Alicya Fransisca adalah seorang wanita karir yang kini bekerja pada sebuah perusahaan besar yang ada di kota Yogyakarta.
Alicya atau yang akrab dipanggil dengan nama Cya, memiliki trauma tersendiri akibat hubungan percintaan yang pernah ia jalani sebelumnya.
Begitu trauma nya Cya dengan percintaan yang pernah ia jalani, sampai membuat Cya tidak mau membuka hatinya untuk siapapun selama bertahun tahun.
"JIKA TIDAK MELEPASKAN YANG BURUK, BAGAIMANA YANG BAIK BISA DATANG!!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adtnaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pemakaman
Ketika waktu menunjukan pukul 01.30 WIB, jenazah ayah Hendra mulai dibawa menuju ketempat peristirahatan terakhir nya dengan menggunakan ambulan diiringi oleh beberapa kendaraan pribadi milik kerabat kerabatnya.
Sesampainya di tempat pemakaman umum yang terletak tidak jauh dari rumah, jenazah ayah Hendra mulai di bawa menuju tempat peristirahatan terakhirnya, diikuti dengan bunda Wati yang berjalan sembari membawa sebuah bingkai foto ayah Hendra dalam pelukannya.
Cya dan Zya berjalan sembari dirangkul oleh Rehan kakak laki lakinya yang berada di antara Cya dan Zya. Rehan terus berusaha menguatkan kedua adik perempuannya walaupun sebenarnya hatinya lebih hancur karena tidak sempat bertemu dengan sang ayah.
Proses pemakaman ayah Hendra mulai di lakukan dengan bantuan seorang ustadz, beberapa orang warga dan kerabat kerabat yang turut ikut serta dalam mengantarkan ayah Hendra ketempat peristirahatan terakhirnya.
Setelah jasad ayah Hendra di masukan ke liang lahat, Rehan sebagai anak laki laki satu satunya dalam keluarga mereka ikut turun untuk mengazani sang ayah tercinta.
Selesai mengazani ayah nya, Rehan dan beberapa tukang gali kubur mulai menutup makam sang ayah,
"AYAHHHHHHH JANGAN PERGIIII...."
"AYAHHHHHHH BANGUN YAHHHHH...."
"AYAHHHHH HIKS HIKS HIKSS....."
Seru Zya dengan sangat terpukul, Tante Rani perlahan berjalan mendekati Zya yang terus menangis dengan histeris.
"Sayangg Zyaa anak cantikk, ikhlaskan ayahh ya nakkk, kalo Zya sedih nanti ayah disana juga ikut sedih. Udah yaaa sayang, anak cantik gaboleh sedih kasian ayahh nakk" bisik tante Rani sembari merangkul tubuh kecil Zya yang sudah mulai bergetar.
Cya sangat ingin merangkul adiknya yang terus menangis dengan histeris tetapi apalah daya nya, kini Cya juga merasa sangat tidak berdaya dan hanya menangis di pelukan kedua sahabatnya yang sejak tadi selalu ada untuk menemaninya.
"Sabarr yaa cyaaa, kita selalu ada buat luu, luu gaboleh ngerasa sendiri" ucap Via dan Nara kepada Cya yang sedang berduka.
Setelah proses pemakaman selesai dilakukan, satu persatu tetangga dan kerabat mereka pun mulai membubarkan diri. Kini hanya ada Cya, Zya, Nara, Via dan Restu yang masih berada di samping makam sang ayah, sedangkan bunda Wati sudah pulang lebih dulu bersama dengan Tante Rani dan kerabat mereka yang lain.
"Ayahhhh katanya ayah mau dateng ke wisuda kakak nanti, tapi kenapa ayah pergi duluan yahhh" ucap Cya dengan suara yang bergetar sembari memegang batu nisan yang bertuliskan nama dan tanggal lahir ayah hendra.
"Cyaaaa, yang sabar yaaaa ini udah takdir kita semua selalu ada buat luu kok" ucap Nara sembari mengelus lembut tangan Cya.
Zya terus menangis sembari menatap makam sang ayah dengan tatapan kosong di sandaran kakak laki lakinya. "Dekk ayo pulangg, kasian kamu udah lemes gini kamu butuh istirahat" ajak Restu kepada Zya yan sudah tampak pucat.
"T-tapi kakk, ayah gimanaa aku gamau ninggalin ayah sendirian disini hiks hiks hiks" jawab Zya dengan suara yang sangat pelan dan bergemetar.
