Azura adalah gadis cantik tapi menyebalkan dan sedikit bar-bar. Dia mendapatkan misi untuk menaklukkan seorang dokter tampan namun galak. Demi tujuannya tercapai, Azura bahkan sampai melakukan hal gila-gilaan sampai akhirnya mereka terpaksa terikat dalam satu hubungan pernikahan. Hingga akhirnya satu per satu rahasia kehidupan sang dokter tampan namun galak itu terkuak. Akankah benih-benih cinta itu tumbuh seiring kebersamaan mereka?
Cover by @putri_graphic
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DGGM 16. Dinner
Melodi kian tertegun di tempatnya saat melihat lelaki itu melirik ke arahnya. Ia begitu tampan, rahangnya tegas dengan jambang tipis di sisi kanan dan kirinya. Rambutnya disisir klimis. Pakaiannya terlihat santai tapi berkelas. Semua yang melekat di tubuh pria itu dapat ia pastikan merupakan barang-barang bermerk.
"Silahkan duduk!" titahnya dengan suara tegas membuat Melodi tersadar dari kekagumannya.
"Ah, i-iya." Melodi pun segera duduk di seberang Gerald.
Tak lama kemudian, seorang pelayan datang mengantarkan pesanan Gerald yang ternyata sudah ia pesan terlebih dahulu. Bahkan untuk Melodi pun sudah ia pesankan tanpa peduli, Melodi menyukainya atau tidak.
"Terima kasih." ujar Melodi saat pelayan itu telah meletakkan minuman dan makanan yang dipesan Gerald.
"Sama-sama kak. Silahkan menikmati!" ujarnya lagi yang disambut Melodi dengan anggukan.
"Sebaiknya kita makan dulu baru kita bicarakan tujuanku ingin kau datang kemari." ujarnya datar. Dengan gugup, Melodi mengangguk tanpa berkata satu patah kata pun. Ia menyantap makan siang yang berupa pasta dan red Velvet. Gerald juga memesankan segelas manggo smoothies. Gerald makan dengan anggun. Kelihatan sekali, ia bukanlah orang biasa. Tak lama kemudian, Gerald tampak selesai makan lebih dahulu. Ia mengelap mulutnya dengan tisu. Melodi mengawasinya melalui ekor matanya. Entah mengapa, jantung Melodi kian dag dig dug karenanya. Seumur hidup, ia tidak pernah merasakan hal seperti ini. Dan ini adalah kali pertama jantungnya berdebar saat melihat seorang lelaki.
"Sudah?" tanya Gerald dengan satu alis naik ke atas saat melihat Melodi mendorong piringnya yang hanya dimakan separuh.
"Su-sudah, pak " jawab Melodi gelagapan.
"Kau tak suka menunya?" tanyanya lagi.
"Em ... i-iya. Saya kurang suka makan pasta dan spaghetti." tukasnya gugup dengan tangan saling bertautan.
"Maaf, saya tidak bertanya terlebih dahulu." ucapnya. "Oh ya, sepertinya jarak usia kita tidak terjauh jadi jangan panggil saya pak. Lagi pula aku bukan atasanmu."
"Kalau saya panggil kak? Boleh?" tanya Melodi dengan mengerjap beberapa kali.
"Yah, itu masih lebih baik." tukasnya sambil meminum machiato miliknya. "Oh ya, mengenai pekerjaan yang aku tawarkan itu, sebenarnya bukan pekerjaan yang sulit. Tapi kita membutuhkan kerja sama yang natural. Aku ingin kau menjadi kekasih sementaraku atau lebih tepatnya kekasih pura-pura. Terutama di hadapan keluarga ku." tukasnya santai membuat Melodi membulatkan matanya.
"Ke-kekasih sementara? Pura-pura? Maksudnya?" tanya Melodi terbata.
"Ya, aku ingin kau menjadi kekasihku maksimal selama 6 bulan, sebelum kekasihku kembali dari luar negeri. Namun, bisa juga tidak sampai 6 bulan. Bila 3 atau 4 bulan kemudian kekasihku telah kembali, aku akan segera memutuskanmu. Jangan khawatir, Aku akan membayarmu sebesar 200 juta di muka. Jadi kapanpun perjanjian kita berakhir, yang itu tetap sepenuhnya milikmu." tukasnya membuat mulut Melodi menganga tak percaya.
"Ke-kenapa kau meminta bantuanku? Dan ... kapan kita bertemu? Mengapa kau bisa tiba-tiba menawarkan ku pekerjaan seperti ini?" tanya Melodi penasaran.
Gerald tersenyum kecil, nyaris tak nampak.
"Aku mendengar curhatanmu dengan Loli. Karena itu aku menawarkan mu pekerjaan ini sebab aku tau kau sedang membutuhkan uang yang banyak." ujar Gerald santai.
"Tapi ... bukankah itu ruangan khusus karyawan, lalu bagaimana kau bisa masuk dan mendengarkannya?" tanya Melodi penasaran. Gerald tersenyum miring.
