"ABANG HATI-HATI!!!" teriak seorang anak kecil menarik tangan Arrazi yang berdiri diatas pagar jembatan. Hingga keduanya terjatuh di alas jembatan yang berbahan beton.
"Aduh!" rintih gadis kecil yang badannya tertindih oleh Arrazi yang ukuran badannya lebih besar dan berat dari badan kecilnya. Laki-laki itu langsung bangun dan membantu si gadis kecil untuk bangun.
Setelah keduanya berdiri, si gadis kecil malah mengomel.
"Jangan berdiri di sana Bang, bahaya! Abang emang mau jatuh ke sungai, terus di makan buaya? Kalo Abang mati gimana? Kasian Mami Papinya Abang, nanti mereka sedih." omel gadis kecil itu dengan khawatir.
Menghiraukan omelan gadis kecil di depannya, Arrazi menjatuhkan pantatnya di atas jembatan, lalu menangis dengan menekukan kedua kaki dan tangannya menutupi wajah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icut Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 1 : BANDARA
"ABANG BANGUN! KATANYA MAU ANTERIN AKU KE BANDARA!!!" suara Daniah menggema di kamar Atha, di barengi lampu kamar yang tadinya padam kini terang benderang, menyinari ruangan yang cukup besar itu, namun nuansanya agak dark. Karena di dominasi warna hitam.
Daniah menjambak rambut Atha, karena si empunya kamar masih tidur, seolah tak terusik dengan suara yang menggelegar dari mulut kecil Daniah. Atha menjuluki mulut Adiknya itu sperti pluit tukang parkir. Yang maunya aja dan ajak ribut. Karena Atha pernah mengalami kejadian ribut dengan tukang parkir di salah satu minimarket terkenal.
Daniah pernah protes saat Atha menjulukinya seperti itu. Namun saat itu mulut Daniah keburu di sumpal dimsum oleh Atha. Emosi Daniah langsung meredam kala mersakan dimsum buatan sang Mami yang terasa begitu lezat di mulutnya.
Bahkan Daniah pernah mengajak Maminya untuk jualan dimsum. Namun ajakannya itu di tolak mentah-mentah oleh sang Papi yang saat itu sedang duduk di samping Maminya, sambil menyenderkan kepalanya.
"Nggak ada Daniah! Papimu ini masih sanggup membiayai kehidupan keluarga ini. Sampe tujuh turunan malah!" begitulah penolakan mentah dari Papinya, ada embel-embel kesombongan di dalamnya. Ya meskipun nada bicara datar, tapi berhasil membuat Daniah gedek mendengarnya. Sombong sekali Pak Dhiau ini.
Kembali ke konteks awal. Daniah menagih janji Atha yang katanya mau mengentarkan Daniah ke Bandara untuk menjemput sahabatnya. Eliza yang pulang ke tanah air setelah 2 tahun tinggal di Jepang untuk bekerja.
"SAKIT ANJ......"
"ANJ APA? HAH? ABANG MAU NGATAIN AKU APA HAH?" Daniah sengaja nyolot duluan, karena ia tahu apa yang menjadi latah Abangnya itu ketika merasa terusik.
"Heheh.....Angeli pacarnya Rahul." Atha nyegir, meralat kata yang terpotong itu dengan nama tokoh di salah satu film India kesukaan emak-emak, sama penulis. Sambil mengelus rambut belakangnya yang terasa perih, akbiat jambakan maut dari sang Adik. Mau ngomel, tapi yang mau diomeli sudah memasang tampang garang. Nggak bahaya ta?"
"Ayo anter aku!"
Daniah tak menerima penolakan dari Abangnya yang sudah berjanji akan mengantarkannya ke Bandara pagi ini untuk menjemput Eliza. Daniah menarik Abangnya. Ingat, bukan menarik tangan Atha, tapi menarik kerah kaos yang di kenakan Atha.
Dhiau, Papi dari 2 anak itu sempat melihat dan bertanya apa yang sedang di lakukan kedua anaknya itu, saat mereka berjalan melewati ruang tamu, yang kebetulan saat itu Dhiau baru saja datang setelah memberi makan ikan koi yang ada di kolam samping kanan rumah.
Semenjak Dhiau berkunjung ke rumah temannya, yang juga aris tanah air yang hobby memelihara ikan dengan harga yang fantastis, akhirnya Dhiau keracunan hobby pelihara ikan juga.
Dhiau bahkan menamai 3 ikan koi kesayangan dengan nama yaitu Elhasiq, Faiq, Ammar. Laki-laki yang sudah memiliki 3 anak dengan satu istri yang sangat di cintainya itu, memag agak random orangnya. Kerandomannya, nular ke-ketiga anaknya itu.
