Nasyifa Zahira Jacob..gadis cantik,ceria dan multi talenta,hidup di keluarga harmonis dan sangat di sayang oleh kedua orang tuanya,juga Kakak sepupu laki-lakinya,dimanja bak putri raja, hidupnya seakan tak pernah ada masalah,nyaris sempurna
Gerald Alexander Lemos...pemuda tampan,genius,multi talenta..terlahir dari keluarga harmonis dan kaya raya,merajai pasar modal Asia dengan berbagai bisnis yang keluarganya punya,siapa yang tidak kenal keluarga Alexander dan keluarga Lemos? penyatuan keluarga terpandang yang sulit untuk di taklukkan.
Bagaimana jadinya jika seorang gadis manja dengan penuh kelembutan di satukan dengan pria dingin,arogan dan tak tersentuh?
kisah mereka yang belum usai membuat pertemuan pertama setelah sekian lama terpisah menjadi kisah penuh rasa..sakit,kecewa,namun membuat keduanya harus terikat pada satu hubungan rumit.
Mampukah keduanya memecahkan benang merah antara mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arisha Langsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23
" Astaghfirullah...Syifa kenapa Fik...? " Tanya bunda Almira panik saat melihat Taufik keluar dari mobilnya dan memapah tubuh ramping Syifa memasuki rumah sederhana milik keluarga dokter Alamsyah.
" Kata Lyly tadi pagi lift yang Syifa naiki tiba-tiba mati, disertai dengan lampunya juga Bun,jadi mungkin Syifa shock,kan Syifa takut gelap" jelas Taufik setelah mendudukkan Syifa di salah satu sofa yang terdapat di ruang keluarga kediaman bunda Almira.
" Ya Allah...kamu temani Syifa sebentar ya, Bunda buatkan teh hangat untuk Syifa,kamu mau minum apa ?" tanya bunda Almira pada Taufik.
" Ga usah Bun,buat Syifa aja, kebetulan aku ga bisa lama-lama,harus langsung balik ke kantor Bun,masih ada tugas deadline yang harus diselesaikan hari ini " jawab Taufik apa adanya.
" Oh ...gitu ya,Ok.. sebentar ya,bik Sum belum pulang dari pasar " ucap bunda Almira, wanita paruh baya itu tergesa menuju dapur untuk menyiapkan segelas teh hangat untuk sang putri.
Sedangkan Syifa ia masih terdiam seraya memejamkan matanya, menikmati usapan lembut dari Taufik di puncak kepala nya,andai Taufik bukan saudaranya mungkin ia sudah jatuh cinta pada pria lembut penuh dengan kesabaran itu.
" Nih diminum dulu sayang..." perintah bunda Almira seraya menyodorkan gelas ke bibir Syifa,tak menjawab Syifa langsung meraih gelas dari tangan sang Bunda dan sedikit menyesap teh hangat yang membuatnya menjadi sedikit lebih tenang.
" Kamu mau langsung balik ke kantor kan? Udah tinggal aja ga pa-pa" ucap bunda Almira pada Taufik.
" Iya Bun,Dek... Abang balik kantor ya, Udah ga usah di ingat lagi,itu cuma kebetulan " ucap Taufik lembut.
" Iya bang.. makasih ya udah anterin Fa,maaf merepotkan " ucap Syifa pelan.
" Bicara apa sih kamu,apa gunanya ada Abang kalau kamu harus minta tolong ke orang lain,selama kamu belum menikah maka kamu masih tanggung jawab Abang dan ayah" ucap Taufik lembut.
Syifa tersenyum seraya mengerjapkan matanya menatap wajah tampan Taufik, matanya berkaca-kaca karena merasa terharu dengan ucapan Taufik yang ia percaya itu bukan hanya ucapan manis semata, Syifa bersyukur walau ia terlahir sebagai anak tunggal,tapi ia masih bisa merasakan kasih sayang seorang Abang dan juga adik.
Ayah Syifa yang terlahir tiga bersaudara, ayah Taufik adalah kakak laki-laki ayah Syifa dan memiliki dua orang putra, Taufik dan Dani adiknya yang berusia dua tahun di bawah Syifa, sedangkan adik perempuan ayah Syifa juga memiliki dua orang anak,putra dan putri yang usia mereka terpaut cukup jauh dengan Syifa.
" Ya udah Abang balik ke kantor ya, nanti sore Abang kesini,Bun aku pamit ya" putus Taufik.
" Iya.. hati-hati ya " jawab wanita beda generasi itu bersamaan, keduanya menatap kepergian Taufik yang menghilang di balik pintu.
