NovelToon NovelToon
Tabib Pilihan Langit : Ditemukan

Tabib Pilihan Langit : Ditemukan

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Fantasi Timur / Spiritual / Pusaka Ajaib / Ilmu Kanuragan / Penyelamat
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: Mardi Raharjo

Pemuda tampan yang sakit-sakitan dan pengangguran di usianya yang telah 30 tahun meski bergelar sarjana, ia dicap lingkungan sebagai pengantin ranjang karena tak kunjung sembuh dari sakit parah selama 2 tahun.

Saat di puncak krisis antar hidup dan mati karena penyakitnya, Jampi Linuwih, mendapat kesempatan kedua.

Jemari petir, ilmu pengobatan, hingga teknik yang tak pernah ia pelajari, tiba-tiba muncul dalam pikirannya. Ia dipilih langit untuk mengemban tugas berat di pundaknya.

Mampukah ia memikul tanggung jawab itu? Saksikan perjalanan Jampi Linuwih, sang Tabib Pilihan Langit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mardi Raharjo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17_ Rival Lama

"Di dalam kantong? Memangnya aku tuyul?", heran Jampi. Dia merasa sebagai manusia, mana bisa masuk kantong seperti bangsa jin.

Suara itu tak terdengar lagi. Jampi yang masih penasaran pun mencari-cari jalan keluar dengan jalan tertatih.

" Kemana aku harus cari makan. Aku lapar ya Allah", ucap Jampi.

Sekejap saja, Jampi telah berada di bawah pohon sawo besar alas Kumitir yang pernah ia datangi bersama jin tua.

"Assalamu'alaikum. Akhirnya kamu berkunjung ke sini juga nak", terdengar suara jin tua namun tidak dengan wujudnya.

" Wa'alaikumussalam. Ya, aku pun tak tahu bagaimana bisa ke sini ", jawab Jampi jujur.

" Kamu dibawa kantong semar ke sini", jawab jin tua itu.

"Mana ada, aku bukan tuyul atau jin botol loh", sanggah Jampi yang tidak percaya.

" Percaya atau tidak, itu urusanmu. Sekarang ambil lah yang kamu butuhkan", jin tua itu mempersilahkan.

"Eh, aku lapar. Apa bisa kumakan buah sawo ini?", Jampi jelas khawatir, mengingat kisah tim bapaknya yang kehilangan personil di bawah pohon sawo.

" Tentu saja. Ini buah sawo biasa, bukan sawo beracun", jawab jin tua itu.

Segera saja, Jampi memanjat dan mengambil 5 buah sawo yang masak dan besar. Tanpa mencucinya, dia segera menyantap buah beserta kulitnya karena kelaparan.

Jampi tidak tahu, dirinya diperhatikan oleh ratusan jin yang bersarang di pohon sawo ini. Hanya karena diizinkan pemimpin kelompok jin ini, ia bebas makan sepuasnya tanpa gangguan sedikitpun.

"Oh iya pak tua, apakah sudah masuk waktu dhuhur?", tanya Jampi tiba-tiba ingat waktu sholat.

" Belum, ini masih awal dhuha", jawab jin tua. Maka Jampi pun melanjutkan makannya. Ia bahkan menambah hingga total 33 buah besar.

Ergh

"Alhamdulillah", ucap Jampi setelah kenyang dan bersendawa. Buah sawo yang manis dan berair, membuatnya tidak merasa haus.

" Bagaimana caraku pulang ke rumahku sekarang? Aku tak tahu arah dari sini. Sekarang aku tinggal di kota Jahe", ujar Jampi.

"Bukankah kamu tidak boleh menerima bantuan jin? Maka aku hanya akan menunjukkan arahnya, selebihnya itu upayamu", jawab jin tua itu.

" Ish, siapa juga yang minta diantar. Tunjukkan saja jalannya", Jampi gengsi meminta bantuan dan takut terkena hukum syirik.

"Pakai lah kantong semar sebagai alat transportasimu. Itu akan lebih cepat", saran jin tua itu, membuat Jampi mengerutkan kening.

" Caranya?", Jampi tak tahu sama sekali karena memang tak ada petunjuk penggunaan seperti barang elektronik baru di toko.

