Anaya tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam waktu satu kali duapuluh empat jam. Dia yang hanya seorang anak yatim dan menjadi tulang punggung keluarganya, tiba-tiba di saat dirinya tengah tertidur lelap dikejutkan oleh panggilan telepon dari seorang yang tidak dikenal dan mengajaknya menikah.
Terkejut, bingung dan tidak percaya itu sudah jelas, bahkan ia menganggapnya sebagai lelucon. Namun setelah diberikan pengertian akhirnya dia pun menerima.
Dan Anaya seperti bermimpi setelah tahu siapa pria yang menikahinya. Apalagi mahar yang diberikan padanya cukup fantastis baginya. Dia menganggap dirinya bagai ketiban durian runtuh.
Bagaimana kehidupan Anaya dan suaminya setelah menikah? Apakah akan ada cinta di antara mereka, mengingat keduanya menikah secara mendadak.
Kepo.. ? Yuk ikuti kisah mereka...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
08
°
°
°
Anaya terpaku sejenak, matanya langsung membulat saat mengingat statusnya. Dia tersenyum meringis pada Akmal, seraya mengangkat dua jarinya membentuk huruf V.
"Kenapa aku begitu bodoh?" Anaya memarahi dirinya sendiri. "Aku kan sudah menikah dengan Mas Akmal, tapi masih lupa!" rutuknya dalam hati.
Anaya menyesali kebodohannya, dan merasa sangat malu. "Maaf, aku lupa kalau kita sudah menikah."
Akmal tersenyum, lalu meletakkan tote bag di meja. "Mandilah, kamar kita di atas!"
Anaya mengangguk dan menaiki tangga, menuju kamar mereka.
Sesampainya di kamar, Anaya dibuat takjub dengan desainnya yang elegan. Namun, rasa sedih menyergapnya. Dia duduk di kursi rias, dengan wajah muram.
"Mas Akmal pasti sangat mencintai mantan calon istrinya sampai mendesain kamar seperti ini." Hati Anaya terdenyut nyeri. "Bisakah suatu saat dia mencintai aku dengan tulus?"
Anaya segera mengusap matanya yang mulai berembun, tak ingin menunjukkan kelemahannya. Dia berdiri, menuju kamar mandi dengan langkah pelan. Setelah mandi, Anaya mengenakan kaos oblong dan celana kulot, bersiap turun ke bawah menemui suaminya.
Sesampai di bawah, Anaya tidak menemukan Akmal. Dia mendekati meja makan yang sudah tertata rapi. "Aku bahkan tidak bisa menata seperti ini," katanya dalam hati, merasa tidak percaya diri.
Saat mendengar langkah kaki, Anaya menoleh. "Dari mana, Mas?"
"Masjid,... kenapa?" Akmal bertanya.
Tanpa menjawab, Anaya berlari ke lantai atas. Akmal menatapnya dengan kening berkerut.
Di kamar mandi, Anaya mengambil air wudhu lalu melihat jam. "Masih setengah tujuh," gumamnya. Dia segera menunaikan ibadahnya.
Setelah selesai sholat, Anaya turun kembali dan menemukan Akmal sudah duduk di meja makan. Dia mencuci tangan dan menyajikan makanan untuk suaminya.
"Apakah cukup, Mas?" tanyanya.
Akmal mengangguk. Usai melayani sang suami, Anaya mengambil makanan untuk dirinya sendiri.
Suasana makan malam terasa hening, hanya suara sendok yang terdengar memenuhi ruangan. Anaya merasa tidak nyaman.
Akmal memecahkan kesunyian. "Makanlah yang banyak, biar kuat!"
Anaya tersenyum, merasa lega ada percakapan. Dia mengangguk dan menambah porsi makannya.
Akmal tersenyum dan menggelengkan kepala, memandang tingkah istrinya. Dia mengulurkan tangan, mengusap bibir Anaya yang belepotan.
Anaya membeku, tak percaya dengan perlakuan romantis suaminya. Dia merasakan kupu-kupu di perut dan wajahnya memanas.
