Kelahiran Gara menjadi pertanda karena bertepatan dengan kematian Hybrid yang telah membawa malapetaka besar untuk daratan barat selama berabad-abad. Pertanda itu semakin mengkhawatirkan pihak kerajaan ketika ia belum mendapatkan jati dirinya diusia 7 tahun. Mendengar kabar itu, pemerintah INTI langsung turun tangan dan mengirimkan Pasukan 13 untuk membawanya ke Negeri Nitmedden. Namun Raja Charles menitahkan untuk tidak membawa Gara dan menjamin akan keselamatan bangsa Supernatural. Gara mengasingkan diri ke Akademi Negeri Danveurn di wilayah Astbourne untuk memulai pencarian jati dirinya.
Akankah Gara mendapatkan jati dirinya? Bagaimana kehidupan asramanya di Akademi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cutdiann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 24: DEVELOP A STRATEGY.
"Psychofágos sedari tadi mengelilingi sisi hutan sebelah kiri, tempat terakhir ia melihat Gara" ucap Jack sambil menurunkan teropong miliknya, dan memberikan benda itu pada Ardan.
Ardan mendekatkan teropong itu pada matanya, "Kau benar, dia masih di sana."
"Berhentilah memata-matai makhluk itu, apa kalian tidak lapar?" Suara itu berasal dari mulut Edward.
Ardan dan Jack menghela napas panjang, mereka berbalik dan masuk ke tenda yang dibuat oleh Chlea hanya menggunakan kain yang tidak bisa menembus apapun seperti suara dan cahaya. Kain itu digantung di empat tali. Di dalam tenda, mereka memiliki lentera yang tidak terlalu besar, cukup untuk dimasukkan dalam tas pinggang Selena. Mereka bersyukur sekali Selena membawa lentera itu untuk penerangan dan sebagai penghangat.
Matahari sudah terbenam, suasana hutan itu sangat dingin. Mereka sedang bersiap untuk makan malam.
"Malam ini sangat dingin, beruntung sekali kita punya bulu-bulu ini" kata Chlea.
"Apa di antara kalian ada yang membawa selimut?" Tanya Selena sambil menggosok-gosokkan tangannya untuk menjaganya tetap hangat. Yang lain menggelengkan kepala.
"Kain ini tidak bekerja begitu baik, aku pikir juga tidak bisa menembus suhu sekitar" ucap Gara selesai dengan makanannya.
"Kurasa hanya pada suara dan cahaya saja. Aku penasaran, apakah tidak tembus air atau api juga?" Chlea bingung.
Gara bangun dari duduknya, merenggangkan otot-otonya karna sama sekali tidak bergerak setelah diperban Selena. "Lycanthrope punya suhu tubuh yang bisa melindungi diri dari suhu dingin seperti ini. Salah satu dari kita harus menghangatkan Selena."
Dia mengeluarkan degger miliknya lalu bersiap untuk turun ke bawah pohon. Hal itu disadari Ardan, dan segera menghentikannya, "Kau mau kemana? Ingatlah lukamu."
"Tidak apa, lukanya sudah tidak terasa sakit" ucap Gara sambil merobek perban ditubuhnya dengan degger miliknya, dan membalikkan tubuh untuk memperlihatkan punggungnya. "Lihat, sudah mengering."
"Hahaha lucu sekali, bagian luka itu kehilangan bulu" ketawa Jack.
Gara melompat begitu saja, tapi dia juga tidak lupa seberapa tinggi pohon itu. Pada beberapa batangnya, dia menghinggap, dan berayun hingga ia sampai ke permukaan tanahnya. Untung saja, dia tidak membuat suara sama sekali.
Dirinya hendak melakukan ritual yang dilakukan Andrea saat asrama.
"Bahkan aku tidak tau kalimat yang harus kuucapkan untuk ritual ini, aku hanya tau artinya saja" batin Gara kepada Saga.
"Kau bisa bertelepati dengan Andrea, jika kau bisa bertelepati dengan saudaramu. Coba saja" balas Saga.
Gara pun berkonsentrasi untuk terhubung dengan Andrea, ternyata hal itu berhasil.
"Andrea, ini aku, Gara. Bagaimana kondisi kalian?"
