Anya terpaksa harus menjadi istri kedua seorang pengusaha kaya raya yang bernama Axello Richandra atas permintaan istrinya, Hellencia yang tidak bisa memiliki anak, alias mandul.
Demi mendapatkan uang biaya perawatan ayahnya yang masih koma di ruang ICU dan menebus kesalahannya yang meraup banyak kerugian, Anya pun menjalankan perannya sebagai istri muda Axello yang selalu acuh dan bersikap dingin terhadapnya.
Bisakah Anya memenuhi permintaan Hellencia untuk mengandung anak dari Axello dengan sikap Axello yang sangat dingin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AdindaRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ego Axello
Axel menggigit sandwich buatan Anya dan lagi-lagi hatinya memuji kelezatan masakan Anya yang terasa begitu memanjakan lidahnya. Sayangnya ego Axel terlalu tinggi untuk mengucapkannya dan ia memilih untuk diam tanpa memandang ke arah Anya.
Berbeda dengan Anya yang kini sudah duduk di hadapan Axel dan terus memandangi suaminya. Usia Axel memang terpantau sangat jauh dari Anya, namun pesonanya tidak kalah dengan lelaki yang sebaya dengan Anya.
“Abang semalam yang nyelimutin Anya ya?” tanya Anya tanpa mengalihkan pandangannya.
“Hemm!”
“Makasih ya Bang! Udah perhatian dan kasih Anya kehangatan!” ucap Anya membuat Axel seketika tersedak dan langsung terbatuk batuk sampai matanya berair.
Sedangkan Anya cepat-cepat menuangkan air putih dan mendekat ke arah Axel.
“Ya Ampun, Bang! Orang Anya Cuma bilang makasih masa’ sampai keselek gini sih!” Anya menepuk punggung Axel dan menyodorkan minuman ke arahnya.
Axel merasa sangat terbantu dengan sikap cekatan Anya kali ini. Batuknya pun perlahan reda dan nafasnya juga sudah tidak tersengal lagi.
“Thanks!” ucap Axel yang langsung meletakkan sisa sandwichnya dan bersiap untuk pergi dari kursi makan.
“Sandwichnya gak dihabisin, Bang?” tanya Anya yang langsung dijawab Axel dengan gelengan kepalanya.
Kemudian Axel langsung menyambar handuknya dan masuk ke dalam kamar mandi. Sedangkan Anya masih menikmati sarapannya di kursi makan.
“Aku harus pergi ke kantor pagi ini. Jika tidak, maka aku akan semakin menderita hidup tertekan bersama Anya!” gumam Axel.
Kali ini Axel memilih untuk mandi di bawah guyuran shower dari pada berendam di dalam bathtub. Entah kenapa tubuhnya terus saja memanas setiap berada di dekat Anya.
Kini Axel sudah merasa segar selepas mandi. Sayangnya saat ia membuka pintu kamar mandi, nyalinya kembali harus diuji oleh Anya yang kini sudah mengenakan lingerie berwarna soft purple.
Pesona Anya benar-benar sangat luar biasa. Apalagi Anya sedang mengikat rambut panjangnya tinggi ke atas.
“Apa kau tidak bisa mengenakan bathrobe saja saat bersama denganku, Anya?!” tanya Axel dengan sangat gusar.
“Panas dong, bang! Kan Anya nantinya malah jadi keringetan!” balas Anya dengan santai.
“Aku benar-benar sudah muak dengan semua ini! Cepat masuk ke dalam selimut dan tutupi tubuhmu itu! Jangan terlalu murahan saat di depanku, Anya!” gertak Axel yang benar-benar sudah sangat tersiksa hanya dengan melihat penampilan istri mudanya itu.
Apalagi saat ini Anya sedang datang bulan dan tak bisa untuk ia gunakan sebagai pelampiasan hasratnya yang tengah menggebu setiap berduaan dengan Anya.
Sedangkan Anya sendiri matanya sudah mulai berkaca-kaca saat mendengarkan gertakan Axel barusan yang menyebutnya sebagai cewek murahan. Cepat-cepat Anya naik ke atas tempat tidur dan menyelimuti tubuhnya.
Tanpa terasa air matanya sudah mulai membasahi pipinya.
‘Aku tidak pernah mau menjadi cewek murahan, aku hanya sedang menjalankan peranku sebagai istri muda yang akan mengandung anakmu! Lagi pula apa yang aku lakukan juga bukan hal zina dan dilarang oleh hukum maupun agama.’
‘Meski pernikahan ini masih dirahasiakan di depan banyak orang!’ gumam Anya dalam hati.
Bantalnya kini sudah mulai banjir dengan air matanya. Ucapan Axel kali ini benar-benar sangat menyayat hatinya. Sakit, perih, dan begitu menusuk ke dalam relung hatinya yang paling dalam.
Lama kelamaan Anya pun tertidur di dalam selimut tanpa mendengar Langkah Axel yang keluar dari kamar hotel dan meninggalkannya sendirian.
