Jihan, harus memulai kehidupannya dari awal setelah calon kakak iparnya justru meminta untuk menggantikan sang kakak menikahinya.
Hingga berbulan-bulan kemudian, ketika dia memutuskan untuk menerima pernikahannya, pria di masa lalu justru hadir, menyeretnya ke dalam scandal baru yang membuat hidupnya kian berantakan.
Bahkan, ia nyaris kehilangan sang suami karena ulah dari orang-orang terdekatnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andreane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2
Satu minggu berlalu, dan selama satu minggu itu aku tak begitu terlalu memikirkan patah hatiku, sebab aku di sibukkan oleh persiapan pernikahan kak Lala yang akan di adakan besok. Mas Sagara memesan banyak bunga dari tempatku untuk menghias kamar pengantinnya. Dan kamar pengantin sedang ku hias malam ini di bantu oleh WO yang memang sudah di booking sama mas Sagara.
Bunga-bunganya yang asli dan segar, membawa aroma tersendiri, menguar ke seluruh ruang kamar kak Lala. Kamar yang akan di tempati untuk malam pertama mereka.
"Besok aku nggak bisa datang ke acara pernikahan kak Lala ya, Ji"
"Kenapa nggak bisa? Emma juga nggak bisa datang karena besok bertepatan dengan tanggal ulang tahun neneknya, mereka akan makan bersama di vila katanya" Aku sedikit kecewa menanggapi kalimat Gabby melalui sambungan V-cal.
"Aku harus bawa mama chek in ke rumah sakit"
"Oh, ya sudah nggak apa-apa, yang penting doanya datang, dan buat mama kamu semoga sehat selalu"
"Aamiin... Pasti dong, buat kak Lala juga aku doain yang terbaik, semoga pernikahannya langgeng sampai kakek nenek"
"Aamiin, makasih loh"
"Sama-sama baby" Balasnya dengan senyum. "By the way belum kelar juga menghias kamar kak Lala?"
"Belum, Ge. Bentar lagi kayaknya"
"Ada orang spesialis dari WO nya yang bantu kamu buat menyulap kamar kak Lala kan?"
"Ada kok"
"Terus gimana soal Bara?"
"Bodo amat, aku udah nggak mikirin dia"
"Bagus deh, nggak usah di pikirin soal pria brengsek itu. Kamu pasti akan dapat pria yang lebih baik dari dia kok"
"Untuk saat ini nggak mau kenal cowok, lagi galau bentar lagi kak Lala pindah buat tinggal sama suaminya, otomatis aku kesepian kan"
"Masih ada mas Ryu kan?"
"Haiss... Orang jahil kayak dia nggak asik, yang ada malah ribut tiap hari" Gabby hanya tersenyum meresponku sebelum kemudian bersuara.
"Ngomong-ngomong soal suami kak Lala, gimana si orangnya, ganteng enggak? Apa pria yang namanya Lentera itu?"
"Nanti juga kamu tahu kok, tapi kalau menurutku si lebih baik nggak usah kenal sama calon suami kakakku, orangnya menyebalkan, kaku dan jutek"
"Oh ya?"
"Hmm, jangan deh kenal sama dia"
"Kalau orangnya seperti yang di gambarkan olehmu, Ji... Bukan aku yang nggak mau kenal, tapi dianya yang justru nggak mau kenal aku"
"Sudahlah jangan bahas dia, buang-buang waktu"
Cukup lama aku dan Gabby bicara melalui telepon genggam, aku pun memutuskan panggilan dan melanjutkan pekerjaan sampai selesai.
Merenggangkan otot lengan, aku keluar dari kamar kak Lala. Aku berjalan menuju dapur untuk mengambil air minum yang akan ku bawa ke kamar. Jaga-jaga jika di tengah malam aku kehausan.
"Sudah selesai pekerjaanmu?" tanya mas Sagara yang tiba-tiba masuk ke area dapur. Aku menoleh, menatap sekilas wajah calon kakak iparku yang memakai kaos rumahan berwarna putih.
"Sudah, mas?"
"Orang dari WO nya sudah pulang?"
"Sudah"
"Kalau begitu aku akan lihat hasilnya nanti"
"Lihat saja, bagus kok, kak Lala juga pasti suka"
"Aku lakukan buat kakakmu, jadi dia harus menyukainya, kalau tidak, maka kamu harus mendekor ulang kamar Lala"
"Kakakku nggak tegaan seperti mas, suka nggak suka, pasti kak Lala akan bilang suka"
"Baguslah, seenggaknya kamu nggak perlu mengulang pekerjaanmu" Sahutnya datar, namun aku tak mau menanggapinya.
Usai menuang air ke dalam botol, aku langsung keluar dari dapur tanpa kata. Tak peduli dengan mas Sagara yang tengah menyedu minuman bervitamin.
****
Di dalam kamar, karena masih pukul sembilan, dan mataku juga belum mengantuk, aku meraih buku mata kuliah untuk ku baca dan ku pahami. Sembari membaca, aku mendengarkan lagu melalui handfree yang sudah ku pasang di kedua telingku.
Hampir empat puluh menit berlalu, ku sudahi aktivitas membacaku karena mata sudah mulai tak bisa di ajak berkompromi. Tepat ketika melepas benda di kedua telinga, aku mendengar suara keributan dari luar. Ada suara bunda, mas Sagara, dan juga kak Lala.
Kamar kak Lala dan kamarku memang bersebelahan, jadi aku masih bisa mendengar suara meski aku ada di dalam kamar. Selain itu mungkin karena pintu kamar kak Lala yang di buka lebar, dan pintu kamarku juga tidak ku tutup rapat-rapat, jadilah suara itu bisa dengan jelas tertangkap oleh indera pendengaranku.
Karena tak ingin menahan rasa penasaran, akupun bergegas keluar kamar. Dan betapa terkejutnya ketika aku melihat raut marah di wajah mas Sagara. Terlebih saat aku mendapati mas Lentera ada di kamar kak Lala.
Astaga, ada apa ini??? Kenapa mas Lentara ada di kamar kak Lala?
Aku bingung, benar-benar bingung.
Bersambung