"Gara? Wow, kita bisa bertelepati. Kondisi kami benar-benar tidak aman, kami sedang bersembunyi" ucap Andrea di seberang sana.
"Oh, begitu. Bisakah kau memberi tau padaku, kalimat yang kau ucapkan saat melakukan ritual penggunaan degger?" Pinta Gara.
"Tentu saja, syukur aku mengingatnya. Tapi, untuk apa?"
"Aku ingin mencobanya, tanpa penggunaan degger ini, kami tidak akan berhasil di sini" jelas Gara.
"Baiklah, dengarkan aku baik-baik."
Setelah Andrea mengucapkan kalimat itu, Gara berterima kasih dan memutuskan telepati. Gara berdiri di depan bulan di atas sana, cahayanya cukup mengenai Gara dengan jelas.
"Gara melakukan ritual itu, ya?" Tanya Selena yang sedang memperhatikan Gara seorang diri.
"Sepertinya begitu" jawab Edward ikut memperhatikannya juga dari atas.
Gara meletakkan degger miliknya di atas tanah. Ia mengeluarkan satu cakar miliknya, dan melukai telapak tangannya sendiri. Darahnya jatuh tepat diatas permukaan degger.
Setelahnya, ia menoleh kearah danau, "Tidak mungkin air itu bisa kugunakan untuk mencuci degger ini."
Gara mengangkat degger itu, dan memperhatikannya dengan sangat serius. Tiba-tiba saja, terdengar suara petir di atas sana. Suara petir itu membuat Psychofágos berteriak. Semua orang terkejut, begitu juga dengan Gara. Hujan tujun begitu lebat. Airnya membuat darah di degger itu mulai menghilang.
"Ah, pas sekali. Dan teman bermain kita terkejut di sana" Gara melihat gerak-gerik Psychofágos yang tidak terlalu mencurigakan. Dia melindungi dirinya dengan sepasang sayapnya yang sangat besar. Tertidur di bawah sayap-sayapnya sendiri.
Gara kembali pada deggernya, lalu ia mengucapkan kalimat untuk mengakhiri ritual itu, "Eíste ypó tin entolí mou, fýgete ótan ypárchei elpída kai epistrépste ótan teleiósete." Bahasa itu berasal dari bahasa Yunani, yang artinya sama dengan yang dikata Andrea.
Setelahnya, Gara langsung melempar deggernya ke atas pohon, tepat mengenai salah satu dahannya yang dekat dengan tenda. Bahkan Selena dan yang lainnya kaget karna memperhatikan degger itu. Gara tanpa pikir langsung berkonsentrasi untuk memindahkan dirinya ke dahan pohon itu.
Dengan sangat cepat, bahkan tidak terlihat, Gara menghilang dari bawah sana dan muncul pada dahan pohon hanya kedipan mata. Gara sedikit kaget hal itu berhasil, dia langsung mencabut deggernya pada dahan pohon itu, memasukkannya kembali ke tas pinggangnya, dan memasuki tenda dengan cepat. Untung saja, tubuhnya tidak terlalu basah.
"Itu tadi sungguh luar biasa, dan berhasil!" Pekik Jack kagum.
Gara menghela napas, "Aku terkejut akan petir dan hujan itu. Sepertinya teman kita sedang tertidur di bawah sana karna dia tidak suka hujan."
"Biarkan saja, aku pusing karna makhluk itu" ucap Ardan kembali dengan makanannya.
Gara kembali mentransformasikan dirinya menjadi serigala. Gara menidurkan diri ditempat ia semula. Bahkan karna tempat itu tidak cukup untuk tubuhnya, Gara harus menggantungkan ekornya ke bawah pohon.
"Kau ini seenaknya saja, pikirkan tubuhmu yang besar itu" kesal Edward karna wajahnya sempat terkena ekor Gara.
"Jangan bicara dengan mulut penuh seperti itu" tegur Chlea. Hal itu membuat Edward kembali makan seperti yang lain.
Ketika Selena sudah selesai dengan makanannya, dia duduk semakin mendekati lentera untuk menghangatkan tubuhnya. Gara yang sedari tadi memperhatikannya akhirnya bersuara, "Selena, kemarilah. Aku bisa menghangatkanmu."
