Di tinggal berselingkuh beberapa hari sebelum pernikahan oleh calon pengantin prianya, gadis itu tentu saja sedih dan kecewa, tapi Ayahnya datang dengan seorang pria tampan membuatnya menjadi pengantin pengganti, ah! tapi dia sangat bodoh!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16 : Itu Karena Aku Malu
Sebuah penyatuan bibir membuat mereka berdua larut dalam perasaan yang membara. Sentuhan tangan yang di berikan Tama kepada tengkuk Mimu benar-benar mendorong Mimu untuk mau tidak mau ikut masuk ke dalam tindakan yang lebih lagi. Mereka terus saling mengerakkan bibir mereka begitu saja mengikuti tanpa mereka sadari, entah juga dorongan dari mana Tama membawa tubuh Mimu untuk masuk ke dalam kamar mereka, merebahkan perlahan tubuh Mimu dan sebentar berhenti untuk menatap Mimu.
" Aku tahu kita membutuhkan waktu yang lebih lama untuk saling mengenali satu sama lain dan meyakinkan hati kita tapi, aku tidak bisa menahan diri. Boleh aku melanjutkan ini? "
Mimu terdiam menatap Tama yang sudah berada di atas tubuhnya menatap dengan begitu dalam membuat Mimu tidak sanggup untuk mengeluarkan suara agar bisa menjawab sesuai dengan apa yang dia inginkan.
" Kalau kau masih diam, aku akan mengartikan bahwa jawabanmu adalah iya. "
Tidak, setidaknya itu yang ingin dikatakan oleh akal sehat Mimu, hanya saja tatapan matanya justru menyampaikan lain, dia masih diam dan tidak menolak melalui tindakan membuat Tama benar-benar melanjutkan apa yang ingin dia lakukan.
Tama menyatukan kembali bibir mereka, menggerakkan dengan lembut sembari menjalankan tangannya untuk menyentuh beberapa titik pada tubuh Mimu. Benar-benar di luar dugaan mereka karena ternyata mereka berdua benar-benar seperti kerasukan sesuatu hingga mereka tidak lagi mengenal malu.
Beberapa saat kemudian yang terdengar dari balik dinding yang terbuat dari anyaman bambu hanyalah suara memekik sakit, lalu lenguhan yang saling sahut menyahut dari kedua bibir mereka.
Beberapa saat kemudian, Mimu menyembunyikan wajahnya dengan membelakangi Tama. Rasanya dia benar-benar sangat malu kalau ingat betapa gilanya dia beberapa saat lalu. Padahal otaknya terus mengatakan untuk jangan sampai itu terjadi, tapi anehnya dia malah seperti tersihir dan menjadi tak berkutik hanya karena kalimat yang keluar dari bibir Tama, serta tatapan matanya yang tidak biasa.
" Apa kau menyesal? " Tanya Tama yang membuat Mimu tersentak saat mendengar nada bicara Tama yang terdengar kecewa.
" Aku minta maaf karena terlalu terburu-buru, boleh kalau mau menghukumku, mau pukul juga tidak masalah. "
Sontak Mimu membalikkan tubuhnya, kini mereka saling berhadapan karena sedari tadi Tama rupanya tetapi memiringkan tubuhnya menatap punggung Mimu. Tatapan mereka kembali di satu garis lurus membuat mereka saling terpaku dalam tatapan mereka.
" Aku membelakangimu karena aku malu. "
Tama terdiam sebentar, lalu tak lama dia tersenyum. Sekarang ini mereka masih tak berpakaian dan hanya selimut yang menutupi tubuh mereka berdua. Tama merapatkan tubuhnya, meraih pinggul Mimu dan membawa tubuh Mimu kedalam pelukannya. Sama, dia juga merasa malu tapi dia benar-benar sulit menahan diri tadi.
" Terimakasih ya Mimu, meskipun aku tidak bisa membantu banyak hal dan malah menjadi beban untukmu, kau masih sebaik ini padaku. Aku janji suatu hari nanti aku akan membawamu untuk hidup dengan lebih baik dan membuatmu di hargai di manapun kau berada. "
Mimu membuang nafasnya, lagi-lagi dia harus mendengar omong kosong Tama yang begitu tinggi dan tak mungkin akan terjangkau olehnya. Mimu memejamkan mata saja, merasakan bagiamana nyamannya dada hangat dan bidang Tama.
