Siapa sangka niatnya merantau ke kota besar akan membuatnya bertemu dengan tunangan saudara kembarnya sendiri.
Dalam pandangan Adam, Emilia yang berdiri mematung seolah sedang merentangkan tangan memintanya untuk segera memeluknya.
"Aku datang untukmu, Adam."
Begitulah pendengaran Adam di saat Emilia berkata, "Tuan, apa Tuan baik-baik saja?".
Adam segera berdiri lalu mendekat ke arah Emilia. Bukan hanya berdiri bahkan ia sekarang malah memeluk Emilia dengan erat seolah melepas rasa rindu yang sangat menyiksanya.
Lalu bagaimana reaksi tunangan kembaran nya itu saat tau yang ia peluk adalah Emilia?
Bagaimana pula reaksi Emilia diperlakukan seperti itu oleh pria asing yang baru ia temui?
Ikuti terus kisah nya dalam novel "My Name is Emilia".
***
Hai semua 🤗
ini karya pertamaku di NT, dukung aku dengan baca terus kisah nya ya.
Thank you 🤗
ig : @tulisan.jiwaku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hary As Syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Hari Pertama dan Terakhir Bekerja
Hari itu Emilia sangat bersemangat untuk berangkat kerja. Meskipun hanya sebagai buruh cuci piring tapi baginya itu lebih baik daripada harus kembali bekerja di perusahaan Adam. Lagipula dia ingin membuktikan kalau tanpa bekerja disana, dia bisa mendapat pekerjaan lain dan bukan mengemis.
Sesampainya di restoran tempat ia bekerja, Emilia pun diberikan seragam baru dan diberikan arahan untuk bekerja disana. Sepanjang bekerja, tak pernah sedikitpun ia mengeluh. Padahal hari itu pengunjung restoran cukup ramai, jelas saja itu membuatnya harus bekerja lebih giat lagi.
Tak terasa waktu pun sudah menunjukkan pukul 8 malam. Waktunya para pekerja beres-beres untuk bersiap pulang. Tiba-tiba manajer restoran disana memanggil Emilia untuk menemuinya di ruangan nya.
Dan tanpa disangka-sangka ternyata manajer itu memberinya gaji pertama dan terakhirnya. Gaji atas kerja kerasnya yang baru berjuang selama sehari penuh.
“Maaf Emilia, hanya ini yang bisa saya berikan sebagai upah bekerja mu hari ini. Karyawan lama tidak jadi cuti, jadi dengan sangat terpaksa saya tidak bisa menerima kau lagi untuk bekerja disini.” Kata manajer itu dengan rasa bersalah sembari memberikan amplop berisi upah hasil kerjanya.
“Benarkah karyawan lama tidak jadi cuti? Atau karena ada seseorang yang meminta anda melakukan ini Tuan?” tanya Emilia penuh curiga.
“Maaf Emilia, saya tidak bisa menjelaskan apapun. Saran saya kalau memang kau merasa ada menyinggung seseorang yang berpengaruh di kota ini, maka temuilah dia, minta maaf lah padanya agar hidupmu tenang dan kau mendapat pekerjaan yang layak.” Jawab manajer panjang lebar.
“Terimakasih atas saran anda Tuan. Tapi saya rasa saya akan tetap pada pendirian saya. Saya terima upah saya ini. Terimakasih sekali lagi atas upahnya.”
Emilia sekarang yakin ini pasti karena ulah Adam. Laki-laki itu sepertinya serius ingin menjadikan nya seorang pengemis. Miris sekali nasibnya ini. Baru bekerja sebagai buruh cuci piring sehari, malam nya dia sudah dipecat.
Tak seperti tadi pagi saat ia datang dengan semangat, kini ia pulang dengan malas. Baru beberapa langkah keluar dari restoran, tiba-tiba ada seseorang yang berlari menghampirinya.
“Emilia....Emilia....tunggu aku...” panggil laki-laki bertubuh gemuk yang umurnya lebih tua dari Emilia.
Emilia berhenti lalu menoleh ke belakang. Ternyata itu salah satu chef yang bekerja di restoran tadi.
“Chef, ada apa mengerjarku?”
“Jalanmu cepat sekali. Aku sampai ngos-ngosan mengejarmu.”
Emilia terkekeh. Menurutnya bukan dia yang berjalan cepat tapi chef itu saja yang gemuk jadi agak susah mengejarnya.
“Maaf maaf, Chef. Jadi ada apa sampai kau mengejarku kesini?”
“Aku dengar kau dipecat ya? Apa benar kau ada masalah dengan Tuan Adam? Dia itu orang berpengaruh di tempat ini loh.”
