Aku menganggap mereka sebagai keluarga, mengorbankan seluruh hidup ku dan berusaha menjadi manusia yang mereka sukai, namun siapa sangka diam diam mereka menusukku dari belakang. Menjadikan ku sebagai alat untuk merebut kekuasaan.
Ini tentang balas dendam manusia yang tak pernah dianggap keberadaan nya. Membalaskan rasa sakit yang sebelumnya tak pernah dilihat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon laxiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Balasan
"Dimana kamu?" Ucap seseorang dari sebrang telepon dengan nada tinggi. "Pulang sekarang juga." Titah orang tersebut.
Arya menghela nafas nya, tadi ibunya yang menelepon, sudah dipastikan dia akan kena marah saat sampai dirumah. Namun Arya tidak punya pilihan lagi, dia harus menghadapi konsekuensi atas apa yang dilakukan olehnya.
Ibu Arya bersidekap dada menunggu putranya pulang, begitupun dengan ayahnya yang menunggu sang putra.
Arya membuka pintu pelan, dia sudah pasrah atas apa yang akan terjadi padanya. Selama ini ayah Arya hanya berdiam saja, dia sibuk mengurus pekerjaan kantor.
Perusahaan nya masih terbilang kecil, dia harus mati matian menjaga perusaan tersebut agar tetap dalam keadaan stabil. Mencari investor bukan sesuatu yang gampang seperti menyerok ikan dalam kolam, para investor lebih menyukai berinvestasi pada perusahaan besar yang sudah terjamin keuntungannya.
Perusahaan kecil jarang sekali dilirik, mereka hanya sesekali melirik dan kalaupun berinvestasi jumlahnya tidak akan besar.
Mendengar putranya akan menikahi salah satu pewaris perusahaan besar, tentu saja hatinya sangat senang, dengan begitu dia bisa memperluas bisnisnya, bahkan bisa jadi menyatukan perusahaannya.
Tapi atas apa yang telah diperbuat oleh putranya, maka semua nya hancur. Bahkan ini bisa menjadi awal kehancuran perusahaan yang telah susah payah dibangun olehnya.
Ayah Arya yang melihat putranya sudah datang segera menghampiri, dia memukuli putranya, membabi buta tanpa kenal ampun. Ibunya yang melihat hal tersebut hanya berdiam diri saja, sedangkan sang adik terus sibuk dengan handphone di tangannya.
"Kamu tahu, akibat ulah perbuatan mu itu, perusahaan kita terancam bangkrut."
Arya hanya terdiam, sambil menahan sakit di sekujur badannya.
"Kamu melepaskan tambang emas yang ada didepan mata, apakah kamu sadar kerugian apa yang akan terjadi akibat ulah mu itu." Ucap Ayah Arya penuh penekan.
"Maaf." Hanya itu yang bisa Arya katakan pada keluarga nya.
"Wah Daebak, masalah Mas Arya menjadi trending topik nomor satu di sosial media." Ucap adik Arya yang masih sibuk dengan handphone nya.
Setelah cukup lelah memukuli putranya, Ayah Arya berhenti dan duduk pada sofa. "Ambilkan saya minum." Titahnya pada sang istri.
Ibu Arya bangkit dari tempat duduknya, "Anak bodoh." Ucapnya pada Arya yang terbaring tak berdaya. Ia kemudian pergi kearah dapur, mengambil minum untuk suaminya.
**
...Grup Model Agency Girl...
^^^Veron^^^
^^^'Gila sih, gua kira Malaikat tahunya iblis yang sedang menyamar.''^^^
^^^Nathalie ^^^
^^^'Kan yang luarnya baik aja aja ternyata dalemnya busuk ke bangke''^^^
^^^'Noah^^^
^^^'Gak punya malu sih, sudah numpang eh malah gak tahu diri'^^^
^^^Siska ^^^
^^^'Kalau gua jadi Rania, udah gua usir tuh parasit kayak mereka. Ganggu aja cuman jadi hama doang.'^^^
^^^Laura ^^^
^^^'Hey, kalian lupa yang diomongin masih ada digrup.'^^^
^^^Noah^^^
^^^'Biarin aja, biar sadar diri. Selamanya pelayan gak akan pernah bisa jadi putri.'^^^
^^^Veron ^^^
^^^'Harus dikasih pelajaran sih orang kek gitu, malu maluin kita aja. Gak Sudi gua punya temen busuk ke dia.^^^
^^^Nathalie ^^^
^^^'Bibit pelakor kayak dia harus dihempas sampai ke akar akarnya, calon suami kakaknya aja diembat apalagi nanti punya temen nya.'^^^
^^^Laura ^^^
^^^'Gua saranin sih hati hati aja kalian pada, jaga pasangan kalian baik baik. Kalau ada yang aneh atau yang selingkuh, sudah pasti kalian tahu pelakunya.'^^^
^^^Siska^^^
^^^'Gua kira putri kerajaan, tahunya hanya pelakor yang sedang nyamar.'^^^
Diana melempar handphone nya setelah membaca pesan group. Dia menggigiti kukunya, rasa cemas dalam dirinya mulai menghantui. Jika seperti ini maka bagaimana dia bisa bekerja.