Hingga suara deru mobil terdengar, menandakan bahwa Taufik telah benar-benar pergi meninggalkan rumah sang paman.
" Istirahat di kamar yuk" ajak bunda Almira pada Syifa.
Tak menjawab Syifa hanya mengangguk patuh, dengan di bantu sang bunda, Syifa menaiki satu demi satu undakan tangga di kediaman orang tuanya,ia memasuki kamar dengan masih di dampingi sang bunda.
" Mau ganti baju atau langsung rebahan?" tanya bunda Almira perhatian.
" Ganti baju dulu aja Bun,udah ga apa Fa bisa sendiri kok,udah lebih mendingan,bunda lanjutin aja kerjaan bunda tadi" ucap Syifa lembut.
" Yakin..mau bunda tinggal? Sebenarnya bunda tadi sedang buat cake untuk kamu bawa besok ke rumah sakit " ucap bunda Almira.
" Maksudnya,.? Siap yang sakit Bun?" tanya Syifa heran.
" Mamanya Tante Rosella sayang... bukan sakit parah sih,cuma kelelahan aja,beliau suka banget cake" jawab bunda Almira apa adanya.
" Trus kenapa harus Syifa Bun?, kan Fa ga kenal " tanya Syifa merasa sedikit keberatan, sebenarnya bukan keberatan karena ga kenal, kalau masalah itu kan masih bisa kenalan,tapi ia masih enggan jika nanti bertemu Gerald di sana.
" Belum kenal, makanya kenalan,Oma Irma itu orangnya asyik banget loh sayang, penyayang juga, beliau itu ga punya cucu perempuan, makanya pasti bahagia kalau ketemu kamu,udah ber kali-kali beliau tanya tentang kamu ke Ayah" jawab bunda Almira jujur.
" Malu Bun " jawab Syifa pelan, tangan nya sibuk memasang kancing baju yang ia pakai.
" Kenapa harus malu,mau ya besok ke rumah sakit,ada ayah kok,kan bisa ayah yang kenalin" bujuk bunda Almira lembut.
" Kenapa ga sama bunda aja?" tanya Syifa heran.
"Kamu lupa? besok kan hari Sabtu sayang, jadwalnya bunda sama Tante Rosella mengunjungi anak-anak di panti asuhan nya Tante Rosella yang di jakarta timur " jawab bunda Almira.
" Oh iya..Fa lupa" jawab Syifa lesu.
" Ya udah sekarang kamu istirahat, tenang kan pikiran kamu ya sayang,bunda mau lanjutin yang di dapur" ucap Bunda Almira.
" HM.." jawab Syifa dengan sebuah anggukan kepala.
Setelah kepergian sang bunda, Syifa memutuskan untuk ke kamar mandi untuk berwudhu,ia ingin melaksanakan Shalat sunat Dhuha,ia berharap hatinya akan lebih tenang,bukan hanya karena kejadian di lift yang membuat nya seperti itu,tapi ucapan pedas Gerald yang lebih membuat hatinya sangat terluka.
Syifa melaksanakan ibadah shalat Sunnah dua rakaat dan disambung dengan membaca sedikit ayat-ayat suci Al-Qur'an,serta di lanjutkan dengan Doa pada sang pencipta.
" Ya Allah...bantulah aku agar menyerahkan keseluruhan diri ini hanya pada Mu, sehingga hamba dapat dengan ikhlas menerima semua yang Engkau tuliskan untuk hamba.
Ya Allah..bantulah hamba untuk melepaskan segala keraguan dan berjalan dengan yakin dalam Iman terhadap Mu,percaya bahwa rencana Mu yang paling tepat untuk hamba dibandingkan impian besar hamba.
Ya Allah... ampuni hamba atas segala kesalahan yang telah atau yang akan hamba perbuat .
Ya Allah.. tolong selalu ingatkan hamba bahwa kebaikan Mu pasti selalu lebih besar dari kesalahan ku, sehingga aku sadar bahwa kasih sayang Mu begitu besar untuk kami Umat Mu..besar kan lah rasa malu hamba,agar hamba tak bertindak di luar batas toleransi Mu..
Ya Allah..pancar kan lah cahaya Mu pada Ku,agar mataku dapat sadar akan kebenaran dan keberadaan Mu,dan agar hati hamba dapat di terangi oleh pantulan keindahan Mu....
Amiiiin....
Nawaitu lillahi Ta'ala
Hasbunallah wani'mal wakil
Ni'mal Maula wani'mal Nasir.
Ya Allah..mampu kan lah hamba mengangkat derajat kedua orang tua hamba ya Allah...