Tapi kalau sudah serius apalagi marah, semua dibuat bungkam olehnya. Bahkan lebih baik di telan bumi daripada di telan tatapannya yang tajam.
Baru saja Atha hendak menjawab dan meminta tolong Papinya agar terlepas dari Daniah, Adiknya yang sedang menjelma jadi iblis kecil. Bagimana tidak kecil, badannya Daniah saja memang kecil, mungil menggemaskan. Tapi kalo marah dan emosi nggak tanggung-tanggung. Tangkuban perahu bisa balik ke wujud semula.
Dania langsung menjawab dengan sarkas.
"Mau ngajarin anak Papi supaya nggak ingkar janji."
"Ajarin yang benar ya, Daniah." balasan santai dari Dhiau membuat Atha putus asa.
Papinya sama sekali tidak bisa diandalkan. Ia malah mendukung anak kesayangannya berlaku dzolim terhadap anak sulungnya. Dan sangat di sayangkan sekali, pelindung dan pembela Atha sedang tidak ada. Kini Mami dan Fadillah, Adik bungsunya itu sedang ada di rumah Neneknya. Karen kemarin siang di telepon oleh Ibu mertua, katanya ingin membuat makanan tradisional bernama kue mendut. Lagi pengen katanya.
Daniah hampir salfok mendengar nama kue yang akan di buat sang Mami dan Neneknya itu. Ia sempat bertanya dengan polosnya.
"Nenek minta Mami bikin candi?"
Karena yang Daniah tau, Mendut itu nama candi bercorak Budha yang ada di kota Mungkid, Kabupaten Magelang.
"Gila lo Daniah! Pemaksaan ini namanya!" omel Atha saat mereka sudah berada di dalam mobil, Atha di bangku kemudi. Sedangkan Daniah di bangku sampingnya.
"Siapa yang janji?" ujar Daniah mengingatkan Atha atas ucapannya kemarin sore yang berjanji akan mengantarkan Daniah ke Bandara, asalkan dia memberi tahu password WIFI yang sengaja Daniah ganti. Padahal itu adalag triknya agar sang Abang mau mengantarkannya ke Bandara.
Karena Pak Abqari, sang supir sudah lebih dulu di pinta Papi untuk menjemput Mami dan Adiknya ke rumah Nenek. Kalau minta tolong diantar Papi, Daniah malas sekali, karena Papinya itu pasti banyak dramanya.
Pokoknya yang aman, minta Atha yang mengantarkannya. Dan sengaja Daniah tidak memberikan waktu Abangnya meskipun sekedar cuci muka atau berganti baju. Biar nanti Atha tidak ikut keluar dan merecoki pertemuannya dengan Eliza di Bandara. Dengan kata lain, Atha di butuhkan hanya sebagai supirnya saja.
"Yaelah Daniah. Gue belum mandi. Mana masih belekan lagi!" komentar Atha pada dirinya sendiri karena melihat pantulan wajahnya dari kaca spion tengah. Lalu mengusap kotoran mata yang berwarna putih yang bertengger di sudut mata dalamnya. Mana rambutnya acak-acakan lagi. Khas sekali baru bangun tidurnya. Namun kesadarannya sudah 100%. Karena jambakan dari sang Adik yang menyadarkannya.
Berbeda dengan Atha, Daniah jsutru berpenampilan santai. Namun elegan. Ia memakai t-shirt berwarna light beige dan dipadukan dengan midi skirt berawarna hijau daun. Rambut panjang dan berponi berwarna hitam kecoklatan itu di gerai. Namun ada jepitan berbentuk persegi panjang berwarna cream yang menjepit rambut bawah bagian kanannya.
"Udah deh Bang. Lo juga nggak cakep-cakep amat! Ayo jalan keburu kena macet nanti."
"Pedas banget tuh cocot. Masih pagi juga."
Usia Atha dan Daniah berjarak 4 tahun. Meraka juga masih memiliki Adik kecil yang jarak usianya lumayan jauh. Karena di rumah yang anak besarnya hanya mereka berdua, jadilah mereka lumayan akrab. meskipun banyak bertengkarnya.
Kalau sedang tidak di hadapan orang tua atau keluarga besar, mereka akan saling panggil lo gue layaknya seorang teman. Bukan Adik-Kakak, seperti sekarang ini. Atha melirik jam yang melingkar di lengan kanan Daniah, baru jam setengah enam. Seharusnya ia masih berleha-leha di jam segini.Apalagi lagi weekend.