Dia mulai menjambak rambut nya sendiri, melempar apa saja barang yang berada didekatnya. Pecahan beling sudah mulai berserakan, bahkan ada yang mengenai tubuh nya.
Herman membuang wajahnya, dia enggan menatap Sandra yang tengah memohon maaf padanya.
"Mas, aku minta maaf. Vidio itu palsu, pasti ada yang sedang berusaha untuk memecah belah keluarga kita, aku yakin itu."
Herman masih terdiam, bahkan saat Sandra hendak memegang tangan dia menghempaskan nya.
"Mas, percaya sama aku. Apa kamu pernah melihat aku memperlakukan Rania dengan buruk?, aku menyayangi Rania seperti anakku sendiri. Begitu juga dengan Diana, dia sangat menyayangi Rania seperti kakak kandungnya sendiri. Mas aku mohon percaya sama aku, aku tidak mungkin mempunyai rencana jahat seperti itu."
Rania yang baru datang dari toilet, melihat ibu tirinya mendekati ayahnya langsung menghampiri dan menarik Sandra menjauh dari ayahnya.
Rania berdecih, "Menyayangi aku seperti kakak kandungnya sendiri." Rania menatap Sandra dengan pandangan tak percaya. "Mana ada adik kandung yang menusuk kakanya dari belakang. Bermain bersama calon suami kakaknya bahkan sampai berhubungan badan. Apa itu yang dimaksud menyayangi seperti kakak kandung sendiri?"
Kini Sandra menggenggam tangan Rania. "Rania, pasti ini hanya ke salah pahaman saja, Mamah yakin ada yang berusaha untuk memecah belah keluarga kita. Mamah yakin vidio itu hanya editan saja, kamu tahu sekarang dunia sudah canggih, apapun bisa dilakukan dan dimanipulasi."
Rania menghempaskan tangan Sandra, "Saya tidak sebodoh itu untuk percaya begitu saja, dan saya sudah memastikan keaslian dari video tersebut. Saya sangat bersyukur pada orang yang telah memberikan hadiah tersebut, dengan itu saya bisa selamat dari orang orang munafik seperti kalian."
"Rania bawa perempuan itu pergi, saya tidak ingin melihat wajahnya." Titah Herman pada putrinya.
"Baik Yah." Rania kemudian menyeret Sandra untuk keluar dari ruangan tersebut.
"Mas, kamu tega mengusirku." Sandra berusaha memberontak, dia tidak mau pergi dari ruangan itu. "Setelah aku merawat mu dan anakmu selama ini, kamu memperlakukan ku dengan kejam atas kesalahan yang tidak aku perbuat."
Rania bersusah payah membawa Sandra keluar, telinga nya cukup berdenging mendengar semua teriakan dari wanita itu.
Sandra melepaskan cengkraman anak tirinya dari tangannya. "Saya bisa jalan sendiri."
"Kalau gitu silahkan pergi, dan jangan harap bisa menemui ayah saya lagi."
"Pasti kamu kan yang merencanakan ini semua, untuk mengusir saya dan Diana dari rumah itu."
"Hey, jangan membalikkan fakta. Jelas jelas saya korban disini, dan anda ingin menjadikan saya pelaku. Seharus anda berkaca, kesalahan apa saja yang telah anda perbuat sehingga menui karma seperti ini."
"Lihat saja Rania, saya akan membalas semua perbuatan mu."
"Silahkan, saya tunggu. Tapi sebelum itu, saya akan pastikan anda akan kembali pada tempat dimana anda berasal."
Rania menutup pintu dengan keras dihadapan wajah Sandra, Sandra mengepalkan kedua tangannya. Dia bersumpah akan menghancurkan hidup gadis tersebut.
Sandra Pergi dari rumah sakit tersebut, dia menghubungi seseorang dan memintanya untuk bertemu.
BERSAMBUNG....
Jangan lupa untuk like komen dan subscribe.
Ditunggu yah, babayy sampai jumpa di part selanjutnya.