“Iya aku dipecat dan ya...memang aku ada sedikit kesalahpahaman dengan nya. Memang nya kenapa?”
“Pantas saja kemarin aku lihat orang suruhan Tuan Adam datang menemui manajer restoran itu. Pasti membicarakan tentang dirimu. Makanya kau hari ini juga langsung dipecat.”
“Hufffttt sepertinya malang sekali nasibku.”
“Kau memang malang. Kau tau, kau akan susah mendapatkan pekerjaan dimanapun. Tapi aku ada tawaran pekerjaan untukmu. Itu pun kalau kau mau.”
“Serius Chef? Aku mau asalkan pekerjaannya halal. Apapun aku tidak masalah.”
“Aku ragu kau mau menerimanya. Pekerjaan nya sebagai penjual roti keliling. Kau bisa bawa motor?”
“Aku bisa Chef dan aku mau jadi penjual roti keliling. Tidak masalah bagiku.”
“Baiklah kalau memang kau mau, ini kartu namaku. Hubungi aku nanti. Kakak ku ada usaha jualan roti keliling dan saat ini dia membutuhkan orang untuk menjual roti-rotinya.” Kata pria bertubuh gemuk itu seraya memberikan kartu namanya.
“Baik, Chef. Terimakasih banyak. Aku tidak akan mengecewakan Chef.” Kata Emilia dengan wajah berbinar. Ternyata nasib baik masih berpihak padanya, begitulah pemikirannya.
“Ya, sama-sama. Kalau begitu aku pulang dulu.”
“Oke, Chef. Hati-hati di jalan. Sekali lagi terimakasih.” Ucap Emilia sambil membungkuk kan badan nya.
Chef itu hanya tersenyum lalu melambaikan tangan ke arah Emilia. Emilia pun balas melambaikan tangan sambil berjalan menjauh. Dilihatnya lagi kartu nama itu lalu disimpan nya ke dalam tas selempangnya.
Emilia tidak sadar gerak-gerik nya sedang diawasi oleh dua pasang mata yang menatap penuh tanda tanya. Mereka adalah Adam dan Ian yang memperhatikan Emilia dari dalam mobil yang terparkir tidak jauh dari restoran itu. Sepulang dari kantor Adam sengaja meminta Ian untuk singgah sebentar ke tempat Emilia bekerja. Ia ingin melihat raut wajah sedih Emilia saat tau kalau dia dipecat hari itu, tapi ternyata malah sebaliknya. Emilia tidak terlalu bersedih apalagi dia dapat tawaran bekerja dari Chef itu. Dan hal itu membuat Adam semakin emosi.
“Ada hubungan apa antara Emilia dan pria gemuk itu?” tanya Adam pada Ian.
“Saya kurang tau, Tuan. Sepertinya pria itu karyawan di restoran itu juga.” Jawab Ian seadanya.
“Lalu kenapa dia pake acara memberikan kartu nama segala?” tanya Adam lagi.
“Saya kurang tau, Tuan. Mungkin pria itu meminta Nona Emilia menghubunginya lagi.” Jawab Ian lagi padahal dia juga tidak yakin dengan jawabannya barusan.
“Menghubunginya? Untuk apa? Liat tuh, dia sepertinya senang sekali diberi kartu nama sama pria gemuk itu. Cih, apa seleranya pria bertubuh gemuk? Apa matanya itu rabun sampai harus memilih pria bertubuh gemuk seperti itu?”
Ian mulai kewalahan menghadapi pertanyaan dari Adam. Ia melirik sekilas Adam yang duduk di belakang dengan wajah yang kesal.
Kenapa Tuan bertanya seperti itu? Tuan ini sebenarnya cemburu atau apa? Lagipula belum tentu ada apa-apa diantara mereka. Kalau Tuan penasaran kenapa tidak tanya langsung saja. Umpat Ian dalam hati.
“Jangan mengumpatku dalam hati!” bentak Adam yang sadar sedang diperhatikan Ian melalui kaca spion mobil.
Ha ha ha, dia tau rupanya. Ian.
“Ehh itu, tidak Tuan. Hmmm....saya akan cari tau besok ada hubungan apa Nona Emilia dengan pria tubuh gemuk itu, Tuan.” Kata Ian berusaha memujuk bos nya.
“Ya, kau harus cari tau secepatnya. Ya sudah, kita pulang saja sekarang.”
“Tuan tidak berniat mengajak Nona Emilia pulang bersama?” Ian sengaja menggoda bos nya.
“Kau sudah bosan kerja denganku, ya?”
“Hehehe maaf Tuan. Kita pulang sekarang.”
Ian pun terkekeh lalu menghidupkan mobil nya dan pergi dari tempat itu.
nana naannananaa