Tiba-tiba saja Alexa menghilang di hari pernikahannya, daripada malu baik pihak laki-laki dan perempuan sepakat menikahkan Gavin dengan Anjani. Anjani sendiri merupakan kakak dari Alexa, tetapi Gavin tidak mencintainya dengan alasan usia yang lebih tua darinya. Selisih usia mereka terpaut 6 tahun, Gavin selalu berlaku kasar.
Suatu hari Alexa kembali, ia ingin kekasihnya kembali. Gavin sendiri sangat senang, mereka berencana mel3nyapkan Anjani? Berhasilkah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dollar Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15
Roy meninju dinding karena sangat marah ketika Anjani tidak dihargai oleh suaminya, "Gavin Andreas!" Roy seperti pernah mendengar nama itu, tetapi dimana.
( "Jangan bilang bekas luka di leher Anjani tadi itu ulah Gavin," batin Roy, "kalau sampai itu ulah Gavin, aku harus melindungi Anjani!" )
Sampai di apartemen, Gavin langsung menyuruh Alexa bersih-bersih.
"Lebih baik kamu mandi," ucap Gavin, "baju-baju kamu masih ada di apartemen."
"Makasih, Mas," sahut Alexa.
"Iya," imbuh Gavin lagi kemudian duduk di sofa.
Alexa menatap air di bak, ia bingung dengan hidupnya yang penuh sandiwara.
( "Sialan!" maki Alexa dalam hati, "aku harus bisa alihin perhatian Gavin." )
Selesai bersih-bersih, Alexa melihat Gavin sudah menyiapkan makanan.
"Kamu masak?" tanya Alexa.
"Mana bisa aku masak, Al," sahut Gavin, "kamu lupa yah."
"Eh, maaf. Kamu pasti pesen makanan," imbuh Alexa lagi.
"Nah, itu kamu tahu. Ayo kita makan," ucap Gavin.
"Iya," sahut Alexa yang duduk di sofa dekat Gavin.
"Sekarang kamu cerita sama aku sambil makan," pinta Gavin.
"Iya," sahut Alexa.
"Kenapa kamu pergi?" tanya Gavin sambil menikmati kenyang goreng.
"Aku dibawa sama Raka," sahut Alexa.
"Raka," ulang Gavin.
"Iya, Raka. Kamu lupa yah sama cowok itu?" tanya Alexa.
"Kayak pernah dengar namanya deh," sahut Gavin.
"Mbak Anjani yang kasih tahu kamu, lupa lagi!"
"Owh, iya aku ingat. Waktu SMA dulu, wanita tua itu pernah bilang kalau kamu selingkuh sama Raka."
"Syukur deh kamu ingat."
"Kenapa bisa dibawa sama dia?"
"Raka kayaknya terobsesi deh sama aku, dia kurung dan tahan aku di kampung itu. Ponsel aja aku nggak punya, gimana mau ngubungin kamu. Papa sama mama juga," ucap Alexa sedih dan Gavin merasa kasihan juga sakit melihat kekasihnya begini.
"Itu sudah penculikan namanya," sahut Gavin, "lalu kenapa kamu tadi jualan?"
"Aku dipaksa sama Raka dan keluarganya buat jualan," ucap Alexa menitikkan air matanya.
"Keterlaluan! Itu namanya sudah memeras tenaga kamu, sayang," sahut Gavin.
"Untung kamu nemuin aku," ucap Alexa.
"Kamu tenang aja sayang, aku pastikan Raka sama keluarganya akan dapat balasan dari aku!"
( "Duh, gawat nih," batin Alexa." )
"Iya sayang," ucap Alexa mengkhawatirkan Raka.
"Gara-gara kamu pergi, terpaksa deh aku nikah sama mbak kamu yang tua itu!" kesal Gavin.
"Apa!" teriak Alexa terkejut.
"Kenapa?" tanya Gavin.
"Kamu ngomong apa tadi sayang? Nikah sama mbak aku, maksud kamu Mbak Anjani."
"Iya."
"Astaga! Kok bisa, kenapa nggak dibatalin aja."
"Gampang kamu ngomong kayak begitu, semua rekan kerja Papa turut hadir. Dan Papa enggak mau malu, makanya Mbak kamu yang tua itu yang menggantikan kamu!"
"Tapi kamu sama Mbak Anjani enggak melakukan suami istri itu kan?" tanya Alexa dengan hati-hati.
"Yaiyalah enggak!" sahut Gavin, "mana sudi aku nyoblos ke mbak kamu yang tua gitu."
"Baguslah."
"Berarti aku dah bisa menceraikan dia."
"Hah, menceraikan dia? Maksudnya?"
"Sayang, aku bikin perjanjian sama wanita tua itu. Jadi, kalau aku berhasil nemuin kamu lagi, kita akan bercerai."
"Owh ...."
Gavin selesai makan, ia mengambil tisu untuk membersihkan area bibirnya.
"Aku dah kenyang," ucap Gavin.
"Nggak mau nambah," sahut Alexa.
"Kamu aja yang ngabisin."
"Enak aja."
"Hehehe ...."
Sore harinya Davia pergi ke mall seperti biasa, namun saat berjalan ia malah bertemu dengan besan.
( "Hah, Bu Tania," batin Davia melihat barang belanjaan besannya yang mahal-mahal, "dih, nyebelin banget sih, mentang-mentang barang mahal dikeluarin semua!" )
Sedangkan Tania juga enggan menyapa besannya itu, ia juga kurang nyaman.
