Menceritakan tentang kisah khumaira larasati, gadis desa yang selalu di hina teman temannya karena miskin serta di khianati pacarnya, dia nekad ke jakarta untuk merubah nasib menjadi seorang pengasuh anak kembar milik duda kaya, simak kisahnya, mampukah Ira menakhlukkan si kembar dan merubah nasibnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ilham Dzaki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Curhat pada ibu
Bu Laksmi datang ke kamar Ira, bermaksud memanggil anak perempuannya itu untuk makan malam, tapi bu laksmi mendengar keluh kesah Ira di hadapan Allah. Bu Laksmi mengurungkan niatnya untuk memanggil Kra, dia bersandar di dinding depan kamar Ira.
" Ya Allah Nduk, ternyata selama ini kamu sangat tertekan, menghadapi orang orang yang selalu mencemooh kamu, maafkan bapak dan ibu yang tidak bisa memberikan kamu kehidupan seperti teman teman kamu." Gumam Bu Laksmi, dia menitikkan air matanya mengingat perjuangan Ira, yang selalu terlihat kuat di mata semua orang tapi ternyata dia sangat rapuh. bahkan dia tidak peduli kebahagiannya, demi membantu kebutuhan keluarga, Ira bahkan tidak peduli dengan penampilan dirinya sendiri.
Pak Budi Ayah Ira melihat istrinya dia mendekati bu Laksmi lalu menepuk bahu istrinya.
"Astagfirullah, masyaallah pak, bisa copot jantung ibu." Jawab Bu laksmi.
"Ibu kenapa, katanya mau panggil Ira, itu sudah di tunggu Nila dan anak anaknya ,kasihan anak anak sudah lapar." ucap Pak Budi.
Bu Laksmi mengusap air matanya dia mengetuk pintu kamar Ira pelan, dan pura pura tidak mendengar semuanya.
"Nduk, Ir ayo makan, itu kasihan adik adik sudah lapar." Panggil Laksmi.
" Nggih bu!."Jawab Ira. Dia segera melepas mukenanya dan mengelap air matanya, merapikan dirinya lalu menuju me ruang tengah di sana bapak, mbak Nila beserta kedua anaknya sudah menunggu, sementara ibu keluar dengan seceret Teh manis hangat.
Mereka mulai makan malam dengan menu yang sangat sederhana, lodeh tahu, dan sayur rebus, ada lauk tempe goreng hanya untuk anak kecil saja.
" Mbak Ira kok lama sekali sholatnya Iwan kan lapar." Kata iwan anak kedua mbak Nila.
Mbak Nila adalah istri dari ahmad.
Maaf ya dik, hari ini doanya mbak Ira agak banyak jadi lama deh." Jawab Ira menghibur keponakannya.
"Mbak Ira mendoakan ayah Iwan tidak, supaya cepat pulang?" Tanya Iwan jujur dan Polos.
"Tentu saja, mbak mendoakan semuanya, bapak Iwan juga, supaya cepat pulang dan bersama kita lagi." Jawab Ira, dia mengangkat tubuh Iwan di pangkuannya, dan menciumi pipi gembul keponakannya itu
" Ayo kita makan,katanya lapar!"
Mereka segera mengambil piring masing masing dan makan malam bersama dengan lahap. dan beralaskan tikar.
Setelah membantu membereskan semuanya, Ira membantu Bapak dan ibu, mengikat sayuran yang akan di jual besok pagi ke pasar.
malam itu Ira sering melamun dan sering salah menyatukan sayur sayur tersebut. Pak Budi ingin menegur putrinya, tapi di cegah oleh bu laksmi, dia mengkode suaminya untuk diam saja.
Barulah setelah Ira masuk ke kamarnya, bu Laksmi menyusul Ira.
"Nduk, apa yang sedang kamu fikirkan, lihatlah kakimu terluka saja kamu tidak tahu, sandal juga entah kemana juga." Bu laksmi mendekati Ira sambil membawa sebuah salep untuk luka di kaki Ira.
Tiba tiba Ira memeluknya dengan erat.
" Bu apa salahnya hidup di desa, apa salah kalau aku cuma petani, apa salah kalau hidup kita pas pasan bu?" Ira sudah tidak kuat memendamnya sendiri, selama ini dia terus diam, dan tidak mempedulikan omongan orang, tapi entah kenapa malam itu semuanya pecah di pelukan ibunya.
