Seorang tuan muda pewaris keluarga kaya raya yang menghilang akibat kecelakaan yang dialamainya. Dikabarkan meninggal namun keluarganya tidak percaya karena mayatnya tidak ditemukan. Dan seorang Nenek tua bersama seorang cucu perempuannya menyelamatkan sang tuan muda dalam keadaan hidup walau terluka sangat parah. Sang tuan muda hidup kembali dengan identitas baru karena ditemukan dalam ke adaan hilang ingatan dan cacat pada wajah serta kakinya. Namun naas sang tuan muda di fitnah sehingga harus menikahi cucu sang nenek. Disaat cinta kian tumbuh dihati mereka, sang tuan muda ditemukan kembali oleh orang-orang kepercayaan Keluarganya dan dibawa paksa kembali ke tengah keluarganya. Bagaimanakah kisah sang tuan muda dengan status barunya? Dan bagaimanakah nasib cucu perempuan nenek sang penolong? Akankah cinta mempertemukan mereka kembali?
Inilah kisahnya 👍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Guspitria Kamal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16 Mulai Terungkap
Hampir satu jam penuh Beni mengikuti mobil Tuan Agung, wajahnya sudah terasa sangat panas. Bagaimana tidak, karena buru-buru akhirnya Beni mengikuti mobil Tuan Bagas menggunakan sepeda motor milik satpam kantor. Dan itu juga agar memudahkannya untuk melakukan pengintaian agar tidak diketahui oleh Tuan Bagas.
'' Memang mencurigakan sekali, mau makan aja sejauh ini.'' Gumam Beni saat melihat mobil Tuan Tama behenti disebuah restoran di pinggiran kota. Berlahan Beni mendekat dan mengambil meja yang bersebelahan dengan Tuan Bagas dan Viona. Kebetulan antara meja mereka dibatasi oleh beberapa hiasan bunga yang disusun rapi, jadi Beni aman dengan posisinya.
Tanpa menunggu lagi, Beni menyelipkan sebuah kamera di antara susunan bunga itu, bukan hanya menangkap gambar kamera itu juga bisa menyadap suara yang direkamnya.
'' Aku sudah tidak bisa menunggu lagi, pokoknya kali ini harus berhasil. Kalau tidak kamu akan tanggung sendiri resikonya.'' Ucap Tuan Bagas kepada Viona yang tengah terdiam.
'' Aku yakin Tuan, rencana kali ini pasti akan berhasil. Karena aku sendiri yang akan menghabisinya.'' Jawab Viona setelah menyerumput jus di atas mejanya.
'' Benar-benar ular betina sialan, siapa yang akan dia habisi?'' Batin Beni penuh selidik.
'' Ingat, kalo sampai Danu ikut dalam rapat divisi nanti, maka video ranjangmu dengan semua pelangganmu akan tersebar luas. Dan karirmu sebagai model akan hancur dalam sekejap.''
'' Baik Tuan, kali ini saya jamin pasti berhasil.'' Jawab Viona yang begitu tertekan dengan kata-kata Tuan Bagas.
'' Sekarang lakukan dengan bersih, karena kalau tidak kamu sendiri yang akan menangungnya.'' Tanpa pamit Tuan Bagas langsung berdiri dan pergi meninggalkan Viona yang sudah pucat membayangkan nasibnya nanti.
'' Tua bangka sialan, bagaimana bisa dia mendapatkan video-viedo itu? Sial...sial..sial.'' Gerutu Viona.
Ceklek...pintu ruangan Danu terbuka.
'' Aduuuh...aduhhh...capek banget gue Bos, mereka perginya jauh banget. Terbakar dah muka ganteng gue.'' Ujar Beni sambil mengibas-ngibaskan tangannya.
'' Ckh...baru segitu saja kamu sudah mengeluh. Bagaimana kalo saya suruh kamu ikutin viona 24 jam.'' Delik Danu dan menutup laptop di depannya.
'' Bagiamana? Apa ada yang besar?'' Tanya Danu.
'' Nih, Lo liat sendiri aja.'' Beni menyodorkan ponselnya pada Danu.
Untuk sesaat Danu diam dan fokus pada ponsel Beni, tak berapa lama terbit senyum puas di wajahnya.
'' Pantas Viona memaksa ku untuk ikut dengannya Sabtu ini, jadi ini yang mereka rencanakan. Kita langsung ke rencana B.'' Ujar Danu dan dibalas acungan jempol oleh Beni.
Tiba-tiba ponsel Danu berdering, terlihat nama Kakek Agung dilayar ponselnya. Dengan enggan Danu mengangkat panggilan Kakek Agung.
''Ya halo Kek.''
''.....................
''Baiklah, dari kantor aku langsung ke rumah utama.'' Jawab Danu datar.