Dengan gugup, Anaya memutar tubuhnya ke belakang, memegang dada yang bergetar.
Anaya memejamkan mata, berdoa dalam hati. "Ya, Tuhan, jangan biarkan aku berharap dan berjuang sendirian."
Saat membuka mata, dia menemukan wajah Akmal tepat di depannya. "Kamu kenapa?" Akmal bertanya.
Anaya mendadak gagap, tak bisa menjawab. Dia memutar tubuhnya kembali ke meja dan melanjutkan makan dengan tergesa-gesa.
Akmal tertawa pelan, seperti menemukan mainan baru. Dia duduk di samping Anaya. "Makan pelan-pelan, masih ada waktu. Nanti setelah isya', kita akan pergi belanja."
Anaya mengangguk, mulutnya masih penuh makanan. Kembali dia dibuat terpesona oleh sentuhan lembut Akmal yang mengelus kepalanya.
"Ya Tuhan, kuatkan imanku," gumamnya. "Mungkinkah Mas Akmal mulai jatuh cinta padaku?"
Anaya menepis pikirannya. "Tidak mungkin secepat itu. Tapi aku juga berhak dicintai sebagai istrinya."
Setelah menyelesaikan makan, suara adzan isya' berkumandang. Akmal bergegas ke masjid.
"Aku ke masjid dulu, setelah itu kita berangkat," katanya.
"Baik, Mas," jawab Anaya.
°
Pukul setengah delapan, Akmal dan Anaya berangkat ke pusat perbelanjaan. Kini, sebagai suami, Akmal ingin memastikan istrinya bahagia.
"Nanti kita belanja kebutuhan dapur, kan, Mas?" Anaya bertanya.
Akmal mengangguk, matanya tetap fokus ke jalanan. Hingga tanpa terasa, mereka tiba di tempat tujuan. Akmal memarkirkan mobil dan keduanya bergegas masuk ke dalam mall.
Akmal kemudian mengambil troli dan mendorongnya, sementara Anaya memilih barang-barang kebutuhan.
"Mas Akmal, besok mau sarapan apa?" tanya Anaya.
"Apa saja yang simpel asal tidak merepotkanmu," jawab Akmal.
Anaya tersenyum dan mengangguk. "Baiklah, aku akan memanjakan perutmu. Berawal dari perut lalu naik ke hati," gumamnya lirih.
Dia percaya, cinta bisa tumbuh dimulai dari hal-hal kecil, seperti memasak untuk orang tercinta.
°
Di kostnya, Risna merasa bosan, terutama malam minggu ini. Dia baru kembali ke ibukota tiga hari lalu, kabur dari gosip di kampung halaman. Lebih dari itu tujuan yang sebenarnya dia ingin bertemu dengan orang yang menghancurkan hidupnya, dan membuatnya kehilangan segalanya.
Risna memutuskan menghubungi teman-teman kantor untuk nongkrong di kafe atau jalan-jalan di mall. Hanya sedikit saja orang yang tahu rencana pernikahannya, sehingga dia merasa bebas untuk bersantai.
Mengenakan kaos hitam lengan panjang dan celana jeans putih, Risna terlihat cantik dengan sapuan makeup tipis dan rambut diikat tinggi. Dia memesan taksi online untuk menuju tempat pertemuan. Tak lama, dia tiba di lokasi dan ternyata dirinya tiba lebih dulu dari yang lain.
Satu persatu, teman-teman Risna yang berjumlah empat orang tiba. Mereka bersalaman dengan ciuman pipi, lalu memilih tempat duduk cantik di kafe dalam mall.
Tiara, salah seorang teman Risna memulai percakapan sambil menikmati kopi beserta kudapan. "Ris, aku dengar kamu sudah menikah, kok bisa keluar rumah? Harusnya masih bulan madu, kan?"
Risna menggigit bibirnya, bimbang antara jujur dan tidak. "Pernikahan aku dibatalkan sepihak. Ternyata dia sudah ada calon pengantin yang lain, dan keluarganya menyetujui."