"Menangislah, jika itu semua membuat kamu Lega, bilang pada ibu, jangan kamu pendam sendiri nduk, kita bisa fikirkan bersama jalan keluarnya." Jawab bu Laksmi dia membelai rambut panjang putrinya yang ayu itu.
"Hiks hiks, bu bolehkah Ira bekerja di kota, Ira ingin membantu bapak untuk membebaskan Mas Ahmad, kasihan Iwan dan Fian mereka masih kecil kecil dan butuh figur seorang ayah. Ira juga kasihan pada mbak Nila bu, dia jauh dari orang tua dan suaminya, hik hik." ucap Ira.
"Memang kamu mau bekerja di mana nduk, kota itu sangat besar dan kehidupan di sana sangat keras, apa kamu kuat?" Bu Laksmi memastikan semuanya sebelum terlambat.
" Insyaallah bu, Ira harus kuat, percayalah pada Ira, Ira akan menjaga diri Ira dengan baik ." Kata Ira memastikan ibunya, kali ini sudah bertekad akan ke kota untuk mengadu nasib di sana.
"Kamu sudah tahu tujuan kamu?" Tanya Laksmi.
"Kakak mbak susi bekerja menjadi pembantu di Jakarta, katanya beliau besok pulang Ira akan bicara padanya." jawab Ira.
"Suci maksudnya, iya dia memang bekerja di Jakarta dan sudah punya sawah, bahkan belum lama ini membeli sapi, kabarnya majikannya sangat baik padanya." Bu Laksmi menimpali pernyataan putrinya tersebut.
" Ibu akan bicarakan dulu sama bapak dan Suci, semoga saja di tempat majikannya ada pekerjaan, jadi kamu ada yang mengawasi." ucap Ibu.
" Terima kasih bu." Ira memeluk ibunya kembali, dia bertekad dalam hati harus sukses di kota nanti.
" Ya sudah, kamu obati dulu lukanya dan tidur." kata ibu selanjutnya, Bu Laksmi keluar dari kamar kecil itu dan kembali ke kamarnya.
Hari minggu Ada Reuni di keluarga ibu.
Mereka semua datang, kebetulan kakak ibu termasuk warga yang berhasil, dia punya sawah yang cukup luas. Keluarga dari bu laksmi mengejek mereka karena termasuk yang paling miskin diantara semuanya.
" Eh dik laksmi to, pasti belum pada makan kan di rumah, maklumlah," kata maya istri dari kakak bu Laksmi.
" Alhamdulillah kami sudah sarapan kok mbak." jawab ibu.
" Oh, singkong rebus kan, atau daun singkongnya." Ejek budhe dari kota.
" Eh lihat saja pakaian mereka, norak banget dan kamu Budi, ini itu reuni keluarga, bukan mau ke sawah atau pasar, memang tidak bisa membelikan baju untuk anak dan istrimu." Sindir yang lainnya.
" Eh kamu sebaiknya kasih makan kambing kambingku di belakang sana, habis itu boleh makan enak, gratis pula." Kata kakak Laksmi
Bapak merasa tidak terima dengan penghinaan mereka, dan merasa harga dirinya sebagai kepala rumah tangga diinjak injak saudara dari istrinya.
" Maaf kak, kami datang kesini karena kalian undang, bukan untuk makan gratis, kami memang miskin tapi saya tidak pernah mengajarkan keluarga saya untuk meminta minta, maaf kami harus pulang dan jangan pernah mengundang Laksmi lagi kalau hanya untuk kalian permalukan, ingat roda kehidupan itu terus berputar, jadi jangan pernah merasa bangga dengan keadaan kita saat ini karena besok atau lusa semua bisa berubah terbalik." Bapak sudah emosi dan membawa istri, anak serta cucunya pulang.
"Cih, miskin saja sombong, itulah yang menjadikan kalian tetap miskin dan tidak berkembang." kata kakak Laksmi
" Pak, maafkan ibu, karena mengajak kita semua ke sana."Ucap ibu merasa bersalah pada semuanya.
" Sudah bu, tidak apa apa, lain kali kita tidak perlu datang ke acara itu kalau tujuannya hanya untuk memamerkan kekayaan mereka.