Sebenarnya bahkan alasan Gara kembali bertransformasi menjadi wujud serigalanya karna Selena. Pikirnya, Selena sangatlah kasihan. Andai saja sifat Lycanthrope nya sudah muncul, dia tidak akan kedinginan seperti itu.
Selena mendekati Gara, dan duduk disamping perut berbulunya. Karna merasakan kehangatan, tanpa pikir lagi, Selena langsung bersandar pada tubuh Gara yang benar-benar hangat.
"Hangat sekali..." ucap Selena terlihat senang.
"Aku ingin tidur di sana juga!" Jack yang sudah selesai makan langsung membaringkan diri seperti yang dilakukan Selena.
"Aku tidak boleh ketinggalan bagian!" Kali ini Ardan ikut bergabung. Mereka terlihat sangat nyaman.
"Sebagiknya kita istirahat untuk besok. Chela, kau juga dipersilahkan" ucap Gara sambil mengangkat ekornya yang mulai terkena air hujan. Ekornya mengisi sebagian ruangan.
"Hahaha, dengan senang hati" begitu saja Chela membaringkan dirinya seperti yang lain.
"Edward, kau tidak ingin bergabung? Masih ada ruang di samping Selena" kata Gara sambil menidurkan kepalanya.
"Aku tidak kedinginan."
Gara memastikan yang lain sudah tertidur, tidak heran kenapa begitu cepat, mereka benar-benar kelelahan.
"Hei, kau menyukai Selena, 'kan?"
Perkataan Gara membuat Edward tersedak ketika sedang minum, "Apa-apaan kau ini?"
"Oh, tidak ya? Baiklah, aku tidak punya saingan-"
"Kau jangan macam-macam" sela Edward tidak sadar. Ketika tau apa yang dia katakan, Edward langsung memalingkan wajah.
"Tenang saja, ini rahasia antar laki-laki. Aku tidak akan mengatakannya pada orang lain, terlebih Selena" ungkap Gara.
"Baguslah."
"Aku tidak akan menyukainya, jadi, jangan pasang wajah dan bertingkah tidak suka padaku ketika ada suatu hal antara aku dan Selena. Aku tidak hidup untuk mencari Mateku sendiri."
"Aku akan pegang kata-katamu, andai jika kau benar tertarik padanya, aku akan sangat membencimu entah kau adalah Alphaku sendiri atau bahkan Raja ku dimasa depan" ucap Edward serius.
"Hm. Sekarang, istirahatlah" Gara dengan mudah menggeser posisi duduk Edward hingga ke samping Selena dengan ekornya. Edward bahkan langsung terbaring. Dan begitu saja, Gara menyelimuti mereka dengan ekornya. Mereka bermalam di atas pohon, menunggu hujan reda, menunggu matahari kembali bersinar, dan menyelesaikan urusan mereka dengan Psychofágos di bawah sana.
...════════ ◖◍◗ ════════...
Sinar matahari muncul perlahan di antara sela-sela daun pohon. Hal itu membuat Edward mengerjapkan matanya, dan terbangun karna mendengar suara ribut. Dia pun sadar, bulu-bulu dan kehangatan yang dia gunakan untuk tidur tadi malam menghilang.
"Gara?"
Edward merenggangkan tubuhnya, lalu bangun untuk mencari keberadaan laki-laki yang tengah dicarinya. Dia melihat kearah Psychofágos terlihat terakhir kali, makhluk itu masih berada divdalam sayapnya. Kemudian, dia melihat ke sumber suara, lebih jauh dari pohon. Di sana lah laki-laki yang dicarinya berada.
Edward turun dari pohon, berjalan pelan menghampiri Gara. Laki-laki itu sedang melakukan sesuatu dengan kemampuan teleportasinya menggunakan degger itu. Ia melempar deggernya ke setiap pohon, begitu seterusnya.
"Apa yang kau lakukan pagi-pagi buta seperti ini?" Tanyanya dengan menyadari sebuah kulit kayu tua yang melengkung didekat pohon, di sana ada banyak tampungan air yang cukup digunakan untuk mereka.
Gara yang menyadari kehadiran Edward pun melempar deggernya ke pohon di samping Edward, lalu berteleportasi ke dekatnya.
