Salma seorang guru TK, menikah dengan Rama seorang duda dengan satu anak. Setahun lebih menikah kehidupan keduanya harmonis dan bahagia. Apalagi Rama adalah cinta pertamanya saat SMA.
Namun, kenyataan bahwa sang suami menikahinya hanya demi Faisal, anak Rama dengan mantan istrinya yang juga merupakan anak didiknya di tempatnya mengajar, membuat semuanya berubah.
Akankah Salma bertahan di saat ia tahu suaminya masih mencintai mantan istrinya yang datang lagi ke kehidupan mereka?
IG: sasaalkhansa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SIUA 16 Usaha Rama
Sebatas Ibu Untuk Anakmu (16)
Salma pun masih berdiam saat mobil Rama mulai melaju meninggalkan rumah yang jadi tempat tinggal keduanya sejak menikah.
Ting
Sebuah notifikasi masuk ke ponsel Salma dari nomor baru.
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
Sore hari, Salma duduk di kursi di teras depan melihat Zayden yang sedang bermain dengan Faisa.
Ia merasa senang saat sang kakak tertawa bersama berebut bola dengan Faisal.
" Om kesana dulu ya. Ical main sendiri dulu." Zayden menghampiri Salma yang sedang memperhatikan mereka.
" Apa kamu sudah memutuskan?," tanya Zayden sesaat setelah ia duduk di samping adiknya.
Ini pertama kalinya Zayden memiliki waktu untuk berbicara dengan adiknya. Karena, sejak tadi Faisal selalu menempel padanya dan ingin bermain dengannya.
" Aku memutuskan untuk memberikan asrama kesempatan. Aku harap aku tidak salah dalam mengambil keputusan ini, kak" Ucapnya yang di angguki oleh Zayden.
" Mungkin memang lebih baik seperti itu. Kakak tidak bermaksud membela Rama, tapi memang tidak mudah untuk move on dari cinta masa lalu. Apalagi yang Kakak tahu hubungan keduanya terjalin cukup lama.
Kesalahannya mungkin satu. Dia tidak memberitahumu saat menemui mantan istrinya itu. Bagaimana pun mereka akan selamanya terhubung karena adanya Ical." Zayden berbicara panjang lebar mengenai pendapatnya.
Salma membenarkan apa yang dikatakan oleh sang kakak. Keduanya akan selalu terhubung karena adanya Faisal. Sekalipun Faisal tidak memiliki ikatan batin dengan ibu kandungnya.
" Kakak sendiri kapan akan menikah? Apa Kakak tidak bosan hidup sendirian?," Salma sama mengubah topik pembicaraan.
Zayden hanya tersenyum menanggapi pertanyaan adiknya. " Kakak sudah menemukan wanita yang tepat untuk kakak jadikan pendamping hidup."
" Benarkah?," Salma tidak percaya.
Kakaknya tidak pernah sekalipun bercerita tentang perempuan tapi, kini tiba-tiba mengatakan sudah menemukan pendamping hidup yang tepat.
" Apa aku mengenalnya, Kak?,"
" Kamu sangat mengenalnya."
" Kakak serius?,"
" Kakak juga baru tahu." jawabnya.
...******...
"Kenapa ada disini?" Seorang pria bertanya pada sahabatnya yang kini duduk di hadapannya.
" Aku sudah mengundurkan diri." Ucapnya sambil melonggarkan dasinya.
Pria yang memakai setelan kantor itu duduk dengan santai sambil menyeruput kopi yang ada di atas meja.
" Itu kopi milikku."
" Aku haus."
"Kalau haus, minum air putih bukan kopi." Rama geleng-geleng kepala saat kopi yang belum ia minum sudah habis begitu saja.
" Bukankah rencanamu bulan depan?," Rama baru sadar sahabatnya terlalu cepat mengundurkan diri.
" Hmm. Aku merubah rencanaku. Keluarga Insi ingin mempercepat rencana pernikahan kami. Kakaknya yang tentara akan pergi tugas ke luar negeri bulan depan. Karena itu, pernikahan kami di majukan."
Rama mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia memang tahu rencana Andre yang akan mengikuti jejaknya keluar dari perusahaan. Namun, tidak menyangka secepat ini.
" Ini surat lamaran kerja yang masuk?," Andre memperhatikan tumpukan amplop coklat yang ada di sebelah kirinya.
" Ya. Peminatnya cukup banyak." Rama terus membaca dengan teliti surat lamaran kerja yang masuk.
Ia memisahkan surat lamaran yang CV nya sesuai dengan yang di butuhkan dan yang tidak. Seleksi pertama sebelum melakukan interview.
" Om Heru kapan akan datang?," tanya Andre yang mulai ikut membantu Rama meneliti CV.
" Mungkin dua hari lagi. Saat ini masih di luar kota untuk meninjau kafe cabang miliknya."
