NovelToon NovelToon
Sebatas Penghangat Ranjang

Sebatas Penghangat Ranjang

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Lari Saat Hamil / Diam-Diam Cinta / Romansa
Popularitas:17.1M
Nilai: 4.8
Nama Author: santi.santi

NOTES!!!!
Cerita ini hanya di peruntukan untuk orang-orang dengan pikiran terbuka!!
Cerita dalam novel ini juga tidak berlatar tempat di negara kita tercinta ini, dan juga tidak bersangkutan dengan agama atau budaya mana pun.
Jadi mohon bijak dalam membaca!!!

Novel ku kali ini bercerita tentang seorang wanita yang rela menjadi pemuas nafsu seorang pria yang sangat sulit digapainya dengan cinta.

Dia rela di pandang sebagai wanita yang menjual tubuhnya demi uang agar bisa selalu dekat dengan pria yang dicintainya.

Hingga tiba saatnya dimana pria itu akan menikah dengan wanita yang telah di siapkan sebagai calon istrinya dan harus mengakhiri hubungan mereka sesuai perjanjian di awal mereka memulai hubungan itu.

Lalu bagaimana nasib wanita penghangat ranjang itu??
Akankah pria itu menyadari perasaan si wanita sebelum wanita itu pergi meninggalkannya??
Atau justru wanita itu akan pergi menghilang selamanya membawa sebagian dari pria itu yang telah tumbuh di rahimnya??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Masalah

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih tiga jam. Adrian telah sampai di kota tujuan bersama dengan Elena yang selalu menemaninya. Tanpa singgah dulu di hotel tempat mereka menginap, Adrian langsung turun ke lokasi proyek yang akan ia tinjau.

Terik matahari yang terasa membakar kulit di waktu yang hampir menunjukkan tengah hari tak menyurutkan Adrian untuk melihat perkembangan proyeknya setelah di lakukan pembangunan ulang.

Tentu saja ada rasa kesal di hati Adrian karena dengan hancurnya bangunan yang seharusnya setengah jalan itu mengakibatkan kerugian yang tak sedikit untuk perusahaannya.

Sampai sekarang pun Adrian masih terus menyelidiki penyebab runtuhnya bangunan itu. Adrian tak akan melepaskan siapapun yang bertanggungjawab atas kerugian yang ia terima.

Selama Adrian memegang kendali atas perusahaan Papanya beberapa tahun terakhir, baru kali ini Adrian kecolongan seperti ini.

Adrian curiga jika ada seseorang yang mengambil keuntungan atas itu semua. Bukannya Adrian berprasangka buruk, tapi melihat janggalnya kejadian itu, membuat Adrian semakin yakin jika ada rekening yang gendut tanpa sepengetahuannya.

Adrian mendongak ke atas karena ada sesuatu yang tiba-tiba membuat kepadanya teduh. Sebuah payung berwarna kuning telah memayungi seluruh badannya saat ini. Meski Adrian sudah menggunakan helm berwarna putih.

"Biar tidak pusing karena panas sekali di sini" Ucap Elena sebelum Adrian bertanya kenapa dia memayunginya.

Adrian hanya tersenyum tipis saja menanggapi Elena yang selalu siap melindunginya dari apapun juga.

Adrian bahkan teringat saat tadi pagi sebelum mereka berangkat dari apartemennya. Begitu Adrian membuka mata, dua buah koper sudah siap di kamar Adrian beserta baju dan sepatu yang Adrian pakai.

Adrian tidak tau kapan Elena menyiapkan itu semua. Seingatnya Elena tidur dalam pelukannya semalaman.

"Kenapa?? Ada yang aneh??" Tanya Elena karena Adrian mengetuk-ngetukkan tumitnya ke tanah yang telah di tutup kerikil itu.