"Zya gaboleh gitu, ikhlasin ayahhh biar ayah tenang disana, ayah gabakal tenang kalo ngeliat kita sedih disini" ucap Rehan mencoba menasehati sang adik.
"Cyaa, mau pulang bareng kakak atau ngga??" Tanya Rehan kepada Cya
"Duluan aja kak,, nanti Cya pulang sama Nara dan Via" jawab Cya dengan pandangan yang tetap tertuju ke batu nisan sang ayah dengan tatapan kosong.
"Nara, Viaa, kakak titip Cyaa" ucap Rehan kepada Nara dan Via.
Setelah Rehan mengajak Zya sang adik pulang meninggalkan Cya, Nara dan Via yang masih berada di tempat pemakaman,,
"Ayahh yang tenang yaa disanaa..."
"Insyaallah kakak ikhlas nerima ini semua asala kan ayah udah ngga ngerasain sakit lagi..."
"Sering sering datang ke mimpi kakak ya yahhh..."
"Sekarang Cya mau pulang duluu, Cya bakal sering sering kesini jengukin ayah...."
"Cya sayang banget sama ayahhh,,, Hikss... Hikss... Hikss..."
Ucap Cya sebelum beranjak pergi meninggalkan makam ayah Hendra dengan suara yang bergemetar dan tubuh yang sudah sangat lemas.
Cya, Nara dan Via mulai berjalan meninggalkan pemakaman umum tersebut. langkah kaki Cya terasa sangat berat ketika ingin meninggalkan pemakaman tersebut.
Cya sempat menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang memandang makam sang ayah yang dipenuhi dengan banyak bunga, "Ayoo Cyaa" ajak Nara.
"Selamat Jalan Ayahhh....."
\~ \~ \~
Malam ini masih banyak kerabat yang baru saja berdatangan, walaupun rumahnya di datangi oleh banyak kerabat dan para tetangga yang berdatangan tetapi Cya merasa sangat kesepian.
Zya berada di kamarnya bersama dengan Rehan sang kakak yang sejak tadi menemani anak terakhir dikeluarga mereka. Lantass bagaimana dengan Cya yang merupakan anak tengah?? Jika Zya bersandar kepada Rehan, lalu Cya harus bersandar kepada siapa??
Malam ini suara isak tangis masih terdengar dari dalam kamar Cya, Cya hanya bisa mengurung dirinya di tengah kegelapan kamarnya tanpa makan dan minum sedikitpun.
Cya adalah anak yang paling di sayangi oleh Alm ayah Hendra, biasanya anak kesayangan adalah anak terakhir tetapi Alm ayah Hendra lebih menyayangi Cya dibandingkan Zya sang adik.
Sebenarnya jika di tanya siapa yang paling terpukul diantara mereka bertiga jawabannya adalah Cya, karena Cya adalah anak kesayangan Alm ayah Hendra dan Cya juga selalu menjadikan Alm ayah Hendra menjadi tempat pulangnya ketika Cya sedang merasa lelah.
Tidak ada satu pun permintaan Cya yang tidak di berikan oleh Alm ayah Hendra, hingga terkadang Zya merasa sangat cemburu dengan Cya sang kakak yang mendapatkan segalanya dari Alm ayah Hendra, sedangkan Zya selalu mendapatkan dan memakai barang bekas dari sang kakak.
Tokk.... Tokk.... Tokk....
Suara ketukan terdengar dari depan kamar Cya yang memang sengaja ia kunci sejak tadi, "Permisi nonn Cyaa, makan dulu nonn bibi sudah bawakana makanan buat non Cyaa" ucap Bi imah yang merupakan satu satunya asisten rumah tangga yang ada di rumah mereka.
"Ngga usah biii, Cya ngga laper" jawab Cya tanpa membuka pintu kamarnya.
"Nanti non Cya sakit kalo ngga makan" sahut bi imah.
"Nanti aja biii, nanti Cya makan kalo Cya laper" jawab Cya.
"Yasudah nanti kalo non laper panggil bibi yaa, bibi ada di belakang" kalimat terakhir yang bi imah ucapkan sebelum meninggalkan kamar Cya.
Didalam kamar Cya terus menangis dan berharap jika semua yang terjadi hari ini hanyalah sekedar mimpi untuknya.
Sangking terpuruknya Cya atas kepergian Alm ayah Hendra, Cya sampai tidak bisa mengungkapkan apapun yang ia rasakan hari ini, Terlalu sakit baginya untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan saat ini.
"Ayahhh kenapa ayah ninggalin Cyaaa hiks hiks hikss, sekarang Cya sama siapa yahh?? Hikss hikss hikss"
****