasa sakit yang sudah dia lupakan seolah terasa lagi.
Vivi menjauh dari Reynan karena dia merasa malu. Bisa-bisanya dia terbuai oleh Reynan di tempat yang salah.
"Maaf, Pak. Saya mengganggu."
"Tidak apa-apa, masuk saja."
Farid akhirnya masuk ke dalam lift dan berdiri di samping Reynan. Tak sengaja dia melihat hasil gigitan Vivi di leher Reynan. "Leher Pak Rey kenapa?" tanya Farid, entah dia polos atau memang sengaja menggoda Reynan.
"Oo, ini digigit serigala betina," kata Reynan sambil tertawa.
"Enak aja serigala!" sahut Vivi.
Barulah Farid menyadari jika pertanyaan dia salah. "Eh, maaf. Saya tidak kepikiran sampai ke sana. Maaf." Farid mendahului mereka berdua keluar dari lift setelah pintu lift terbuka.
Vivi juga melangkah jenjang mendahului Reynan. Dia masih tidak terima dijuluki serigala betina oleh Reynan. Memangnya dia sebuas itu?
Vivi duduk di kursi sekretaris sambil menggembungkan pipinya.
"Gitu aja ngambek. Baru juga membaik, sudah marah lagi."
"Tapi aku bukan serigala betina. Aku bukan binatang buas tahu!"
Reynan terkekeh sambil mengacak rambut Vivi. "Tidak apa-apa, aku suka." Lalu dia membungkuk dan membisikkan sesuatu di telinga Vivi. "Aku tantang kebuasan kamu malam ini." Reynan mengedipkan matanya lalu dia masuk ke dalam ruangannya.
Vivi mengusap dadanya yang berdetak tak karuan. "Malam ini? Apa memang sudah saatnya?"
💞💞💞
Like dan komen ya... 😁
dari dimanfaatin aldi & sekarang masih aja betah jadi artis
udah resiko kalau ada adegan gitu , jadi jangan sok nangis