"Kau tidak merasakan sesuatu?? Tanahnya masih gembur begini. Harusnya lebih padat meratakan tanahnya. Ini jelas tidak bisa sama sekali untuk mendirikan bangunan. Pantas saja tanahnya tidak bisa menahan beban yang terus di atasnya" Jelas Adrian membuat Elena mengangguk-angguk.

"Lalu ini" Adrian menginjak beton yang hancur, sisa bangunan yang rubuh.

"Kenapa bisa beton yang harusnya menjadi bangunan paling kuat malah lunak mudah hancur seperti ini"

"Panggil Nicolas untuk menghadap ku. Dia yang harus bertanggungjawab atas semua ini!! Periksa juga mutasi rekening miliknya saat ini juga. Minta bantuan Hary agar lebih cepat" Perintah Adrian kepada Elena lalu meninggalkan tempat itu.

Kini Adrian sudah duduk di ruangan yang memang di khususkan untuk pengawas yang bertanggungjawab di lapangan atas proyek besarnya itu.

"Maaf Tuan Adrian, saya tidak tau kalau anda akan berkunjung ke sini" Ucap Nicolas yang entah dari mana saja sejak tadi. Elena jiga ikut masuk ke dalam setelah berhasil membawa Nicolas ke depan Adrian.

"Dari mana saja kau?? Kalau aku tidak ada di sini, kau juga tidak akan kembali ke disi kan?? Entah apa yang sebenarnya kau lakukan di luar sana sampai mengabaikan tanggungjawab yang ku berikan kepadamu" Adrian menatap Nicolas dengan segala kemarahan yanga ada pada dirinya. Proyeknya hancur di tangan karyawan tak bisa di andalkan seperti Nicolas.

Nicolas hanya diam menghadapi kemarahan Bosnya itu. Merasa sial hari ini karena Adrian datang tanpa memberi kabar terlebih dahulu, sedangkan dia sedang asik nongkrong di cafetaria.

"Apa kau sudah menemukan apa penyebab runtuhnya bangunan yang hampir setengah jadi itu??" Adrian menatap penuh selidik kepada Nicolas. Tatapan intimidasinya sampai tak disambut Nicolas mengangkat kepalanya.

"Maaf Tuan Adrian. Sampai hari ini saya belum menemukan apapun. Kalau dari bahan bangunan semuanya kami mengambil kualitas terbaik sesuai keinginan anda. For constraction juga sudah diperhitungkan dengan kondisi di lapangan, semuanya bagus dan berjalan dengan baik Tuan"

Alasan yang di berikan Nicolas justru di tanggapi dengan sinis oleh Adrian. Sebab dia sendiri yang baru datang susah bisa menemukan kejanggalan setelah puing-puing bekas reruntuhan itu di singkirkan. Sedangkan Nicolas yang sudah beberapa hari di beri kesempatan untuk oleh Adrian untuk mencari kesalahan pembangunan proyek itu ternyata tak menemukan apapun.

Atau sebenarnya itu hanyalah alasannya saja untuk menutupi kesalahannya. Untuk orang yang cukup berpengalaman seperti Nicolas rasanya tak mungkin jika dia tidak bisa menemukan apapun di sana.

"Lalu bagaimana dengan keluarga korban??" Adrian masih sangat mengkhawatirkan maslaah korban-korbannya. Meski tak ada korban jiwa, namun ada beberapa korban luka berat yang terus menuntut ganti rugi.

"Kalau masalah mereka, Tuan Adrian tenang saja. Saya sudah memberikan mereka kompensasi agar mereka berhenti menyeret kasus ini ke jalur hukum. Ini rinciannya kebetulan sudah saya buat Tuan" Nicolas memberikan map yang telah ia siapkan di mejanya kepada Adrian.

"Mereka meminta sebanyak ini??" Adrian menatap angka-angka di depannya kemudian menatap Nicolas secara bergantian.

"Benar Tuan"

Ting...

Bunyi notifikasi di ponsel Elena membuat Adrian melirik ke arahnya.

