Fimi Klarisa seorang designer muda dengan karir cemerlang. Namun, kehidupan pribadinya tak semanis karirnya, karena di usianya yang masih muda, ia harus menjadi single parent untuk putra kecilnya, Firdaus Iskandar.
"Firdaus segalanya bagiku, hingga tak ada waktu bagi diriku untuk berbagi hati dengan orang baru."
Fimi Klarisa
Davanka Pramudya adalah seorang pengusaha sukses, yang sudah insyaf menjadi seorang Playboy, setelah sang mantan kekasih berubah menjadi kakak iparnya. Namun, sebuah pertemuan tak sengaja dengan seorang wanita muda yang ternyata ibu dari salah satu anak di sekolah keponakannya kembarnya, membuat hati pria itu tak karuan.
"Apa iya gue mencintai istri orang? Please, Dav lo emang patah hati, tapi nggak usah jadi perebut istri orang juga."
Davanka Pramudya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma Marmaningrum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cuti
Dava sedang membicarakan tentang cuti yang akan ia ambil pada sang papi.
"Dava boleh dong minjem villa Papi, buat seminggu doang kok, Pi." Pria berkaus hitam itu duduk dekat sang papi.
"Iya, tapi awas kalau sampai kamu bawa perempuan nggak bener, Papi akan coret kamu dari kartu keluarga," ucap sang papi serius. Â
Bersamaan iyu sang mami datang dengan nampan berisi teh dan cemilan.
"Kamu tuh udah dewasa, Dav. Kapan bawa calon mantu buat Mami?" ucapnya sambil memberikan teh pada sang suami.
"Dava juga lagi berusaha untuk itu, Mi.Doain yang terbaik aja buat Dava ya," ucap pria tampan itu. Â
"Bang kavin udah pada pulang ya, Mi."
"Iya, kemarin kamu sama Kai masih di kantor, mereka ada urusan katanya," ucap sang mami.
"Iya, nggak apa-apa Abang chat Dava juga, kok."
"Kalau kamu udah nikah, pasti kan kamu Mami nggak akan kesepian lagi, mungkin kamu juga bisa cepat kasih cucu lagi ke kita, ya kan, Pi." Sang suami hanya menganggukkan kepala sebagai jawabannya.
"Mm … kalau Dava dapat single … parent gimana?" tanya Dava ragu.
"Kenapa alasan dia jadi single parent ceraikah atau ditinggal mati?" tanya sang papi.
"Dava belum tahu, ini kan cuma andaikan, Pi." Dava menjawab sambil menggaruk tengkuknya.
Apa putraku sudah tidak laku pada perawan, sampai harus menikah dengan seorang single parent? Tetapi jika itu membuatnya bahagia, Papi akan merestuinya, asalkan wanita itu benar-benar baik dan lahir dari keluarga baik-baik juga.
"Pi, Papi kenapa?" Alifa mengguncang lengan suaminya.
"Eh, nggak Mi. Papi baik-baik saja."
"Coba bawa calon kamu ke sini, Mami bisa tahu kalau wanita itu berniat baik atau nggak." Tantang Alifa pada sang putra.
"Oke, kali ini Dava akan ikutin semua kata Mami, Dava nyesel dulu nggak dengerin Mami." Dava menjawab dengan penuh penyesalan.
"Nanti kamu ke villa sendirian atau dianter supir?" tanya sang mami.
"Dava sendirian aja, Mi."
"Hati-hati di jalan, kabarin kalau kamu udah nyampe, ingat utamakan keselamatan bukan kecepatan ya , Sayang!" nasihat sang mami.
"Siap Mami!" Dava mengangkat tangannya dan memberi hormat.
Setelah itu, Dava pun ke atas untuk mengambil kopernya, pria itu benar-benar sudah menyiapkan segalanya sebelum izin pada sang papi. Yak berselang lama, Dava sidah kembali dengan satu koper besar.
"Cepat banget, Dav?" Alifa mengerutkan keningnya saat melihat putranya sudah kembali dengan satu koper besar.
"Dava udah siapin ini dari kemarin, Mi." Dava terkekeh sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Kamu beneran udah niat banget, ya?"
Anggukkan dari sang putra membuat Alifa mendelik dan melipat kedua tangannya.
Dava langsung memeluk tubuh sang mami. "Dava pasti kangen sama Mami."
"Ish, udah sana berangkat keburu siang, nikmati liburannya ya, syukur-syukur pulang dari sana bawa calon mantu buat Mami."
"Aamiin, Mi. Doain aja." Pria itu pun menarik kopernya keluar dan memasukkannya ke dalam bagasi mobil. Setelah berpamitan pada kedua orangtuanya, Dava pun melajukan mobilnya keluar dari kediaman Pramudya.
"Kai, Abang udah berangkat menuju villa." Dava menghubungi sang adik, setelah itu hanya anggukkan yang pria itu lakukan tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi sampai akhirnya sambungan telepon pun terputus.
Dava fokus pada jalanan di depan, pria itu hanya ingin segera sampai ke tempat tujuannya.
Sementara di tempat lain, terlihat dua wanita sedang sibuk dengan kertas dan laptopnya.