Teman-temannya terkejut. "Astaga... lalu bagaimana denganmu sekarang?" tanya Tiara.
Risna menghela napas. "Ya, mau bagaimana lagi? Mereka orang terpandang, aku bisa apa?"
"Ya Tuhan... kamu yang cantik seperti ini saja masih dikhianati. Lalu, bagaimana dengan kita-kita?" kata Tiara.
Risna hanya mengangkat bahu, menampakkan kesedihannya.
Wina bertanya, "Kamu tahu seperti apa istri mantan calon suamimu?"
Risna membuka ponselnya lalu menampilkan video pernikahan Akmal dan Anaya di ponselnya. Teman-temannya tercengang melihat mas kawin yang fantastis.
"Astaga! Mas kawinnya gila-gilaan!" seru Tiara.
"Wah, kamu pasti sedih banget, tidak jadi menikah dengannya," timpal Nola.
"Pastilah sedih, alphard loh ini. Bayangkan saja harganya berapa? Belum lagi tanah sepuluh hektar?" seru Wina.
"Lalu apa rencanamu sekarang?" tanya Tiara.
Risna menggeleng seraya mengangkat bahu. "Belum tahu."
Teman-temannya menunjukkan rasa empati, tanpa menyadari bahwa sebenarnya Risna sendiri yang membatalkan pernikahan tersebut.
°
Akmal dan Anaya selesai berbelanja. Akmal meminta pegawai mengantar barang belanjaan ke rumah, lalu mengajak Anaya ke sebuah butik mewah.
"Kenapa masuk sini, Mas?" tanya Anaya terkejut.
"Ada yang salah?" Akmal bertanya dengan tersenyum.
"Aku tidak mau menghabiskan uang Mas Akmal untuk hal yang tidak perlu. Lebih baik uangnya buat yang lain," jawab Anaya.
Akmal menenangkan. "Jangan khawatir, uang untuk kebutuhan lain sudah terpisah. Kamu fokus urus dapur saja."
Anaya bingung dan penasaran. Benarkah kata Adzana bahwa suaminya seorang miliarder?
Karena sudah terlanjur masuk, Anaya memilih satu baju yang disukainya. Mereka keluar dari butik tanpa menyadari beberapa pasang mata mengawasi.
"Mau ke mana lagi?" tanya Akmal.
"Pulang saja, Mas," jawab Anaya. "Tapi, aku ke toilet dulu, ya."
"Ya sudah, jangan lama-lama," kata Akmal.
Anaya mengangguk dan bergegas ke toilet tanpa tahu ada yang mengikutinya.
°
Setelah selesai, Anaya keluar toilet dengan tergesa untuk tidak membiarkan suaminya menunggu lama. Namun, tiba-tiba dia dikejutkan guyuran air yang membasahi tubuhnya. Sebelum bisa mengelak, seseorang menarik rambut dan tangannya dari belakang.
"Aaaahhh! Siapa kamu? Lepaskan!" Anaya berteriak kesakitan.
"Itu balasan untuk pelakor yang merebut suami orang!" Salah satu penyerangnya berteriak.
"Aku tidak pernah merebut suami orang, seperti yang kalian tuduhkan!" Anaya berusaha melepaskan diri.
Plaaakk
Plaaakk
Tamparan Anaya terima di kedua pipinya. Seorang penyerang lain menarik tengkuknya dan membenamkan wajahnya ke wastafel dengan air kran yang mengalir.
Akmal yang khawatir karena istrinya tak kunjung kembali, menyusul ke toilet. Dia terkejut dan marah saat melihat apa yang menimpa istrinya.
"Apa yang kalian lakukan?!" Akmal berteriak dengan suara menggelegar
°
°
°
°
°
Duuuh, kasihan banget dirimu Nay 😭😭😭
Saat ada masalahnya pun nggak berlarut-larut dan terselesaikan dengan baik.
Bahagia-bahagia Anaya dan Akmal, meski ada orang-orang yang berusaha memisahkan kalian.
Semangat untuk Ibu juga. Semangat nulisnya dan sukses selalu💪💪🥰❤️❤️❤️