Dari tatapan Adrian kepadanya saja Elena sudah tau jika pria itu ingin bertanya siapa yang mengirim pesan kepada Elena.

"Ini Pak" Elena menyerahkan ponselnya kepada Adrian. Memberikan Adrian sebuah informasi yang tadi diinginkan Adrian dari Hary.

"Lalu bisakah kau jelaskan ini semua??" Adrian memperlihatkan layar ponsel milik Elena ke hadapan Nicolas.

Wajah pria empat puluhan tahun itu tampak begitu pias dan memucat saat ini. Bibirnya terasa kelu hanya untuk mengeluarkan sebuah pembelaan"

"T-tuan..."

BRAAAKKK...

Adrian menggebrak meja di depannya dengan kencang hingga membuat Elena memegang dadanya.

"Kau pikir aku bodoh Nicolas!!" Adrian menarik kerah kemeja Nicolas yang memiliki tinggi dua jengkal di bawahnya itu.

"Kau pikir bisa membodohi ku dengan alasan-alasan seperti itu?? Bisa-bisanya kau memulai proyek ini ketika struktur tanahnya masih seperti itu!! Lalu bahan bangunan apa yang kau bilang kualitas terbaik itu?? Apa karena sebagian besarnya masuk ke dalam rekening mu makanya kau membelinya dengan asal??" Adrian melepaskan tangannya dari kerah kemeja Nicolas dengan kasar, sehingga bawahannya itu hampir terjerembab ke belalang.

"Lalu ini"

SREEKKK...

Adrian merobek kertas berisi rincian dana yang akan di berikan kepada korban sebagai uang kompensasi. Menurut Adrian jumlahnya sangat tak wajar.

"Kau pikir aku percaya dengan semua ini?? Yang ada mereka hanya akan mendapatkan kurang dari separuhnya karena sebagian akan masuk ke dalam kantong mu sendiri!!" Adrian sejak tadi terus mencecar Nicolas dengan bukti yang ada di depan matanya.

Sepertinya selama menjadi sorang CEO, Adrian tidak pernah bersikap lunak kepada siapapun. Dia pikir dengan seperti itu, maka tidak akan ada orang yang akan menusuknya dari belakang. Tapi sepertinya anggapan itu salah. Buktinya Nicolas, bawahannya yang ia tau rajin dan teliti dengan semua pekerjaannya tapi tak ubahnya Nicolas hanyalah serigala berbulu domba.

"Tuan Adrian, semua itu tidak seperti yang anda pikirkan. Saya bisa jelaskan se..."

"Aku beri dua pilihan Nicolas!! Yang pertama ikut aku ke kantor polisi dan mempertanggungjawabkan semua ini atau kau mengganti semua kerugian yang ku alami dan juga membayar uang kompensasi untuk semua korbannya"

Nicolas terhuyung ke belalang karena tak bisa memilih dua pilihan yang amat sangat berat itu.

"Tapi Tuan, mana mungkin saya bisa mengganti semua itu. Uang saya tidak sebanyak itu Tuan. Kumohon maafkan aku, akan ku kembalikan semua yang telah aku ambil darimu" Nicolas benar-benar ketakutan melihat kemarahan Adrian saat ini. Nicolas tak menyangka jika perbuatannya akan di ketahui Adrian secepat ini.

"Aku tunggu jawaban mu besok pagi!! Hanya dua pilihan itu yang kau berikan kepadamu!! Sekarang kau Keluar!!" Tunjuk Adrian ke arah pintu yang berada di belakang Elena.

Nicolas hanya bisa pasrah melangkahkan kakinya keluar dari sana meninggalkan Adrian dan Elena di ruangannya.

Adrian masih mengatur nafasnya karena terlalu terbawa emosi. Amarah dalam dirinya meluap membuat nafasnya tak teratur saat ini.

Elena dengan seribu rasa pekanya mendekati pria yang sedang kacau itu. Wanita mana yang tega melihat pria yang dicintainya sedang memikul banyak beban seperti itu.