Hamba ingin mereka bahagia di masa tua mereka... Amin Ya Rabbal Alamin.
Begitu indah dan tulus doa yang Syifa minta,ia tak ingin mengingat apa yang telah terjadi padanya hari ini,ia berharap Tuhan akan membuat hatinya melupakan semua itu.
Selesai dengan Shalat dan doa nya,Syifa memutuskan untuk turun ke dapur, walaupun tak bisa membantu ia ingin menemani sang bunda yang katanya sedang sedikit sibuk itu,dan benar saja saat memasuki area dapur, Syifa melihat dengan jelas kesibukan sang bunda yang terlihat sedang sangat serius hingga tak menyadari kehadirannya.
Greeeb...
Tangan lembut Syifa memeluk pinggang ramping sang bunda dari belakang,ia menghirup aroma khas seseorang yang telah menghadirkan nya ke dunia ini, begitu damai dan menenangkan itulah yang Syifa rasakan.
" Kok ke dapur? Ga jadi istirahat?" tanya bunda Almira lembut.
" Masih pagi juga Bun,mana bisa tidur " jawab Syifa seraya sibuk mengusapkan wajahnya di punggung sang bunda, membuat bunda Almira tersenyum melihat tingkah laku sang putri.
" Banyak banget Bun buat kue nya?" tanya Syifa heran,sebab ia melihat sudah ada beberapa jenis cake yang sudah masak tersusun rapi di atas mini bar di dapur,dan sekarang sepertinya sang bunda sedang membuat adonan kue kering.
" Itu cake nya satu untuk Oma Irma, sekalian ini bunda buatkan sedikit cookies keju,dan sisanya untuk besok bunda bawa ke panti,pasti anak-anak di sana bakal seneng banget" jawab bunda Almira seraya tangan nya terus terampil mencetak berbagai macam bentuk cookies.
" Syifa juga mau Bun, yang keju di mix coklat" request Syifa pada sang bunda.
" Kamu mau? Ok..nanti bunda sisa in buat kamu ya" jawab bunda Almira lembut.
Syifa tersenyum seraya mengangguk,ia bahagia dan sepertinya hati dan pikiran nya sudah sedikit lebih tenang.
*******
" Wah... sungguh sebuah perencanaan yang sangat matang,kami sangat suka dan mengagumi kinerja kerja karyawan anda tuan Gerald" puji salah satu klien yang mengadakan meeting dengan pihak GA Group
" Terimakasih tuan atas tanggapan positif anda dan kami akan berusaha untuk lebih baik lagi,semoga anda puas atas kerja sama ini" jawab Dewa sopan, sedangkan Gerald hanya mengangguk pelan, pikiran nya benar-benar sedang tidak fokus.
" Kami pasti akan Sangat puas dan bangga bisa bekerja sama dengan perusahaan sebesar GA Group tuan" ucap orang tersebut terus terang.
" Baik..saya rasa cukup sekian meeting kita hari ini dan untuk tanggal memulai kerjasama kita di tentukan mulai hari ini,maka kami minta agar dari pihak anda untuk segera mengirimkan sample produk yang akan di tawarkan dan untuk para model akan kami sediakan " ucap Dewa tegas.
Dewa merasa harus segera mengakhiri meeting mereka,melihat dari wajah tak bersahabat sang Bos dan demi menghindari sikap arogan seorang Gerald Alexander Lemos, walaupun bisa di pastikan klien mereka tak akan membatalkan kerja sama mereka, karena bagi perusahaan lain,bisa bekerja sama dengan GA Group adalah sesuatu pencapaian yang mendekati sempurna.
Akhirnya meeting ditutup oleh Dewa dan berakhir dengan saling berjabat tangan,tak lupa Dewa mengantarkan klien mereka hingga ke lobby dan itu adalah perintah Gerald, sedangkan sang bos galau memilih memasuki ruangan pribadi milik nya yang terdapat di ruang kerjanya,ia merebahkan tubuhnya seraya .a memijit pelipisnya yang terasa sangat berdenyut.
" Kenapa ga sejak awal kami bilang bahwa kamu punya seseorang? mengapa kamu beri aku alasan yang seakan-akan bahwa kamu adalah wanita yang jauh berbeda dengan mereka-mereka?" gumam Gerald seraya meremas kuat rambutnya.
Tangan kekarnya memukul kuat kasur di sisi kanan dan kiri nya,ia melempar semua bantal yang tersusun rapi di atas ranjang di ruangan itu," Aaarrggghhhh" jeritan Gerald tertahan,dada nya terasa begitu sesak.