Gandari adalah gadis desa yang menjadi sebatangkara karena ibunya telah meninggal dunia, namun ia dinikahkan dengan Prama~ seorang anak juragan tanah didesa Waringin. padahal keduanya masih sangat muda pada saat itu..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon reni ambar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana
Tengah malam pun tiba..
Bagja benar benar pergi diam diam dari kediaman Juragan Darsa. Ia sudah memakai barang barang lengkap beserta pakaiannya yang diberikan oleh Gandari.
"Aneh.. Mengapa Nyai Gandari menyuruh saya berpakaian seperti ini?" gumamnya keheranan
Lalu lebih anehnya lagi, gerbang depan rumah Juragan Darsa pun tampak kosong tak ada yang menjaga, semua penjaga dan pelayan dirumah Juragan Darsa tak ada ditempatnya
Lantas Bagja pun segera naik ke puncak gunung dengan leluasa karena tak ada satupun orang yang ia temui disepanjang perjalanan..
Ia pun sudah sampai dipuncak dan melihat seorang wanita berpakaian serba hitam tampak membelakanginya, Aura nya nampak berbeda.. Ia ragu apa itu Gandari atau bukan.. Namun bukan Bagja namanya kalau tidak mendekat karena penasaran
"Maaf, anda siapa?" tanya Bagja penasaran, namun tetap waspada
Wanita itupun membalikan badannya sehingga kini menghadap Bagja
"Ini aku, Kang! Gandari!!" Ucap Gandari tersenyum pada Bagja
Bagja kaget bukan main, pasalnya Gandari benar-benar berbeda dari biasanya.. Wanita dengan image lemah lembut yang setiap harinya memakai baju kebaya dan kain jarik sebagai roknya kini memakai pakaian yang tampak seperti gaun serba hitam tentu membuat Gandari seperti orang yang berbeda. Bahkan pandangannya pun terlihat dingin dan menusuk.
"Ada apa? Kenapa akang kaget begitu?" tanya Gandari yang peka melihat ekspresi kaget Bagja
"Nya-nyai.. Sebenarnya kita akan kemana? Kenapa kita berpakaian seperti ini?" tanya Bagja bingung
"Kita akan ke suatu tempat malam ini, lalu pulang saat matahari terbit. Apa kau siap?" tanya Gandari memastikan
"Ta-tapi.. Bagaimana jika ada yang menyadari kalau kita tak ada, Nyi?" tanya Bagja ragu
Gandari pun tersenyum dan kembali menatap atap atap rumah yang masih terbuat dari jerami itu, bahkan terlihat hanya rumah Juragan Darsa yang paling mewah..
"Kemarilah, kang!!" titah Gandari agar Bagja mendekat kearahnya
Bagja pun segera mendekat dan berdiri disamping Gandari
"Maaf bila aku lancang!" Syuuutttt.. Gandari langsung menyentuh kedua mata Bagja seraya membuka penglihatan Bagja tentang pandangan ghaib
"sekarang bukalah matamu, kang!" titah Gandari
Bagja pun membuka matanya secara perlahan dan kaget dengan apa yang dilihatnya kini..
"I-itu.. Kenapa bisaa?" ucap Bagja kaget. Sebab kini yang dilihatnya adalah kepulan asap merah yang tampak mengelilingi atap rumah warga. Ia pun langsung melirik kearah Gandari, sedangkan Gandari pun hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya
"Aku sudah membuat mereka tertidur lelap malam ini dengan Ajian sireup.. Maka ayo, waktu kita tidak banyak, Kang!!" ajak Gandari
Lagi lagi Bagja hanya bisa tertegun. ia pun bingung, apa yang ia lakukan saat ini benar ataukah salah.. Tapi ia tak peduli, ia begitu penasaran dengan apa yang akan dilakukan Gandari
"Kang, pakailah ini untuk jaga jaga!" ucap Gandari sembari memberikan sebuah pedang bercorak naga pada Bagja
Bagja kaget bukan main, pasalnya ia memang sangat menyukai pedang..
"I-ini.. Untuk saya?" tanya Bagja dengan tangan yang gemetaran menerima pedang itu
Gandari pun tersenyum melihat reaksi Bagja
"Pakailah, Kang! Saya tau akang sangat menyukainya.." ucap Gandari, sebab ia memang pernah memergoki Bagja sedang latihan pedang milik Juragan Darsa diam-diam..
"Terimakasih, Nyi!!"
"Sekarang, ayo!! Kita akan beraksi malam ini!!" Ajak Gandari yang langsung memakai cadar hitamnya, begitupun Bagja yang juga memakai topengnya.. Gandari pun berjalan didepan dengan Bagja yang mengekor dibelakangnya
Namun Bagja kaget bukan main melihat Gandari mulai masuk kedalam goa yang gelap dan tampak menyeramkan
"Nyi, kita mau kemana?" tanya Bagja hawatir
"Ikut saja.. Kau akan tau nanti!!" jawab Gandari dengan raut wajah yang berbinar saking bersemangatnya akan segera melakukan hal yang tidak biasa..
******
Sementara itu dikota, Prama tampak bingung bagaimana menjelaskan segalanya pada Felicya.. Waktu liburan tinggal tersisa tiga hari lagi, Bagja mengancamnya agar segera pulang ke desa dan menemui Gandari, tapi Felicya terus meminta agar liburan bersama lagi karena kemarin gagal sebab kedatangan Bagja
Ia pun melirik layar hp nya, sudah beberapa kali ia mengetik pesan namun segera menghapusnya lagi..
"Duhhh.. Aku harus bagaimanaaaaaa!!" ucap Prama frustasi. Ia menjambak rambutnya kasar karena bingung harus berbuat apa..
hingga akhirnya sebuah pesan grup terus berdering karena teman-temannya mengirim sebuah chat random saking gabutnya. Setelah dipikir pikir, Ia pun punya ide untuk mengajak mereka semua datang ke desanya itung-itung liburan. Sebab ia tau Felicya pasti akan ikut apalagi mengingat itu adalah tanah kelahiran Prama yang merupakan pujaan hatinya..
Dengan begitu, Prama tidak perlu menjelaskan apapun pada Felicya, bukan? Sebab warga desa dan keluarganya tentu akan menyambutnya datang, begitupun Gandari yang akan ia kenalkan pada mereka..
"Ah.. Ya.. Mending begitu aja deh!" Gumamnya sembari manggut-manggut
Hingga akhirnya ia pun mulai menulis pesan text
"Hai, Guys.. Besok berkunjung ke desa gw yuk? Seperti yang kalian semua ketahui, gw ini anak juragan desa dan bisa menjamu kalian tentunya.. Desa gw juga masih tertinggal zaman, mau main ke desa gw gak? Itung itung wisata ke zaman dulu? Kalau mau, besok gw tunggu stasiun!!" tulis Prama, tentu semua teman-temannya setuju mengingat selama ini ia begitu penasaran dengan cerita Prama tentang desanya yang katanya tertinggal itu..
Prama pun langsung merebahkan dirinya diranjang sembari memijit keningnya pelan karena merasa pusing dan penat
"Haaaahhh.. Rumit banget deh perasaan!!" desisnya kesal