"Melatih kecepatan teleportasiku, dan beberapa hal lain."
"Sepertinya hujan baru saja selesai, dan makhluk itu benar-benar tertidur nyenyak" ucap Edward sambil berjongkok dan membasuh wajahnya dengan air itu.
Gara mencabut deggernya dari batang pohon, dan memperhatikan benda itu di tangannya. Dia hanya berharap, rencana yang ia susun semalaman akan berhasil.
Semua orang bangun sudah, mempersiapkan diri mereka. Tentu, mereka harus menghemat persediaan makanan, karna tidak ada yang tau hari kedepannya. Mereka hanya makan beberapa buah yang ada di pohon-pohon. Dengan masih tanpa baju, dan hanya di tutupi bulu-bulu serigala mereka.
Gara melukis gambaran asal di tanah, seperti sketsa rencana. "Seperti yang kita tau, Psychofágos punya penciuman yang buruk, pendengaran yang baik, dan penglihatan yang lebih dari apapun. Dia akan sangat fokus terhadap sesuatu yang ia tidak suka atau yang dikata guru, pendendam. Untungnya, aku tau apa kelemahannya."
Chlea menatap Gara serius, "Lolongan serigala?"
Gara menggelengkan kepala, "Kelemahannya ada di kemampuannya sendiri. Dia sangat cepat, namun dia akan kehilangan kefokusan begitu mudah karna pendengarannya dan penglihatannya. Ingat, saat dia mengejar Chlea dan aku tiba-tiba melolong? Dia langsung mengejarku, memburuku habis-habisan, namun saat mendadak aku mengubah arah lariku, yang dia perhatikan hanya pergerakanku saja. Dia tidak memperhatikan kecepatannya sendiri atau lingkungan sekitar, sampai dia menabrak pohon dengan keras."
"Ah, aku tau sekarang. Dia mirip sekali dengan banteng pemarah yang tidak bisa dikendalikan" Ardan menyela.
"Bagaimana mungkin banteng sama dengan Psychofágos itu?" Tanya Edward menatap Ardan bingung setengah aneh.
"Kau tidak tau? Banteng tidak suka benda yang berwarna merah. Orang yang bermain-main dengannya menggunakan kain merah besar untuk memancing kemarahan banteng agar menyundul kain merah itu dengan tanduknya. Namun itu hanya trik" jelas Ardan sambil menyombongkan diri.
"Dan trik itu lah yang sudah kurencanakan dengan matang untuk membawa kita ke tengah sana. Terimakasih Ardan atas penjelasannya" ucap Gara.
"Baiklah, apa yang harus kita lakukan?" Tanya Jack.
"Perhatikan ini baik-baik" kata Gara sambil bangun melihat Psychofágos jauh di sana. Gara melempar deggernya dengan kecepatan tinggi, sampai mengenai salah satu batang pohon didekat Psychofágos di sana.
"Lemparan yang bagus, sayang sekali danau itu begitu besar dan pulau itu sangat jauh" puji Selena.
Gara berteleportasi ke tempat deggernya mendarat. Dia mencabut degger itu dan kembali melemparnya ke arah semua orang berkumpul. Deggernya mendarat ke tanah, hampir mengenai wajah Edward.
"Dia... dan kemampuannya yang ceroboh..." gumam Edward terkejut.
Gara memperhatikan kedua sayap Psychofágos yang menutupi dirinya. Banyak asap-asap keluar dari sepasang sayap panas itu karna titik-titik air hujan yang jatuh dari helai-helai daun atau batang pohon di sekelilingnya. Laki-laki itu sedikit merasa iba, dengan ketidaksukaan makhluk ini dengan air.
Dia mengambil bebatuan ditanah, dan beberapa kali melempari Psychofágos dengan batu-batu ditangannya. Usahanya untuk membuat makhluk tersebut bangun akhirnya berhasil. Psychofágos membuka lebar-lebar kedua sayapnya, ditambah merenggangkan tubuhnya yang kurus seperti tulang-belulang. Ketika mata putih bercahaya itu terbuka, dengan jelas dia sedang berhadapan dengan Gara.
"Selamat pagi, bantengku."