"Mudah saja. Ucapkan basmalah, ambil lah terompah semar di dalamnya. Pakai dan coba lah", pungkas jin tua, tak lagi bersuara.

Tanpa basa basi, Jampi mencobanya. Ia mendapati kaos atau selop dari kulit, mungkin kulit kijang. Segera ia gunakan dan memperhatikan arah matahari, memperhitungkan arah kota Jahe dari alas Kumitir.

Wush

Langkah kaki Jampi seringan kapas yang diterpa angin. Ia merasa bisa terbang karena terlalu ringan.

Bukk

Karena kurang hati-hati, Jampi menabrak pohon tepat di wajahnya.

" Aduh, apaan sih. Baru beberapa ratus meter sudah nabrak saja", dengus Jampi. Ia tidak menyerah dan mencoba berkali kali hingga cukup mahir.

Di sisi lain, kerajaan ratu lautan selatan sedang heboh karena hilangnya tawanan mereka.

"Maaf Nyai, kami tidak menemukan jejak pemuda itu", lapor para punggawa kerajaan.

" Sialan! Cepat cari ke rumahnya! Mungkin dia sudah ada di rumah. Kalau ada, segera bawa kembali ke sini!", perintah sang ratu yang kesal.

Karena curiga, sang ratu melihat lubang terakhir jasad Jampi berada. Saat ia mendekatinya, Ia kenal dengan aroma itu. Aroma yang khas.

"Kantong semar! Bagaimana bisa bocah itu memiliki kantong semar? Menarik, menarik! Aku harus mendapatkan pemuda ini hidup atau mati!", ujar sang ratu.

" Cleret! Kejar dia ke alas Kumitir!", perintah sang ratu kepada sosok hitam yang menculik Jampi saat subuh tadi.

Sosok hitam itu tidak berbicara. Dia hanya mengangguk dan hilang begitu saja layaknya bayangan.

Sementara, di alas Kumitir, jin tua pemimpin kelompok jin muslim di pohon sawo merasakan bahaya mendekat.

"Semuanya, segera lah masuk ke dalam pohon!", perintah diberikan. Tanpa pertanyaan, semua patuh dan bersembunyi ke dalam pohon.

Tanpa suara atau angin, Cleret telah tiba di depan pohon sawo. Tangan kanan sang ratu itu terkenal akan kekuatannya yang mumpuni.

" Assalamu'alaikum", salam jin tua menyambut Cleret sebagai tamu.

Cleret tidak menggubris ucapan jin tua itu. Ia jelas dianggap subordinat dibanding kerajaan lautan selatan. Sosok hitam itu hanya melihat ke seluruh area.

"Di mana kau sembunyikan anak muda itu? Serahkan kepadaku atau kululuh lantakkan pohon kecilmu ini!",  ancam Cleret dengan suara bergemuruh layaknya debur ombak menghantam karang.

Jin tua itu masih tersenyum. Dia memang hanya raja kecil di sini. Namun ia pernah memimpin kerajaan jin yang cukup kuat meski tidak sebesar kerajaan lautan selatan. Sang raja itu tidak lagi diakui setelah memeluk Islam, maka ia mendirikan sendiri kerajaan barunya yang sederhana.

" Jangan begitu Cleret. Apa salah kami? Bukan kah yang kamu cari tiada di sini? Lantas dengan kesaktianmu, kamu bisa mengejarnya bukan? Tangkap lah sesukamu. Itu bukan urusanku", jelas jin tua yang memperhitungkan keselamatan rakyatnya. Ia tahu bahwa Jampi memiliki kantong semar. Ia juga yakin, sekelas ratu lautan selatan pun tidak mudah menaklukkan Jampi, asalkan pemuda itu telah belajar cara mengoptimalkan kantong semar di tangannya.

"Tentu saja ada urusannya. Dulu, kami segan menyerang kerajaanmu karena kamu punya kantong semar. Kini, kantong itu sudah kau serahkan kepada bocah ingusan yang memudahkan kami untuk merebutnya.