" Aku ingin tidur seperti ini sampai pagi, kau tidak boleh menjauhkan tubuhmu ya? " Pinta Tama karena kali ini dia benar-benar merasa kalau tubuh Mimu memberikan kenyamanan yang tak bisa di gambarkan melalui kata-kata. Padahal tubuh Mimu kurus dan kecil, tapi anehnya tubuh itu seperti rumah yang memberikan perlindungan, kehangatan dan juga harapan untuk bahagia.
Mimu mengangguk setuju, padahal di dalam hati dia membatin kalau pastilah dia tidak akan bisa tidur setelah apa yang terjadi di antara mereka tadi.
Satu, dua, tiga jam, bahkan sudah hampir subuh ternyata mereka berdua kompak belum bisa tidur, hanya saja mereka saling terdiam karena tidak berani mengatakan apapun takut akan membangunkan satu sama lain.
Kesal juga karena tidak bisa tidur akhirnya Mimu membuang nafas kasarnya membuat Tama menunduk menatap Mimu yang ternyata juga menatapnya karena terkejut.
" Apa nafasku membangunkan mu? " Tanya Mimu dengan tatapan yang terlihat menyesal.
" Aku bahkan tidak bisa tidur, apa kau juga sama tidak bisa tidur? "
" I iya. "
" Kenapa? "
" Setelah apa yang terjadi tadi, aku benar-benar tidak bisa melupakannya dan terus mengingatnya lalu terus mengutuk diriku sendiri karena aku sangat malu. "
Tama tersenyum sembari memegang wajah Mimu dan mengusap lembut.
" Bagiamana kalau kita lakukan lagi supaya kita merasa lebih lelah dan bisa cepat tidur? "
Mimu membulatkan matanya dengan tatapan terkejut.
" Se sepertinya tidak harus sampai begitu deh. "
Tama mengubah posisinya untuk berada di atas tubuh Mimu, menatapnya dan tersenyum sembari mengusap wajah Mimu dengan lembut.
" Tapi aku ingin mencobanya, siapa tahu memang benar saran dariku. "
Beberapa saat kemudian terjadilah lagi apa yang yang terjadi sebelumnya.
Besok paginya.
Mimu bangun dan menyiapkan segala hal yang akan dia bawa ke pasar. Sebenarnya dia benar-benar tidak sanggup kalau harus membawa barang untuk dia jual dengan kondisi tubuhnya yang seperti remuk terlindas truk tronton. Belum lagi kedua kakinya gemetar dan rasa perih masih di rasanya.
" Kenapa tidak membangunkan aku? " Tanya Tama yang sepertinya dia buru-buru untuk bangun setelah tak mendapati Mimu di sebelahnya.
Mimu menatap Tama dengan tatapan sebal, bagaimanapun tubuhnya bisa seperti sekarang juga karena Tama, padahal sudah cukup lama di sesi yang pertama, tapi yang kedua bahkan sangat lama sekali dan hampir saja membuat Mimu pingsan.
" Aku mandi sebentar ya? Tunggu aku, nanti batangnya biar aku saja yang bawa. "
Tama dengan segera bergerak untuk mengerjakan apa yang harus dia kerjakan. Setelah selesai mandi dia segera memakai pakaian yang sudah di sediakan oleh Mimu dan bergegas untuk membantu Mimu pergi ke pasar dan menjual hasil panen mereka kemarin. Tapi, begitu keluar dari kamar setelah dia benar-benar rapih, Tama justru di buat terdiam karena melihat Mimu duduk menyender di kursi yang terbuat dari bambu itu dan tertidur.
Perlahan Tama berjalan mendekat, dia mengusap pelan wajah Mimu dan membuat Mimu terbangun.
" Kau sudah selesai? " Tanya Mimu sembari mengusap wajahnya untuk mengusir kantuk yang ia rasakan.
" Sudah, kalau kau mengantuk biar aku saja yang bawa ke pasar ya? Beritahu aku saja bagaimana menjualnya. "
Mimi menggeleng dengan cepat.
" Hanya tinggal di setor saja, tidak usah kita yang jual. Kau kan tidak tahu orangnya yang mana, aku juga harus kepasar. " Ucap Mimu seraya bangkit untuk bergegas mengangkat barang yang akan dia bawa.
" Biarkan aku saja! "
Tama mengambil barang yang akan di bawa ke pasar, meraih jemari Mimu, menggandengnya dan berjalan terus menuju ke pasar.
Bersambung.
aq kan jdi mau juga 🤣🤣🤣