Om Heru adalah paman Rama yang membantu Rama mewujudkan impian Rama untuk memiliki bisnis sendiri. Ia pula yang membantu Rama dalam segala hal baik pencarian lokasi yang cocok juga berbagai macam perizinan usaha yang Rama belum terlalu memahaminya.
" Kapan mulai interview?,"
"Setelah CV ini kita pilih, kita langsung saja lakukan interview."
Mereka kembali sibuk dengan kegiatan mereka hingga sebuah telpon masuk ke dalam ponsel Rama.
Rama tersenyum saat melihat siapa yang menelponnya. Senyum itu pun tak luput dari penglihatan Andre.
📲 " Assalamu'alaikum. Mas, sedang apa?,"
📱 " Ini masih mengecek surat lamaran kerja yang masuk."
📲 " Jangan lupa makan ya."
📱 " Iya, Sa..Iya pasti." jawab Rama menghela nafas. " Kamu sendiri sudah makan?,"
Andre cukup aneh melihat ekspresi sahabatnya.
📲 " Kami baru selesai makan. Oh iya, pulang jam berapa?,"
📱" Ba'da Ashar sepertinya. Kenapa?,"
📲 " Oh. Ini, ada yang mau Kak Zayden sampaikan. Berarti makan malam di rumah ya,"
📱" Iya. Obatnya sudah di minum?,"
📲 " Setelah ini, baru minum obat.,"
📱 " Hm. Jangan lupa di minum obatnya."
📲 " Iya, Mas. Ya, sudah aku tutup telponnya. Assalamu'alaikum."
📱" Wa'alaikumussalam."
Rama masih memandangi ponselnya . Perasaannya campur aduk. Senang karena Salma kembali perhatian padanya. Namun, sedih karena belum bisa leluasa mengekspresikan rasa sayangnya.
" Hubungan kalian sebenarnya bagaimana?," Andre memang belum tahu bagaimana kelanjutan hubungan suami istri itu setelah Salma masuk ke rumah sakit.
" Salma memberi ku kesempatan kedua. Aku bersyukur dia tidak jadi meminta cerai."
" Manfaatkan kesempatan ini dengan baik. Jangan lagi melukai hatinya. Kerasa kan saat dia akan pergi kamu kelimpungan."
" Iya. Aku sadar. Aku juga tidak akan mau jadi laki-laki bodoh yang melakukan kesalahan yang sama."
" Serius sudah move on dari masa lalu?,".
" Iya. Setelah apa yang terjadi, mana mau aku kehilangan Salma dan kembali pada Dewi."
" Baguslah."
" Tapi, aku merasa sikap kamu sepertinya malah jadi kaku?,"
" Aku hanya takut kelepasan memanggilnya dengan sebutan ' Sayang',"
" Lah, dia kan istrimu?," Andre menatap aneh pada sahabatnya.
" Kamu tidak tahu saja saat di rumah sakit. Bagaimana marahnya Salma saat aku memanggilnya dengan sebutan itu. Dia menganggap ku bersandiwara." Rama ingat saat itu. Saat untuk pertama kalinya ia melihat kemarahan istrinya untuk yang pertama kalinya. Kemarahan bercampur kesedihan.
" Semoga Salma bisa cepat kembali percaya padamu." Andre berdo'a untuk sahabatnya dengan tulus.
" Aku harap begitu."
" Ya, apalagi mengembalikan kepercayaan yang sudah pudar itu tidaklah mudah,"
" Kau benar. Aku jadi khawatir dia masih curiga aku menemui Dewi di belakangnya."
" Laporkan saja semua kegiatanmu. Jika perlu pakai foto atau video biar dia semakin yakin." Ide Andre. Padahal biasanya perempuan yang posesif pasti meminta hal itu.
" Haruskah sejauh itu."
" Ya, namanya juga usaha."
Rama diam. Menimbang-nimbang baik buruknya.
" Inisiatif lah jadi suami. Peka sedikit. Sudah tahu istri lagi krisis kepercayaan. Jangan menunggu diminta." Andre tahu Rama diam bukan tidak mendengarkan tapi, sedang memikirkan apa yang ia sampaikan.
...******...
Di rumah, Salma sedang membaca buku di atas tempat tidur.
Namun, fokusnya teralih saat mendengar ponselnya berbunyi tanda ada pesan masuk. Tidak hanya sekali. Tapi, berkali-kali.
Ting... Ting .. Ting. ..
Salma mengerutkan keningnya saat tahu siapa yang mengiriminya pesan.
Bukankah barusan aku menelponnya? Ada apa ya?. Salma heran karena tidak biasanya Rama mengiriminya pesan. Bahkan lebih dari satu.
Sedetik kemudian, Salma malah tersenyum sendiri. Melihat isi pesan dari suaminya itu.
TBC