Genre : TimeTravel, Action, Adventure
Mo Lian. Seorang Kultivator terkuat di Alam Semesta.
Saat ia hendak naik ke Alam Selestial, Dao menolaknya karena di dalam hatinya terdapat penyesalan besar. Akhirnya pun Dao mengirimkannya kembali ke masa sekolahnya saat berusia 18 tahun.
"Kali ini aku harus berkultivasi secara perlahan sembari membalaskan semua dendam yang ada! Hingga tidak lagi meninggalkan penyesalan maupun rasa bersalah, yang mana dapat membangun iblis hati!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaKertas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 35 : Pertandingan Beladiri (1)
Pertandingan Beladiri akan diadakan hari ini pada pukul 08.30. Mo Lian bangun terlalu pagi, akhirnya ia memutuskan untuk keluar terlebih dahulu dari kamar hotel untuk mencari udara segar. Ia juga tak perlu khawatir jika terlambat datang, karena jarak antara hotel ia menginap dan tempat diadakannya pertandingan hanya berjarak beberapa mil jauhnya. Bahkan ia bisa tiba di sana hanya dalam kurun waktu kurang dari satu menit jika terbang.
Walaupun dikatakan masih pagi, yaitu pukul 04.50. Tapi di Kota Chongqing sudah banyak mobil berlalu lalang dari satu tempat ke tempat lainnya.
"Seperti yang diharapkan dari salah satu kota yang dikelola langsung oleh Pemerintah Pusat." Mo Lian berjalan di trotoar seraya memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.
Tidak terasa sudah sepuluh menit berlalu dari Mo Lian keluar hotel, kini ia sudah sampai di taman kota. Pepohonan rindang sebagai pagar yang membatasi rerumputan hijau, bunga bermacam-macam warna terlihat memperindah tampilan taman. Di tengah-tengah taman juga terlihat air mancur yang jernih.
Mo Lian menggelengkan kepalanya kecewa dengan napas panjang keluar dari mulutnya. "Meskipun udara di sini terjaga, tapi aura spiritual di sini lebih tipis dari taman kota yang ada di Chengdu."
Mo Lian menekuk lengan kirinya, ia melihat jam tangannya. Kemudian kembali berjalan menuju hotel di mana ia menginap, ia perlu bersiap-siap dan menyantap makanan.
Mo Lian naik ke kamar hotelnya, ia membersihkan dirinya kemudian turun kembali ke lantai dasar.
Terlihat di lantai dasar sudah berkumpul puluhan orang, yang tak lain adalah rombongan Mo Lian. Ia berjalan menghampiri mereka dan menyantap hidangan yang ada di atas meja. Makanan di sini sangat-sangat mewah, untuk satuannya dibandrol dengan harga 2000 Yuan, yang mana jika di luar, ia bisa mendapatkan 1000 mangkuk mie.
Mereka semua menyantap makanan yang ada di atas meja dengan sedikit senda gurau. Tidak ada satupun dari mereka yang membanding-bandingkan status, di sana mereka sama.
Puluhan menit terlewat, seluruh hidangan yang ada, makanan berat maupun ringan sudah disantap habis.
Mo Lian kembali melihat jam tangannya, di sana terlihat waktu sudah berada di pukul 07.30. "Apakah kita berangkat sekarang?"
Qin Zhang juga melihat jam tangannya. "Memang masih satu jam lebih awal. Tapi tidak ada salahnya untuk tiba lebih dulu," balasnya kemudian beranjak dari tempat duduknya.
Semua orang juga berdiri dari tempat duduknya. Mereka berjalan ke arah mobil yang telah disiapkan di depan hotel. Kemudian mobil melaju dengan kecepatan stabil menuju tempat yang telah ditetapkan.
Tiga puluh menit kemudian, mereka telah tiba di suatu tempat yang memiliki gerbang bergaya China klasik berwarna cokelat kayu. Di gerbang itu terparkir puluhan mobil mewah berbagai merek, banyak juga orang-orang berbagai usia yang mengenakan pakaian tradisional China.
Mobil yang mereka kendarai berhenti di tempat parkir. Kemudian turun dari dalam mobil dan berjalan menuju pintu gerbang yang muat dilalui oleh tiga mobil secara bersamaan.
Di depan Mo Lian, terpampang halaman yang sangat-sangat luas. Di tengah-tengah halaman terdapat podium setinggi satu meter, dengan ukuran 20 x 20 meter. Di sekitar arena juga terlihat ratusan kursi-kursi yang tersusun rapi, dan di seberang pintu masuk terdapat bangunan dua lantai bergaya China klasik.
Di lantai dua juga terdapat balkon yang mengarah pada podium arena dan beberapa kursi juga tersusun rapi di balkon itu. "Sepertinya itu tempat untuk para petinggi," ucap Mo Lian.
Ketika Mo Lian dan rombongannya memasuki halaman, terdengar berbagai obrolan dari ratusan orang yang hadir.
"Bukankah itu Keluarga Qin dan Yun? Mengapa keduanya datang secara bersamaan? Aku keluarga mereka memiliki hubungan, tapi tidak pernah datang bersamaan seperti ini."
"Entahlah. Mungkin saja mereka memang kebetulan bertemu di depan, tapi buang dulu masalah itu, coba kau lihat di sana. Kenapa seorang pemuda yang terlihat lembek itu berjalan di depan Keluarga Qin dan Yun?"
Percakapan antara semua orang terus berlanjut hingga kebisingan menyebar luas ke seluruh penjuru halaman. Mo Lian yang mendengar itu hanya diam tak menghiraukan omongan semua orang.
