DIKEJAR CINTA OM DUDA

Casandra mendapat perawatan intensif setelah gadis itu sadar dan terus mengamuk ketakutan, sudah tiga hari Casandra berada dirumah sakit dan kembali di tangani dokter Fadli.

Kesehatan psikisnya kembali terganggu, dan sekarang semakin parah dari sebelumnya. Casandra tidak bisa di temui siapa pun selain dokter Fadli sendiri.

Bahkan Ibunya datang menjenguk saja Casandra menolak dengan hanya diam dan mengacuhkan kedatangan wanita yang melahirkannya itu, hanya dokter Fadli yang direspon oleh Casandra.

Pagi ini Arsen mendatangai rumah sakit dimana Casandra di rawat, setelah beberapa kali mendapat penolakan, tapi Arsen malah semakin gencar untuk datang dan menemui gadis itu.

Musibah yang di alami Casandra banyak yang tidak tahu, karena Arsen sendiri menutup berita terjadinya pelecahan disekolah. Dan Devan sudah ditangani oleh pihak berwajib karena Arsen.

"Bagaimana?" tanya Arsen ketika berpapasan dengan dokter Fadli yang keluar dari ruangan rawat Casandra.

"Sudah lebih baik, tapi seperti sebelumnya dia belum mau merima orang masuk." Tutur dokter Fadli pada Arsen.

Ini sudah hari ke lima Casandra tidak mau di jenguk, dan Arsen merasa gemas sendiri.

"Apa boleh masuk?" Arsen bertanya lantaran karena tidak ingin Cassandra kembali mengamuk, meskipun tidak dianggap keberadaan nya, setidaknya Casandra tidak akan mengamuk lagi.

"Coba saja, yang penting jangan menyingung nya." kata dokter Fadli.

Arsen mengangguk mengerti. Tangannya memegang handel pintu dan mendorongnya.

Dilihatnya di atas ranjang, tapi tidak ada siapapun di sana, Arsen membawa langkah kakinya untuk masuk kedalam.

Didepan jendela kaca besar Casandra berdiri di sana dengan tatapan lurus kedepan. Arsen melihat gadis itu dan hanya diam berdiri dibelakang Casandra yang tidak menyadari kehadirannya.

Masa lalu apa yang dialami gadis itu hingga membuatnya seperti ini.

"Sudah makan." Tanya Arsen yang tidak betah lama-lama memandang Casandra yang hanya diam saja seperti patung hidup.

Mendengar suara seseorang membuat Casandra menoleh dengan wajah datar.

Arsen berjalan untuk mendekat dengan hati-hati. "Kata dokter keadaan kamu sudah jauh lebih baik, mau jalan-jalan keluar?" Ucap Arsen dengan tatapan tak lepas dari wajah Casandra.

Di taman rumah sakit yang sedikit sepi, Casandra duduk dengan menatap lurus kedepan. Disebelahnya ada Arsen yang ikut duduk.

"Terima kasih." Tiba-tiba bibir Casandra mengucapkan dua kata itu.

Arsen yang sedang fokus kedepan menoleh kesamping. Apa telinganya tidak salah dengar.

Tapi mendengar ucapan Casandra selajutnya, Arsen yakin tidak salah dengar.

"Sudah membantuku." lanjut Casandra tanpa menoleh lawan bicaranya.

Arsen hanya mengaguk dan tersenyum kecil. "Sudah kewajiban ku menolong muridnya." Jawab Arsen.

Casandra menghela napas, dirinya tahu jika yang menolongnya adalah Arsen guru yang paling dia benci. Dan Casandra juga tahu jika setiap hari Arsen datang kerumah sakit untuk menjenguknya.

Entah kenapa dada nya tiba-tiba sesak saat mengingat dirinya orang tuanya tidak ada yang peduli, Ibunya memang datang. Tapi hanya sekali dan tidak kembali setelah mendapat penolakan dari nya.

Kedua matanya memanas hingga air matanya menetes, Casandra mengusap sudut matanya yang basah merutuki kebodohannya yang mengharapkan hal yang tidak mungkin.

Melihat Casandra mengusap wajahnya Arsen sedikit terenyuh. Arsen yang merasa tidak tega langung merangkul bahu Casandra.

"Kau!"

"Sssttt." Arsen mengeratkan rangkulannya saat Casandra berontak. "Aku tidak tahu masalah apa yang kau hadapi dan bagaimana semua ini membuatmu memiliki trauma tersendiri." Ucap Arsen tanpa melepaskan rangkulannya membuat Casandra menempel di dada bidangnya.

"Percayalah, jika semua akan baik-baik saja. Aku tahu kau gadis yang kuat. Aku akan menjadi teman untukmu itupun jika kau yang menginginkannya."

Tanpa Casandra duga, tangan Arsen mengusap kepalanya lembut, Casandra ingin sekali berontak dengan apa yang Arsen lakukan, tapi entah kenapa tiba-tiba rasa hangat menyeruak masuk kedalam relung hatinya.

Pelukan Arsen begitu menenangkan untuknya, hingga air matanya kembali meleleh begitu saja dengan deras, selama ini tidak ada yang merangkul dirinya, Casandra berjalan sendiri di dalam kehampaan. Dan sekarang dirinya merasakan pelukan yang begitu hangat seperti pelukan seorang ayah yang dia rasakan beberapa tahun lalu. Hingga sekarang Casandra tidak pernah merasakannya lagi.

Mendengar isakan Casandra, Arsen semakin memeluk gadis itu erat. "Menangislah jika itu membuatmu lega."

Siapa sangka gadis angkuh itu kini menjadi gadis yang paling rapuh, wajah datar dan keangkuhan Casandra hanya sebagai topeng untuk dirinya menutupi rasa sakit yang dia alami.

Luka apa yang Casandra alami, Arsen merasakan ngilu di hatinya.

.

.

TINGGALKAN JEJAK KALIAN 😘😘😘