Axel kini sudah dalam perjalanan menuju restoran bintang lima miliknya. Sesampainya di Restoran, ia langsung menuju ke kantor yang letaknya ada di belakang restoran.
Tepat saat ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam kantor, tampak Hellen juga baru sampai di sana. Betapa terkejutnya Hellen saat melihat suaminya justru pegi bekerja dan bukan menjalankan rencananya untuk berbulan madu.
“Sayang!” panggil Hellen sambil mempercepat langkahnya. “Kok masuk kerja? Bukannya seharusnya kau …”
“Dia datang bulan!” jawab Axel dengan ketus sambil melewati istrinya begitu saja.
“Waah, bagus dong. Biasanya selepas datang bulan adalah masa subur seorang Wanita untuk bisa memiliki anak. Kalau begitu, besok kau boleh kembali pulang ke apartemen!” ucap Hellen sambil mengejar Langkah Axel.
“Tidak perlu! Selesaikan saja satu minggu di hotel seperti rencana, selepas itu baru aku akan membawanya pulang ke apartemen.”
Jawaban dari Axel kali ini membuat mata Hellen berbinar sempurna. Jika Axel masih mau mempergunakan waktunya selama seminggu di hotel, bermakna ia masih bebas untuk menghabiskan waktu bersama Cintia.
“Lebih baik kau sekarang menemui Anya di hotel dan berikan dia baju yang layak!” titah Axel.
“Oke, sayang! Semangat ya kerjanya!” ucap Hellen menyemangati suaminya.
Hellen yang baru saja tiba di kantor dan hendak mengecek kinerja anak buahnya menggantikan pekerjaan Axel pun akhirnya kembali lagi ke mobil dan tancap gas menuju ke butik untuk membelikan pakaian untuk Anya.
Selepas itu Hellen langsung bergegas menuju ke hotel, dimana Anya dan Axel menginap. Karena sudah memiliki kartu akses masuk ke dalam kamar Anya, Hellen pun langsung masuk begitu saja tanpa menekan bel atau mengetuk pintu.
Tampak jelas di matanya jika Anya masih meringkuk di dalam selimut. Hellen pun langsung menyingkap selimut yang menutupi tubuh Anya.
Hellen yang tadinya hendak membangunkan Anya justru tertegun lama melihat kemolekan tubuh Anya dibalik lingerie yang berwarna soft purple itu. Perlahan Hellen menelan ludahnya kasar dan mengulurkan tangannya untuk mengusap punggung Anya.
Namun, tiba-tiba Anya berbalik sambil mengerjapkan matanya yang sedikit bengkak karena menangis. Betapa terkejutnya Anya saat melihat Miss Hellen tengah duduk di tepi tempat tidur.
“Miss Hellen!” panggil Anya sedikit gelagapan. “Maaf saya tadi tidak mendengar …”
“Tidak masalah Anya!” Miss Hellen menutupi kekagumannya terhadap tubuh madunya sambil menyodorkan goodie bag yang berisi baju untuk Anya.
“Aku memang sengaja datang kemari untuk membawakan baju untukmu. Hari ini kau bebas untuk pergi menengok keadaan papamu di rumah sakit.”
“Aku dengar kemarin kondisinya sudah lebih baik!” jelas Miss Hellen yang kemudian bangun dari tempat tidur dan melangkah menjauhi Anya.
“Terima kasih banyak Miss Hellen!” ucap Anya gembira.
“Maaf, jika saya belum …”
“Aku tahu jika kau sedang datang bulan.” Hellen menyandarkan tubuhnya ke sofa dan menyalakan televisi.
“Aku harap kau cepat mengandung setelah berhubungan selepas datang bulan. Sekarang kau bisa mengganti bajumu dan pergi ke rumah sakit. Cuti satu minggu masih berlaku dan kau juga masih akan menetap di sini sesuai dengan yang aku katakan!”
“Selepas itu kau akan tinggal bersamaku di apartemen sampai bayi itu lahir, baru kau bisa lunas dari semua hutang-hutangmu!” jelas Miss Hellen.
“Baik Miss. Kalau begitu saya pergi ke kamar mandi dulu untuk mengganti baju!”
Anya pun langsung menenteng goodie bag menuju ke kamar mandi. Sedangkan Miss Hellen hanya bisa mengusap dada untuk menormalkan debaran di dadanya.
“Anya! Anya! Aku tidak menyangka jika kau ternyata lebih cantik dari Cintia!” gumam Hellen.
“Oh my God! Apa yang sedang aku pikirkan?! Cintia bisa cemburu berat jika tahu aku mengagumi Anya! Huft! Lebih baik aku cepat pergi dari sini dan menemui Cintia!”
Miss Hellen langsung menjinjing tas nya dan melangkahkan kakinya keluar dari kamar hotel. Sedangkan Anya yang baru saja keluar dari kamar mandi langsung celingukan mencari Miss Hellen yang sudah tidak terlihat di kamar.
“Miss Hellen kok udah gak ada sih? Apa udah pergi yaa?” gumam Anya.
“Ya udah deh, biarin aja! Yang penting hari ini aku bebaaaaaas!” pekik Anya girang.