"Lo itu kapan kencannya, kalau di otak lo kerjaan mulu, Fi?" ucap wanita berambut panjang itu sedikit mengomel.
"Biar rencana kita berjalan lancar, Nes. Gue nggak mau pas lagi kencan ditelepon karena kerjaan, pokoknya dua hari ini kita lembur. Tenang aja bonusnya gue tambahin," ucap wanita yang sibuk dengan laptopnya itu.
"Ish, dasar! Oya, waktu kemarin lo mau cerita tentang apa sih, malah langsung kabur?" Nesa mengingat kejadian kemarin saat menanyakan mengenai statusnya.
"Yang mana? Lupa gue," jawab Fimi menyebalkan, wanita itu kalau sudah kerja memang selalu bersikap cuek dan terkesan menyebalkan.
Nesa yang sudah gemas dengan sikap itu, akhirnya menarik tangan Fimi dan memutar kursi kerjanya agar mereka berhadapan.
"Nesa, lo ngapain? Gue masih normal ya!" omel Fimi.
"Siyalan, gue juga belom belok ya tolong," gerutu Nesa.
"Dengerin gue sebentar, kerjaan kita itu sudah selesai sejak kemarin, Fi. Ini untuk projek kita ke depannya aja, kan?"
"Terus?" Fimi mengerutkan keningnya.
"Lo mau ngurusin projek ini sekarang, sementara lo nggak mikirin diri lo sendiri. Lo lupa janji lo sama Mama Marlina?" Nesa mengingatkan hal penting pada wanita di depannya.
"Ayolah, Nes! Semua ini biar kita bisa santai nantinya." Fimi tak mau kalah.
"Oke, gue ngerti dan tahu cara kerja lo, tapi emang lo beneran udah sanggup dapat cowok perfect dalam sebulan?"
Fimi mengehela nafasnya, wanita itu baru menyadari bahwa apa yang dikatakan Nesa benar. Dalam waktu sesingkat itu nggak mungkin Fimi bisa mendapatkan apa yang dimau mamanya.
"Terus gue harus gimana?"
Nesa memutar bola matanya. "Dengerin gue, lo udah setuju kan buat kencan buta?" Nesa kembali meyakinkan.
Anggukkan dari Fimi sudah cukup sebagai jawabannya.
"Oke, mulai dari status lo, lo beneran udah pernah nikah dan punya Fir?" tanya Nesa hati-hati.
Fimi menghela nafasnya sebelum menjawab pertanyaan itu. Wanita berpikir sepertinya Nesa harus tahu cerita sebenarnya. "Sebenarnya Fir itu …."
"Permisi Bu Fimi, maaf ada pelanggan yang ingin bertemu," tiba-tiba Sarah muncul di balik pintu.
"Ish bisa nggak sih ketuk pintu dulu!" omel Nesa yang entah kenapa sejak kemarin cerita Fimi itu selalu terhalang.
"Saya sudah ketuk sejak tadi, Bu Nesa.Maaf." Sarah membungkukkan tubuhnya.
"Ya sudah saya akan temui dia dulu, Nes." Fimi pun beranjak dari duduknya dan pergi keluar bersama Sarah.
Nesa kini tinggal sendirian di ruangan itu. "Gue yakin Fimi itu belum nikah, selama ini walaupun ditutupi, gue nggak pernah lihat foto pengantin dia," gumam Nesa.
Tiba-tiba ponsel Nesa berdering, ada panggilan masuk dari seseorang.
"Iya jadi pokoknya besok, tetapi beneran kan tuh cowok aman, gue nggak mau ya sahabat gue sampai diapa-apain sama dia," ucap Nesa.
Setelah itu, anggukkan dari Nesa mengakhiri panggilan telepon itu. "Tuh, kandidat pertama udah ada, tinggal nunggu Fimi nih kejelasan statusnya gimana, gue nggak mau dia sampai direndahkan sama kaya si Heru sialan itu." Nesa terus bergumam sambil mondar-mandir sampai saat tubuh wanita itu berbalik, Fimi sudah berada di sana sambil bersedekap.
"Gue nggak mau sama Heru, Nes. Apaan sih kalau sama dia udah mendingan batal aja."
"Eh, siapa yang mau jodohin lu sama cowo brengsek kaya dia, nggak, Fi." Nesa membantah tuduhan sahabatnya itu.
"Maksud gue, gue nggak mau Lo sampai ketemu sama modelan si Heru lagi," jelas Nesa.
"Oh."
"Ya udah sekarang, cerita lagi gimana tadi?"
"Apaan? Cerita mana?"
"Fimi!"
Bersambung
Happy Reading
Alhamdulillah berkat mimin mt akun aku yg ini udah balik lagi, jadi aku bakal bisa up lagi ya, ini real aku. Jadi cerita babang Dava akan tetap lanjut ya. Terimakasih karena udah mau nunggu lama, beberapa hari nggak bisa masuk akun Mangatoon bikin aku galau. Pokoknya makasih semuanya aku akan lanjutin ceritanya sampai tamat. Sekali lagi makasih😘😘😘