cerita ini mengisahkan tentang menderitanya seorang perempuan yang menjadi korban salah sasaran yang di lakukan oleh seorang presdir yang terkenal kejam dan dingin. wanita itu harus rela hidup sendiri dan berjuang menghidupi kelima anaknya karena dia di usir dari rumahnya ketika mengetahui dia hamil
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cuzythree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7
Pagi ini robert tidak sarapan di rumahnya seperti biasa dan segera pergi ke perusahaan untuk segera membicarakan semua apa yang dia inginkan kepada asistennya itu. Beruntung selama ini robert tidak pernah memberitahu melani tentang semua aset aset lain yang dia punya seperti restoran, hotel dan usaha lainnya yang melani tahu robert hanya punya rumah dan perusahaan yang dia kelola sekarang
"selamat pagi tuan" ucap zack yang melihat tuannya sampai di lobi perusahaan
"ayo zack ada yang ingin aku bicarakan padamu" sahut robert pada asistennya itu
"baik tuan" jawab zack sambil mengikuti langkah tuannya menuju ke ruang kerjanya
robert segera menceritakan tentang apa yang dia inginkan kepada sang asisten tentang semua rencana yang dia pikirkan semalam karena bagaimanapun hanya kepada zack lah robert bisa mempercayainya
"saya setuju dengan keputusan tuan karena nyonya tidak pernah tentang bisnis lain yang tuan miliki selama ini lagi pula kalau untuk mengendalikan perusahaan milik mendiang nyonya besar kita bisa mengendalikannya di balik layar tuan karena di sana sudah ada orang kepercayaan kita yang bisa mengurusnya" zack sangat setuju dengan pemikiran sang tuan karena bagaimanapun dia juga tidak mau kalau sampai aset aset milik tuannya jatuh pada orang yang salah
"baiklah tolong kamu carikan rumah untukku dan kamu urus penjualan perusahaan ini diam diam setelah selesai kita akan menghilang untuk sementara waktu guna mengelabui mereka dan aku juga ingin fokus pada pencarian putri semata wayangku" ucap robert dengan tegas
"baik tuan aku akan mengurus secepatnya" jawab zack tak kalah tegas dari tuannya
Zack langsung pamit pada tuannya untuk mengurus segala hal yang di minta sang tuan karena dia pun juga ingin sekali tuannya itu segera bebas dari perempuan ular seperti melani dan anak anaknya itu
Robert pun kembali sibuk dengan berkas berkas yang ada di depannya dan berharap pekerjaannya segera selesai
Sedangkan di desa emeli sungguh merasa sangat sangat senang karena kehidupannya sudah jauh membaik apalagi warga di sini juga baik terhadapnya
"sungguh hatiku sangat senang baru berada di sini beberapa hari hatiku sudah merasakan kedamaian, sehat sehat selalu anak anak ibu sudah tidak sabar menanti kalian hadir dan menemani hari hari ibu" ucap emeli sambil mengelus perutnya yang mulai nampak buncit
"emeli apa kamu mau ikut denganku jalan jalan ke pinggir hutan sana untuk mencari tumbuhan liar yang bisa di jadikan sayur" ajak vania ketika melihat emeli sedang bersantai di depan rumahnya
"tentu saja aku mau van aku kan juga ingin mengetahui seluk beluk desa ini supaya bisa mengetahui semuanya" sahut emeli dengan antusias karena dia terbiasa melihat bangunan bangunan berjejer rapi di kota tempat tinggal dia dulu dan sekarang dia selalu di suguhkan pemandangan desa yang asri dan udara yang sejuk membuat emeli sangat antusias ingin mengetahui segala hal tentang desa ini
"kalau begitu ayo ikut aku jangan lupa bawa air minum ya agar kita tidak kehausan nantinya karena jaraknya lumayan jauh" ujar vania lagi
"baiklah tunggu sebentar ya" sahut emeli lalu masuk ke dalam rumahnya untuk mengambil minum dan beberapa potong kue yang dia buat sendiri karena dia tidak ingin anak anaknya akan kelaparan nanti di sana
"kamu bawa kok banyak banget" tanya vania dengan heran
"hehehe aku bawa beberapa potong kue aku tidak mau anakku nanti kelaparan di sana jadi aku sengaja membawanya" ucap emeli sambil tersenyum lebar
"oh iya maaf aku lupa kalau bocil bocil ini pasti akan minta makan pada ibunya tidak tahu waktunya kapan karena mereka pasti berebut makanan di dalam sana makanya ibunya selalu lapar" kelakar vania sambil tertawa kecil
Emeli pun ikut tertawa karena memang apa yang di katakan oleh vania benar adanya sekarang dia sering merasa lapar makanya emeli selalu membuat kue untuk pengganjal perutnya
"ayo kita jalan pelan pelan saja ya supaya tidak mudah lelah kasihan anak anakmu nanti" ajak vania
"baik bibi kita akan jalan pelan pelan saja" sahut emeli sambil menirukan suara anak kecil sehingga membuat mereka berdua tertawa bersama
Mereka berdua berjalan sambil tertawa bersama emeli sungguh merasa beruntung di pertemukan dengan vania yang bisa menjadi temannya sekarang karena semenjak kematian ibunya emeli tidak punya tempat untuk mengadu termasuk ayahnya sendiri
"emeli kamu duduk di sini saja ya aku mau mengambil daun itu" ucap vania sambil menunjuk ke arah tanaman yang dia incar dan emeli pin mengangguk karena memang dia merasa cukup lelah karena berjalan lumayan jauh
Vania sangat senang karena mendapatkan banyak daun tumbuhan liar yang bisa di makan jadi dia bisa menghemat uangnya untuk tidak membeli sayuran lagi. Setelah di rasa cukup banyak vania menghampiri emeli yang sedang memakan bekal kuenya
"aduh aduh keponakan bibi sudah lapar ya" canda vania ketika melihat emeli makan kue dengan lahapnya
"iya bibi aku sangat lapar" sahut emeli sambil tertawa cekikikan
"ya sudah kamu habiskan dulu kue kue itu lali kita pulang karena matahari sudah mulai tinggi" ujar vania lagi
"ok dan kamu makan ini aku tidak menerima penolakan" ucap emeli dengan memaksa agar vania menerima kue pemberiannya
Vania pun tersenyum dan menerima kue tersebut lalu mereka berdua makan bersama sama sambil istirahat
"apa kamu sering makan tanaman itu" tanya emeli yang heran karena dia belum pernah melihat tanaman seperti itu
"tentu saja semua warga sini pasti pernah memakannya karena memang ini tanaman yang tumbuh liar jadi kita semua bebas untuk mengambilnya lagi pula juga ini adalah salah satu cara berhemat warga di desa sini jadi kita tidak perlu membeli sayuran lagi di pasar" jelas vania lagi
"nanti aku ingin mencobanya ya jika kamu memasaknya" ucap emeli sambil memohon
"tentu saja" jawab vania dengan tersenyum
Setelah cukup beristirahat mereka berdua segera berjalan untuk kembali pulang karena hari semakin siang