'' Kita balik, langsung menuju rumah utama.'' Tukas Danu sambil memasang jas kantornya.
Pada saat Danu dan beni akan melangkah masuk ke dalam lift, tiba-tiba terdengar suara seorang wanita yang sangat dikenal Danu.
'' Tunggu... eh maaf silahkan duluan Tuan.'' Ucap Mayang yang kaget karena ternyata ada Danu sedang menatapnya dengan senyum mendamba. Setelah Danu dan Beni masuk yang diikuti juga oleh Mayang, muncul Tama yang juga masuk ke dalam lift yang sama.
'' Mayang gimana kondisi kamu, kok masuk kerja? seharusnya kamu istirahat aja dulu di rumah.'' Ujar Tama saat berada tetap di samping Mayang. Danu dan Beni yang berada di belakang Mayang dan Tama hanya diam saling tatap.
'' Eh Tuan Tama, alhamdulillah baik Tuan. Terimakasih ya Tuan, kalo tidak ada Tuan mungkin tidak tau apa jadinya saya kemaren.'' Ucap Mayang dengan senyum yang sangat merekah menatap Tama yang juga mentapnya.
'' *Apa itu? Kenapa senyumnya manis sekali buat Tama? Buat aku aja suaminya ga pernah dapat senyum semanis itu. Kenapa sakit banget rasanya May*...'' Batin Danu.
Tidak tahu saja Mayang, seekor banteng di belakangnya sudah siap akan menyerunduk Tama yang terlihat begitu perhatian dengan Mayang. Beni yang sadar langsung menahan tangan Danu, untung saja hanya mereka berempat yang ada di dalam lift tersebut.
'' Maaf ya Tuan, saya belum bisa ganti uang Tuan yang untuk bayar rumah sakit saya kemaren. Tapi saya janji akan mencicilnya, ga apa-apa kan Tuan?''
'' *A apa? Kemaren Mayang masuk rumah sakit? Dan kenapa Si Tama bisa sama Mayang? Wah..ini ga bisa dibiarin, gue harus garcep nih*.'' Danu maki panas.
'' Iya, kamu ga usah pikirin uang itu. Saya ikhlas kok bantuin kamu May.'' Sahut Tama tulus.
'' Ga bisa gitu Tuan, hutang tetaplah hutang. Gajian bulan depan mulai saya cicil sama Tuan.'' Jawab Mayang merasa tidak enak.
Akhirnya pintu lift terbuka, mereka yang ada di dalam keluar satu persatu. Setelah Mayang pamit pada Tama, Mayang langsung menuju parkiran dimana Imah sudah menunggu. Belum sampai ke luar lobi tangan Mayang ditahan oleh seseorang.
'' May, tunggu.'' Danu menarik pelan Mayang untuk berhadapan dengannya.
'' Ya Allah Tuan, bikin kaget aja.'' Ujar Mayang.
'' Kamu sakit apa May? Kenapa kamu tidak kabari Mas? Apa kandungan kamu baik-baik aja sayang?'' Mayang terdiam saat tangan Danu menyentuh lembut pipi dan keningnya.
'' Ga apa Tuan, saya dan anak saya baik-baik saja.'' Jawab Mayang sambil menurunkan kedua tangan Danu yang masih memegang pipi Mayang.
''May, kamu udah janji kan ga akan menjauhkan Mas sama anak kita. Jadi Mas mohon biarkan Mas ikut menemani masa-masa kehamilan kamu. Mas mohon...'' Danu terlihat menatap mata Mayang dengan penuh cinta.
'' Maaf Tuan, saya rasa anda salah paham. Seharusnya tanpa saya minta kalo memang Tuan merasa sebagai ayahnya, anda pasti lebih tahu bagaimana bertindak dan bersikap. Jangan hanya ngomong tapi tidakkan ga jelas. Ngomong butuh saya, tapi malah memeluk wanita lain. Tapi tenang Tuan, saya sudah biasa sendiri. Ga akan ngaruh buat saya ada atau tidak adanya Tuan di sisi saya. Pemisi.'' Ketika Mayang hendak membalik, tiba-tiba tubuhnya sudah melayang.
Danu menggendong Mayang dan membawanya menuju mobilnya, terlihat Beni sudah berdiri di samping pintu mobil yang sudah terbuka.
'' Tuan apa-apaan sih, turunin saya ga mau ikut saya mau pulang.'' Mayang berusaha turun.
'' Diamlah sayang nanti jatuh, ini kita juga mau pulang.''Mayang langsung diam. Berlahan Danu masuk dan duduk di kursi belakang dengan Mayang masih dalam pangkuannya.
'' Jalan Ben.'' Ucap Danu. Beni hanya melirik dengan tersenyum melihat ulah Bosnya dibelakang.