"Sebab akulah pemilik cafe itu." pungkas Gerald membuat Melodi membelalakkan matanya dengan tangan kanan menutup mulut. Ini benar-benar hal yang tak terduga. Ya, selama bekerja di cafe itu, dia memang tidak mengenal sosok atasannya sebab ia hanya pekerja paruh waktu. Ia hanya bekerja saat siang hingga sore hari dan terkadang menjelang malam. Selama ini owner cafe itu hanya datang saat pagi hari atau malam, sebab menurut informasi dari karyawan yang lain, owner cafe itu tengah melanjutkan studinya. Selama ini ia belajar di luar negeri dan pengurusan cafe ia titipkan pada orang kepercayaannya. Dan kini ia telah kembali dan melanjutkan studi di tanah air, menuruti permintaan sang ibu.
...***...
Malam harinya, sesuai kesepakatannya dengan Eza, Azura pun menyanggupi ajakan makan malam dari rekan kerjanya itu. Azura sebenarnya ingin pergi sendiri, tapi Eza memaksa ingin menjemputnya alhasil di sinilah Eza sekarang. Ia mendatangi rumah kecil yang merupakan tempat tinggal Azura dan Melodi. Rumah ia sewa dari kenalan orang tuanya. Karena iba melihat dua beradik malang itu, kenalan ibu Azura pun menyewakannya dengan harga yang terjangkau.
"Loe keliatan cakep banget malam ini, Za,! Gue ampe pangling." puji Azura sambil mengedipkan sebelah matanya saat melihat penampilan Eza malam itu. Rambut disisir klimis dengan Pomade. Kemeja berwarna navy, jeans abu-abu, dan sepatu kets putih membuat penampilannya berbeda dari hari biasanya.
Eza tersipu mendengar pujian dari bibir Azura.
"Loe aja kelamaan nyadar. Anak Happymart yang lain aja udah banyak yang tau." sahut Eza seraya berjalan menuju mobilnya.
"Seriusan kita pake mobil? Loe nyolong mobil dimana? Kasi tau gue tempatnya dong siapa tau gue juga bisa dapet mobil bagus kayak gini." ujar Azura seraya terkekeh saat Eza membukakan pintu mobil untuknya.
"Hust, jangan sembarangan ngomong!" desis Eza sambil melihat ke kanan dan kirinya. Takut ada yang mendengar lalu salah paham dan benar-benar mengira itu mobil hasil curian. "Nih mulut sembarangan aja ngomong! Emang wajah gue yang cakep ini ada tampang jadi pencuri? Sekate-kate aja ngomong." imbuhnya sambil mengulum senyum Ia tau, Azura sekedar bercanda. Tapi bisa bahaya bila ada yang mendengar kemudian salah paham. Bisa-bisa ia diteriaki maling.
Azura terkekeh lalu mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya, "Canda cuy! Tapi ngomong-ngomong mobil siapa nih? Pinjam sama temen? Boleh kenalin nggak sama temennya? Siapa tau kapan-kapan gue pingin pinjem gitu kan tinggal ngomong aja " ujar Azura seraya memasang seat belt.
"Mau dikenalin? Boleh. Perkenalkan, saya Eza Saputra. Kalau kamu mau pinjam, silahkan bilang aja. Nggak perlu sungkan." ujarnya sambil mengulurkan tangan.
Azura mengerjap-ngerjapkan matanya, ia tidak pernah berpikir Eza merupakan orang berada sebab pekerjaannya saja seorang kasir. Jadi mana mungkin bisa punya mobil kan!
"Kok bengong? Nggak percaya? Ya udah nih, liat buktinya." ujar Eza seraya mengeluarkan surat tanda kepemilikan mobil miliknya.
Azura membaca nama pemiliknya, benar tertera nama Eza Saputra. Kalau ia orang kaya, kenapa bekerja sebagai kasir, pikirnya. Ia mencoba berpikir lagi, 'Oh mungkin dia ambil cicilan di dealer! Bisa aja sih.' Bukankah zaman sekarang banyak yang seperti itu. Itulah yang ada di pikirannya.
"Sorry, gue kira ... " Azura menyengir lebar membuat Eza terkekeh.
"Don't worry! Kenapa? Tampang gue keliatan nggak meyakinkan ya?"
"Ah, bukan gitu, Za! Kan selama ini gue liatnya loe naik motor ke Happymart, jadi gue nggak berpikir loe punya mobil." sahutnya cepat. "By the way, loe mau ajak gue makan dimana sih?"
"Ke cafe Starla. Loe tau kan cafe itu. Kata temen gue malam ini ada live performance Andmesh, makanya gue mau ajakin loe dinner disana aja."
"Wow, serius!" seru Azura dengan mata berbinar. "Wah, nggak nyesel gue mau diajakin dinner kalau gini. Sering-sering aja, Za."
"Buat Eneng, apa sih yang nggak." sahut Eza seraya terkekeh.
Setibanya di cafe Starla, cafe itu sudah tampak dipadati pengunjung. Padahal jarum jam baru menunjukkan pukul 19.50. Beruntung mereka masih kebagian meja, walaupun agak pojokan tapi masih dapat melihat ke arah panggung dengan jelas.
Eza pun segera menarik kursi dan mempersilahkan Azura duduk. Ia memperlakukan Azura bak putri membuat dua dari tiga orang yang duduk di meja tak jauh dari posisinya menatapnya dengan pandangan yang ... entahlah.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🙏...
Cerita yang lucu dan menggemaskan karakter tokoh utamanya Azura Arkan 😊😊😊