Jadi, ini lah saatnya kerajaanmu dihancurkan. Tepat karena alasan kamu membantu mangsa kami melarikan diri", jelas Cleret berapi-api. Cleret adalah rival jin tua. Dia dahulu adalah raja jin yang dikalahkan ratu lautan selatan dan diangkat menjadi tangan kanannya.

Jauh sebelum dikalahkan, ia sering beradu kekuatan dengan sang jin tua di hadapannya. Jelas, momen ini adalah momen yang sangat tepat untuk menantang dan mengalahkan rivalnya, sekaligus merebut kekuasaan kerajaan kecilnya ini.

" Hahaha, Cleret Cleret. Dulu kamu tak pernah bisa mengalahkanku. Kita selalu seri. Apalagi sekarang kamu hanya berada di bawah ketiak ratu. Pasti kejantanan dan kemampuanmu sudah menumpul sekarang. Bukan begitu?", balas jin tua yang enggan merendah terhadap lawan yang jelas-jelas ingin menghancurkannya bersama rakyatnya.

"Oh, kamu masih bermulut tajam seperti dulu Bronto! Baik lah, itu keinginanmu. Maka akan kuwujudkan maumu!", pekik Cleret segera melesat bak api hitam membentuk tombak hitam legam yang menghujam dada Bronto, sang raja tua.

Blarr

Lengan Bronto membentur tombak api hitam itu. Lengannya terkoyak dan terluka dalam. Tubuhnya terlempar 10 meter, namun ia masih bisa berdiri dengan ekspresi biasa.

Urat-urat seperti akar muncul dari lukanya, menjahit luka layaknya operasi hingga luka itu secara cepat tertutup tanpa bekas.

" Hem, lumayan juga seranganmu Cleret! Sekali serang bisa melukaiku. Ayo kita nostalgia dengan pertarungan waktu itu!", ajak Bronto yang melesakkan pukulan berwarna hijau keperakan, beradu dengan ujung tombak api hitam.

Darr

Nampak percikan api muncul dari benturan kedua kekuatan. Pukulan Bronto adalah perpaduan kekuatan batu berlian hijau dan api putih keperakan.

Nampak keduanya mundur beberapa langkah kemudian terus saling adu kekuatan.

Blarr darr jratt

Percikan bunga api nampak terus terjadi selama benturan. Tidak seperti manusia yang menghindari serangan saat bertarung. Mereka lebih suka adu pukulan, melihat siapa yang lebih unggul dalam kekuatan dan daya tahan.

Nampak ujung tombak Cleret telah bengkok dan berwarna kemerahan, dampak dari pukulan Bronto. Di sisi Bronto, kepalan tangannya jelas terluka parah. Namun setiap kali luka itu muncul, akar hijau keluar dan menjahitnya hingga sembuh total.

Blurr bum blarr

Hanya sedetik istirahat, mereka terus saling serang tanpa satu pun penghindaran. Tidak ada pertahanan kecuali serangan itu sendiri.

Setelah ratusan kali benturan, nampak tombak api hitam Cleret telah retak. Sedangkan Bronto yang sejak awal selalu terluka parah, namun selalu bisa utuh tanpa bekas dalam sekejap.

Tap

Cleret kembali ke wujudnya semula, sosok berjubah hitam. Nampak ia terluka tanpa darah. Sedangkan Bronto hanya menunggu dengan gagah berani tanpa ekspresi takut ataupun kesakitan. Ia sengaja tidak menyerang jika lawan tidak menyerang.

Bekas darah oranye nampak di kedua kepalan tangan Bronto. Namun itu malah menambah aksen kekar sang raja tua.

1
ahmad nabawi
ceritanya menarik, original
Jimmy Avolution
hadir
Aman 2016
lanjut Thor 💪
Aman 2016
top top markotop lanjut Thor 💪
Aman 2016
mantab Thor 💪
anggita
hadiah iklan lagi buat thor.
anggita
like👍☝iklan, semoga novelnya lancar jaya.
Tabuut: aamin. terimakasih./Smile/
total 1 replies
anggita
si Jampi jadi Sakti👏💪
31_PUTU WIDIARTA
Keajaiban kata
Yoko Littner
Wah, gak kerasa sampe akhir. Makasih thor!
Alexo. ID
Keren abis, pengen baca lagi!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!