Harap Bijak Dalam Membaca!! Jika Tidak suka langsung di skip Aja jangan Meninggalkan jejak yang akan menyakiti Hati Author.
.................
Hidup hanya dengan Seorang Nenek Membuat Gadis berusia Delapan Belas tahun Nekad mengambil Jalan Pintas
Kanaya Menjual Rahimnya kepada seorang Pria " Aku akan Membayar mu 1M Asal Kamu mau Hamil Anakku, Setelah kamu Melahirkan kamu bebas pergi kemana saja asalkan Tidak menampakkan diri di hadapan anakku karena setalah anak itu lahir ia akan menjadi Anakku dan juga istriku "
Hati Kanaya merasa di remas kenapa dirinya harus di hadapkan dengan keadaan yang sangat sulit seperti ini, Walaupun Kanya ragu tapi Karena ini demi sang Nenek Dengan terpaksa Kanaya Menerima Tawaran itu
" Baik, Saya terima tawaran Anda tapi Anda harus menikahi saya dulu karena saya tidak ingin hamil di luar nikah "
" Dil "
Bagai mana Nasib Kanaya selanjutnya dan Apa Kanaya akan Mendapatkan kebahagiaan? Yuk simak..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cumi kecil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MASUK KAMPUS
Pagi ini kan Kanaya sudah bersiap untuk pergi ke kampus, Iya menggunakan setelan yang cukup cantik di tubuhnya dengan rambut yang ia cerai dan tubuh yang kecil membuat Kanaya semakin terlihat imut bahkan orang lain tidak akan menyangka jika Kanaya sedang hamil
" Non,di belakang sudah ada yang menunggu " kata Mbak Sari
" Ah iya mbak ini udah sudah mau beres kok " jawab Kanaya sambil tersenyum lalu ia mengambil tas yang berisi buku dan keperluan dia kampus
Kanaya berjalan ke belakang dengan senang karena ia bisa menghirup udara segar dan kebebasan hari ini namun tiba-tiba saja tangannya ada yang mencegah " Heh!!! wanita gak tau diri, dengar ya Karan itu hanya milikku dan sampai kapanpun akan tetap menjadi milikku! "
Kanaya melepaskan Cekal tangan Wenda " Maaf ya Mbak, aku tidak merasa merebut suami Mbak, yang ada suami Mbak sendirian datang dan menghampiriku, jika anda tidak terima ngomong saja sama Tuan Karan jangan malah marah-marah kepadaku " Ucap Kanaya yang langsung pergi meninggalkan Winda
Wenda yang merasa ditinggalkan ia langsung mengepalkan kedua tangannya ia tidak terima jika Kanaya berani melawannya " awas aja kau, aku akan pastikan Jika kamu akan menderita tinggal di sini dan aku juga akan pastikan Jika kamu tidak akan mendapatkan apa-apa dari suamiku " Geram Wenda yang langsung masuk ke dalam rumah dengan wajah kesalnya
Karan yang baru saja turun dari tangga dia merasa heran melihat sang istri marah-marah gak jelas " Ada Apa denganmu, Kenapa wajahmu terlihat kesal sekali? "
" Aku tidak apa-apa, Ayo sarapan " ajak Winda dengan nada Ketus
Karan mengerutkan keningnya ia tidak mengerti kenapa istrinya tiba-tiba marah-marah begitu, Tidak biasanya Wenda marah-marah tidak jelas
Di meja makan sudah ada Mamah Erin yang sudah menunggu kedatangan Karan dan juga Wenda " Selamat pagi anak dan menantuku bagaimana apa cucu Mama baik-baik saja hari ini? " tanya Bu Erina dengan senyum yang mengambang di wajahnya
Wenda tersenyum kecut, Wenda duduk di kursi yang kosong Ya sepertinya nggak ada niat untuk membalas sapaan sama mertua
" Mah, Hari ini Mood Wenda sedang tidak baik " Bisik Karan kepada sang Mamah
Mama Erina iya Malah tersenyum kecil lalu menatap sang menantu " Itu bawaan bayi jadi kamu harus memaklumi dan kamu harus mengerti bahwa saat ini Hormon istrimu itu sedang naik turun " jawab Mamah Erna
Karan menganggukkan kepalanya iya Mencoba untuk memahami sang istri " memangnya kalau sedang hamil seperti itu ya mah? " tanya Karan
" Bawaan ibu hamil itu beda-beda ada yang ngidam ada juga yang ya begitu Moodnya naik turun, jadi kamu harus bisa memaklumi jika istrimu mulutnya sedang tidak baik lebih baik kamu banyak mengalah dan mengikuti apa yang dia inginkan dengan begitu istrimu akan merasa senang " Jawab Bu Astuti
Wenda yang mendengarkan percakapan Ibu mertuanya dan juga Karan, ia hanya memutarkan kedua matanya lalu menikmati makanan yang ada di atas piring, Wenda merasa tidak tertarik dengan percakapan ibu mertua dan juga suaminya itu.