Meskipun dengan bersungut-sungut, Atha tetap melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, membelah jalanan kota yang masih lenggang. Atha mengotak-atik layar kecil di dashboard mobilnya, memutar lagu dangdut.
"Cikini ke gondangdia......Aku begini gara-gara diaaa....Cikapek Tasikmalaya. Hatiku capek bila kau tak setia...." Atha mulai berdendang mengikuti lagu yang sedang viral itu.
"Bang, ini masih pagi, lo udah dangdutan aja." komentar Daniah yang risih mendengar lagu yang di putar oleh Atha.
"SSG."
"Apaan?"
"Suka-suka gue."
"Dih alay, segala di singkat-singkat gitu bahasnya."
Atha mengabaikan komentar Adiknya, ia asik mengikuti irama lagu dangdut yang bertalu-talu lalu menggema di dalam mobil. Kepalanya mulai bergerak kiri dan kana. Daniah menyumpal telinganya dengan earphone lalu memutar lagu 'DARARARI' yang dinyanyikan group band Kpop dari negeri ginseng, Treasure yang beranggotakan 12 cogan.
Daniah dan Atha memiliki selera musik yang berbeda. Jika Daniah suka dengan musik kekinian yang banyak di gandrungi oleh remaja-remaja masa kini dari Korea, sedangkan Atha menyukai lagu dangdut dan grup tanah air. Cinta karya musik anak bangsa, bilangnya begitu. Daniah juga suka, namun kali ini ia sedang alih haluan dulu.
"Daniah, gue nggak ikut ke dalam ya." ujar Atha saat mereka sudah sampai depan gedung Bandara.
"Emangnya kalo gue ajak ke dalam, lo mau Bang? Nggak malu sama penampilan?" sarkas Daniah sambil memperhatikan penampilan Abangnya itu.
Ia pun sudah sangat memahami Abangnya yang sangat memperhatikan penampilan. Katanya style is number one. Padahal penampilan Atha yang sekarang pun ulah dirinya yang langsung menyeret Atha untuk mengantarkannya ke Bandara.
Atha tersenyum kecut mendengar penuturan sang Adik. Andai Daniah bukan Adiknya dan bukan seorang perempuan yang lemah, sudah pasti Atha memberikan bogeman mentah ke wajahnya yang baby face itu.
Daniah memasuki gedung Bandara dengan membawakan sebuah buket bunga sebagai hadian kedatangan Eliza dari negeri ginseng ke tanah air, di tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya sibuk memegang handphone guna menghubungi Eliza yang katanya sudah datang 15 menit yang lalu, dan menunggu Daniah di salah satu Caffe di dalam Bandara.
"Hallo Eliza? Apa? Nggak kedengeran. Hallo?"
BRAK!
"YAAA BUKET GUE!!" teriak Daniah kaget melihat buket bunga yang akan di hadiahkan untuk Eliza terlepas meluncur dari pelukannya ke lantai akibat benturan keras yang Daniah rasakan dari seorang laki-laki yang berjalan menyenggol lengan kirinya.
Laki-laki itu berjalan begitu saja melewati Daniah, bahkan ia sempat menginjak buket bunga itu, semakin memperburuk penampiln buket.
"Cowok sialan!" umpat Daniah. Ia mengejar laki-laki itu.
"WOIII TUNGGU! TANGGUNG JAWAB LO!" teriak Daniah sambil mengacungkan tangan kananya yang memegang buket bunga yang sudah rusak. Ia tak meperdulikan di sekitarnya yang ramai. Bahkan atensi beberapa orang mengarah kepadanya.
Karena laki-laki itu tak juga berhenti membuat Daniah yang mungil, kecil, menggemaskan itu kewalahan. Ia menghentikan larinya untuk mengejar lki-laki itu, dadanya naik turun, mengatur nafasnya yang terengah-rengah.
Beberapa detik kemudian, Daniah melakukan kuda-kuda dengan tangan dan kakinya menggunakan teknik melempar bola ala pemain baseball, ia fokuskan mata dan mengarahkan buket menuju target. Di rasa sudah siap ia berlari, lalu meloncat, kemudian melempar buket bunga itu ke arah laki-laki yang menabraknya.
"PLAAK!
Tepat sasaran! Buket bunga itu mendarat mengenai punggung si laki-laki.
"GANTI RUGI! LO UDAH RUSAKIN BUKET BUNGA GUE!" teriak Daniah berlari menuju laki-laki yang menghentikan langkahnya.
Laki-laki itu memutar badannya.
"......"
"Dok.......Dokter Arrazi?"
ha..ha...ha