'' Turunkan aku Tuan...''
'' Nanti perut kamu sakit sayang, mobilnya goyang-goyang.'' Tukas Danu.
'' Turunin aku atau aku turun dari mobil ini!'' Mayang nampak kesal.
'' Iya sayang, jangan marah-marah terus. Nanti makin cinta''. Jawab Danu tersenyum menggoda.
'' Ish...males.'' Ucap Mayang mengalihkan pandangan ke kaca mobil, terlihat senyum kecil di bibirnya.
'' Tuan apa kita langsung ke rumah utama?'' Tanya Beni yang bingung tujuan kemana.
'' Kalo gitu turunkan saya di sini saja Tuan, tujuan kita berbeda.'' Sergah Mayang.
'' Antarkan Nyonya dulu, jangan sampai rambutmu nanti dijambaknya.'' Jawab Danu Datar. Mendengar itu Mayang langsung menatap jengah kearah Danu.
Mata Danu sibuk memandang kontrakan yang ditempati Mayang dan Imah serta Bapaknya. Sungguh pilu hati Danu, dia tidak sanggup membayangkan betapa sulitnya kehidupan yang Mayang lalui. Kemudian dia teringat dengan Nenek Murni.
'' Tuan terimaksih, saya masuk dulu.''
'' Tunggu May, kalo boleh Mas ingin ketemu sama/ Nenek Murni.'' Ujar Danu menahan tangan Mayang.
Mendengar itu Mayang langsung menundukan kepalanya, dia tidak sanggup menjawab karena kesedihan yang telah susah payah dia hilangkan sejak dia datang ke Kota Jakarta mulai terasa kembali.
'' May... Mayang... Ap..apa Nenek...?'' Ucapan Danu terhenti, dia tidak sanggup lagi menahan air matanya melihat Mayang menganggukan kepala.
'' May...'' Danu menarik tubuh Mayang kedalam pelukannya, keduanya saling menangis dan hal itu tidak luput dari tatapan Mang Dudung yang sejak tadi berdiri di depan pintu.
'' Maafkan Mas sayang hiks.. hiks.. Maafkan Mas tidak menemanimu disaat-saat tersulit dalam hidupmu. Maafkan Mas, maaf sayaang. Mas janji Mas akan menceritakan semuanya padamu, tapi bukan sekarang.'' Mendengar perkataan Danu Mayang langsung melepas pelukan Danu.
'' Sebaiknya jangan pernah dekati saya dulu Tuan, sebelum Tuan sudah bisa memberi saya penjelasan. Terimakasih, saya permisi.'' Danu hanya bisa diam menatap punggung Mayang yang sudah hilang masuk ke dalam rumah. Ketika Danu akan masuk ke dalam mobil, datang Mang Dudung mengahampiri.
'' Nak Rangga.'' Seru Mang Dudung. Danu langsung menoleh tidak menyangka Mang Dudung akan langsung bisa mengenalinya.
'' Ini Mamang Nak Rangga, Mang Dudung tetangga Mayang.'' Ulas Mang Dudung takut Danu tidak mengenalinya.
'' Mang, ke...kenapa Mamang bisa langsung tahu saya Mang?''
'' Hanya terkaan Mamang saja, dan ternyata benar. Firasat seorang istri itu memang sangat ampuh.'' Ungkap Mang Dudung.
'' Sejak Nak Rangga pergi, Mayang sangat yakin akan bertemu kembali dengan Nak Rangga. Dia sangat menderita sejak Nak Rangga pergi. Mulai dari Neneknya meninggal sampai dia dijebak oleh Joko.'' Tambah Mang Dudung.
Mang Dudung mulai menceritakan penderitaan yang Mayang hadapi sejak Danu dibawa pergi tepat di depan matanya sendiri. Sungguh hancur hati Danu saat mengetahui orang yang dicintainya hidup dalam kesedihan yang begitu berat. Apalagi saat tau Joko melecehkan Istrinya. Dadanya bergemuruh, ingin rasanya Danu berlari mengerjar Mayang. Namun langsung di tahan Mang Dudung.
'' Bersabarlah, seperti Mayang yang selalu sabar menanti untuk bertemu kembali dengan Nak Rangga.'' Sergah Mang Dudung.
'' Tolong jaga Mayang Mang, setelah ini saya tidak akan pernah meninggalkannya lagi.'' Mang Dudung mengangguk dengan tersenyum.
Setelah mobil Danu keluar dari halaman kontrakan Mayang, Danu langsung menuju rumah utama. Sebelum turun dari mobil setelah sampai di rumah utama, Danu memberi perintah pada Beni.
'' Tempatkan beberapa bodyguard untuk menjaga Mayang 24 jam penuh.'' Beni menganggukan kepalanya dan keduanya lalu turun dari mobil.