Elena mengusap punggung Adrian dengan lembut, berharap Adrian berlahan bisa mengendalikan dirinya dengan baik setelah itu.

Adrian menoleh kepada Elena dengan wajahnya yang mulai terlihat tenang tak merah padam seperti tadi.

"Mau peluk??" Elena merentangkan tangannya ke arah Adrian. Meski tak yakin jika Adrian mau masuk ke dalam pelukannya. Mendekap tubuh rampingnya. Namun Elena berharap, pelukan yang ia berikan mampu menunjukkan pada Adrian bahwa saat ini dia tidak sendiri di sana. Masih ada Elena si penghangat ranjangnya yang sejak dulu memendam cinta untuknya.

"Cih"

Adrian tersenyum tipis lalu meringsek masuk ke dalam pelukan Elena. Menghirup wangi rambut Elena dalam-dalam. Wangi yang sebenarnya selalu membuatnya tenang selama ini.

1
Desy Kristina Situmorang
Luar biasa
Juan Sastra
apa haimu tak sakit saat mengingat perhina an,, dan tadi pun kau menghinanya menyuruhnya menjual tubuhnya
Juan Sastra
apa iya separah itu,, hei itu anak kecil pakai sepeda pula, bukan orang dewasa dan pake motor atau bajaj..aneh
santi.santi: mbak, kalau mobilnya mahal.. mau lecet dikit aja ttp mahal mba 🤣🤣🤣
total 1 replies
Juan Sastra
kalau jadi elena pergi lagi yg jauh,, karena wanita patut di perjuangkan bukan memperjuangkan, cukuplah selama bertahan dengan segala kesakitan dan kebodohan hingga membesarkan 2 kurcaci sampai usia sekarang,,, dan asal tau saja thorr menjadi singel mom tidak muda apa drngan segala keterbatasan ekonomi.,, 😂😂🙏🙏🙏 curhat dikit
Juan Sastra
coba di rekam untuk di serahkan sama mama papamu biar tau betapa baiknya kamila
Juan Sastra
benar kan koment ku saat adrian merayakan ulta kamila. fintrr memang tuh uler keket
Juan Sastra
mampus,, hancurlah ikrar suci itu,, lanang bego ya begitu ggak curiga semua terburu buru
Juan Sastra
oh ternyata,, bisakah ku tarik komentku di belakang untuk aura.. 😂😂
Juan Sastra
semoga kau pun merasakan lebih dari yg di rasakan elena !! ini kutukan authorr aura. ingat itu. 😁
al rizal
😁😁😁
Juan Sastra
katanya pemain handal,, masa tak bisa membamdingkan mana wanita pemain dan dan wanita benar benar suci,, meski seahli apa elena berusaha seolah mahir namun tetap kentara kakunya.. memang laki bego yah gitu yg ada di otaknya hanya wik wik aja,,
Juan Sastra
aku pernah baca kisah yg hampir sama hanya saja perbedaannya orang tua ceo nya tak tahu jika anaknya meperbudak sekretarisnya sendiri,, setelah kabur baru tahu dan plak bugh buagh habis dah tuh ceo nya di hajar oleh ayahnya,, karwna berani mempermainkan seorang wanita
Juan Sastra
setidaknya hargai elena sebagai perempuan yg menjagamu selama ini walau tak menapik jika elena memang goblok mau jadi jalangmu,,
Magda lena
Luar biasa
Juan Sastra
makanya elena jgn terlalu murah, dan bodoh, segitunya mencintai rela hancur demi kenikmatan sesaat dan kebahagiaan yg semu
Juan Sastra
cinta boleh elena bodoh jangan.
Renjun' wif'e
Luar biasa
Jumria Jumi
ceritanya Bagus
Savitri Eka Qodri
Luar biasa
Bunga
jangan Kamila simpanannya papanya andrian
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!