Di salah satu tempat duduk, terdapat puluhan orang yang berasal dari Keluarga Su. Puluhan orang ini menatap heran ke arah rombongan Mo Lian, terutama saat melihat Su Jingmei. Yang diketahui mereka, Su Jingmei tinggal di Kota Hanzhong, dan tidak mungkin untuk tiba ke Kota Chongqing, terlebih lagi memasuki Pertandingan Beladiri.
"Apa yang dilakukan anak kurang ajar itu di sini? Apakah dia tidak tahu jika Pertandingan Beladiri adalah acara yang dikhususkan untuk seorang Pejuang, lalu bagaimana bisa dia masuk ke sini? Terlebih lagi membawa dua anaknya yang tidak berguna itu." Pria tua berambut hitam keputihan menatap tajam Su Jingmei.
"Ayah. Sepertinya dia datang bersama dengan Keluarga Qin dan Yun, aku tidak tahu bagaimana mereka bisa datang bersama, tapi tidak mungkin dia memiliki hubungan dengan Keluarga Qin. Jikapun iya, mungkin saja dia hanya bekerja sebagai pembantu." Pria paruh baya berpakaian hitam rapi membalas perkataan Ayahnya.
"Kakek. Karena bibi datang kemari, maka saat aku naik ke atas arena, aku akan menantang Mo Lian untuk naik. Aku akan menginjak-injaknya seperti semut, bagaimanapun aku sudah berada ditingkat Wu-Zun tahap Menengah."
Seringai lebar bisa terlihat di wajah pria tua, ia menganggukkan kepalanya sebagai balasan. "Baiklah. Lakukan apapun yang kau mau!"
***
Mo Lian menolehkan kepalanya melihat ke sekitar, kemudian terhenti saat pandangannya terfokus pada seseorang yang dikenalnya. Mo Huangbei, kakeknya, sekaligus orang yang mengusirnya dari Keluarga Mo.
Ia mengepalkan tangannya erat, ia menatap tajam orang itu dengan ***** membunuh yang kuat. "Mo Huangbei. Baji—" ucapnya terpotong ketika ia merasakan ada yang menggenggam tangannya.
Mo Lian menolehkan kepalanya, terlihat Su Jingmei menatap dirinya seraya menggelengkan kepala. Melihat itu, Mo Lian hanya bisa terdiam dengan senyuman dan menghela napas panjang.
"Ibu. Apakah Keluarga Su juga mengikuti Pertandingan Beladiri?" tanya Mo Lian ketika ia melihat salah satu orang yang dikenalnya, Su Xinming sepupunya yang menghinanya di depan makam Ibunya saat di kehidupan sebelumnya.
Su Jingmei terdiam sejenak, kemudian menjawabnya, "Setahu Ibu tidak pernah. Tapi, entahlah, Ibu tidak tahu. Ibu terlalu sibuk mengurus perusahaan, saat ayah mengajak Ibu untuk pergi, Ibu selalu menolak."
Mendengar itu, Mo Lian menganggukkan kepalanya. Di sini, Pertandingan Beladiri, terdapat lima keluarga yang sangat dibencinya. Keluarga Su, Mo, Long, Tang, Fang. Ia tidak berharap jika kelima keluarga itu bisa berkumpul di satu tempat.
"Tapi dengan kelima keluarga yang bergabung, itu terlalu banyak. Belum lagi jika sekte-sekte maupun Pasukan Taring Naga juga datang."
Mo Lian menundukkan kepalanya dengan tangan menyentuh dagu, ia memikirkan apa yang harus dilakukannya. Tentunya yang paling bermasalah saat ini adalah Keluarga Long, Fang dan Tang. Karena untuk saat ini ia telah bersinggungan dengan ketiga keluarga itu.
"Selamat datang di Kota Chengdu!"
Terdengar suara nyaring dari atas podium arena yang menarik perhatian semua orang, dan menyadarkannya dari lamunan. Mo Lian mendongakkan kepalanya, terlihat seorang pria paruh baya berambut hitam panjang mengenakan pakaian tradisional China berwarna cokelat.
"Saya Master Hongtan. Pertandingan Beladiri kali ini berbeda dari pertandingan tahun sebelumnya yang mengharuskan mengacak nomor peserta. Pertandingan Beladiri tahun ini akan menggunakan peraturan yang baru dan lebih simpel, siapapun boleh naik ke atas podium dan menantang siapapun yang memang mengikuti pertandingan ..."
Mo Lian menaikkan sebelah alisnya ketika mendengar perkenalan dari pria paruh baya yang berdiri di atas podium. "Master?" tanyanya pelan sedikit tertawa.
Master Hongtan terdiam sejenak, kemudian melanjutkan perkataannya, "Orang yang ditantang boleh memilih untuk menerima maupun menolak, jika menolak, seharusnya sudah tahu apa yang akan terjadi di pandangan semua orang. Kalian hanya akan menjadi bahan hinaan ..."
"Untuk memutuskan pemenang, sangat mudah, orang yang tetap berada di atas podium arena tanpa mendapat tantangan, maupun memenangkan sepuluh pertandingan berturut-turut."
Sorak-sorai semua orang bisa terdengar di seluruh halaman, mereka semua tidak mempermasalahkan perihal peraturan yang berubah. Karena menurut semua orang, itu lebih mudah dan cepat ketimbang tahun lalu. Teriakan semangat terus menggema, hingga beberapa saat kemudian teriakan itu berhenti karena terdengar suara nyaring dari pusat arena.
"Tanpa berlama-lama! Pertandingan Beladiri! Dimulai!"
...
***
*Bersambung...