Namun beda halnya dengan Bu Endah ia malah senyum-senyum Kepada Wenda, iya cukup Mengerti bagaimana perasaan Weda Saat ini apalagi dulu juga bedanya pernah hamil jadi sedikit-sedikit dia tahulah Bagaimana perasaan ibu hamil
" Honey kau makan yang banyak ya biar anak kita sehat di dalam perut kamu " kebakaran yang sambil mengedipkan sebelah matanya kepada Wenda
Bu Endah langsung menyuruh pelayan untuk membuatkan susu ibu hamil " Mbak tolong buatkan susu ya buat menantu saya "
" Siap Nyonya "
" Mamah nggak perlu repot-repot mah, biar nanti Winda sendiri aja yang bikin ya, jangan menyuruh pelayan lagi. lagian Weda ingin belajar membuat susu sendiri " ucap Wenda. sebenarnya Wenda nggak mau terus-terusan minum susu ibu hamil apalagi rasanya Sungguh tidak enak Lagian dirinya kan tidak hamil masa iya setiap hari harus minum susu ibu hamil dalam sehari tiga kali.
" Andai saja wanita tua itu pergi dari sini mungkin aku tidak akan tersiksa dan tidak akan terus-terusan minum susu ibu hamil " Gerutu Wenda dalam hatinya Iya benar-benar tidak menyukai keberadaan ibu mertuanya, Wenda jadi merasa tidak bebas bahkan ia harus pura-pura hamil di depan Ibu mertuanya.
Karena hanya membuang nafasnya kecil Ia juga bingung harus bagaimana bukan tidak mengerti dengan perasaan Wenda tapi tidak mungkin juga dirinya Menyuruh ibunya pulang
" Mah kalau Wenda tidak mau jangan di paksa kasihan nanti bukannya diminum malah dimuntahkan " kata Karan
Wenda membuang tatapannya ke arah lain, ia sungguh muak dengan keadaan seperti ini Tiap hari jadinya selalu diperlakukan seperti wanita yang sedang hamil
Setelah usai sarapan karena pamit untuk pergi ke kantor Iya mengecup kening Wenda. " kamu baik-baik saja di rumah kalau ada apa-apa kabarin Aku "
Winda menganggukkan kepalanya lalu ia pergi meninggalkan Karan tanpa menunggu karena naik ke dalam mobil
Karan yang melihat Wenda terlihat cuek kepada dirinya, Dia hanya bisa diam dan mengelus dada saat ini dirinya hanya bisa mengerti Bagaimana perasaan Weda, pasti merasa tidak nyaman dengan keadaan ini.
Andai saja ibunya tidak meminta seorang cucu mungkin dirinya juga tidak akan mencari wanita lain hanya untuk mengandung anaknya
Karan masuk ke dalam mobil Iya menyandarkan tubuhnya ke jok mobil lalu memejamkan kedua matanya, sungguh pagi yang melelahkan untuk Karan, masih pagi tapi harus dihadapi Mood Wenda yang kurang baik
Sedangkan Kanaya, di kampus sudah ditunggu oleh Silva sahabatnya yang sudah beberapa hari ini tidak ia temui " Kanaya akhirnya kamu masuk kampus juga aku udah lama merindukan kamu " Silva memeluk Kanaya
Kanaya langsung tersenyum " Masa sih kamu merindukan Aku? " Goda Kanaya kepada Sahabatnya itu
" Is...kamu itu, Ngilang begitu saja Apa lagi Kamu tidak meninggalkan Kontak ponselmu kepadaku " Keluh Silva
" Masa sih, Bukanya waktu itu Aku pernah ngasih no Suamiku kepadamu " Kata Kanaya
" Aku lupa tidak menyimpannya heheh.. " Silva menggaruk kepala yang tidak gatal
Kanaya menggelengkan kepalanya punya sahabat tapi lupa pelupa " Kamu itu ya tidak berubah tetap saja pelupa "
" Ya habis gimana dong otak aku udah dipenuhi dengan Yayang hehehe... " Silva tersenyum menunjukkan gigi putihnya
" Otakmu pacaran mulu, apa ada otakmu itu nggak ada yang lain selain pacaran? " Ledek Kanaya merasa heran kepada sahabatnya ini dari dulu sampai sekarang tidak berubah dipikirannya itu hanya cowok-cowok dan cowok
" Kamu itu, kayak nggak merasakan masa muda saja "
" Ya sudah ayo masuk sebentar lagi jam pelajarannya akan segera dimulai " Ajak Kanaya kepada Silva
selalu menginginkan dirinya = YANG menginginkan dirinya