( "Bu Davia kenapa sih, natap kayak begitu. Dia pasti iri lihat barang belanjaan aku," batin Tania, "mending pergi ajalah." )
Davia semakin kesal melihat Tania pergi tanpa menyapanya.
"Cihh, dasar sombong!" umpat Davia.
( "Tapi kalo jadi Tania enak juga yah, bisa belanja macam-macam. Sedangkan aku, cuma mentok 50 juta kalo belanja. Ini semua karena Mas Johan yang nggak kasih aku uang banyak, apa aku deketin aja yah, Mas Romi." Davia membatin, "biar aku bisa ngerasain kayak Tania yang bisa beli macam-macam." )
Saat ini Johan ada di perusahaannya, ia menatap sebuah foto anak kecil.
"Alexa," gumam Johan, "apa benar yang dikatakan Anjani, kamu kayak gitu, Nak." Sepertinya Jogan masih ragu dengan cerita Anjani, ia masih berpikir anaknya itu sangat baik. Jadi tidak mungkin melakukan tindakan yang negatif seperti itu, apalagi melakukannya saat SMA dan berlanjut di bangku kuliah.
Anjani sudah selesai membuat lukisan 3 demensi yang sama persis dengan wajah Roy.
"Baik, sudah selesai!" gumam Anjani yang bersiap ingin pulang ke rumah. Setelah tokonya ditutup, wanita usia 30 tahun itu menyempatkan diri untuk membeli sesuatu di jalan.
Anjani singgah di pinggir jalan, ia menghampiri pedagang kaki lima.
"Bang, nasi goreng satu yah."
"Makan disini apa dibungkus, Neng?"
"Bungkus aja, Bang."
"Mau variasi apa, Neng?"
"Pakai ampela, hati, sosis, ayam, sama telur ya."
"Baik, Neng, ditunggu yah."
"Iya."
Sambil menunggu pesanan, Anjani membuka ponselnya. Tiba-tiba ada nomor yang tak dikenal masuk, Anjani mengabaikannya.
Nomor itu kembali memanggil, karena penasaran Anjani mengangkatnya.
[ "Hallo," ucap Anjani. ]
[ "Akhirnya kamu angkat juga," sahut Roy. ]
[ "Eh, suara ini." ]
[ "Saya Roy, masa lupa sama suara saya!" ]
[ "Ya enggaklah," ucap Anjani, "tahu nomor ini darimana?" ]
[ "Ini kan nomor bisnis kamu, Anjani. Tertera kok, di depan toko." ]
[ "Oh, maaf, saya lupa." ]
[ "Nggak masalah, jadi gimana? Lukisannya sudah jadi belum?" ]
[ "Lukisannya sudah jadi." ]
[ "Yang bener nih." ]
[ "Iya ...." ]
[ "Oke, besok saya kesana mau lihat hasilnya." ]
[ "Iya boleh." ]
"Neng, ini nasi gorengnya."
"Berapa, Bang?"
" 25 ribu aja, Neng."
"Oh ini uangnya." Anjani memberikan uang Rp.50. 000.
"Tunggu kembaliannya, Neng."
"Hemm ...."
[ "Kamu lagi dimana, An?" tanya Roy. ]
[ "Saya lagi di jalan beli nasi goreng," sahut Anjani. ]
[ "Owh ...." ]
"Ini kembaliannya, Neng."
"Iya, Pak, saya beli yah."
"Iya, Neng, saya jual juga."
Anjani pun memutuskan panggilannya karena ingin jalan lagi.
[ "Maaf, Mas Roy, saya matikan yah. Ini mau naik motor," ucap Anjani. ]
[ "Ya sudah, kamu hati-hati. Jangan ngebut," sahut Roy. ]
Anjani langsung menekan tombol merah dan menyimpan ponsel ke dalam tas, lalu tancap gas.
Sampai di rumah, Anjani meletakkan bungkusan nasi goreng ke atas meja. Ia langsung melepas helm dan menggantungnya dekat garasi, tubuhnya terasa lengket.
"Mandi dulu kayaknya," gumam Anjani langsung bersih-bersih. Tas yang ia gunakan tadi, ada di ruang tamu.
Setelah bersih-bersih, Anjani kembali ke dapur untuk makan. Saat di tengah-tengah makan, Anjani mengambil air minum.
"Oh iya, besok aku harus ke pengadilan."
Di rumah lain, Tania berusaha menelpon Anjani. Tetapi, panggilannya tidak diangkat.
"Kok, nggak diangkat sih!" kesal Tania sambil terus menelpon, "ayo angkat Anjani!"
Ponsel Anjani berdering, tetapi Anjani tidak mendengar karena ponselnya berada di dalam tas yang ada di ruang tamu. Sedangkan, Anjani sendiri sedang asyik makan sambil menonton tv.
"Akhh!" kesal Tania, "kayaknya besok aku harus ke tokonya deh."
Lain lagi si Gavin yang sedang bercanda dengan Alexa.
"Hahaha ...." Alexa tertawa dan merasa geli, karena pent1lnya dimainkan oleh Gavin.
"Sayang, aku pengen deh!" rengek Gavin.
"Aku lagi hamil loh," ucap Alexa.
"Aku masukinnya pelan-pelan kok," sahut Gavin.
"Ya udah deh, tapi jangan kasar yah. Kasihan anak kita di dalam," imbuh Alexa.
"Siap sayang," ucap Gavin penuh semangat 45 untuk memanjakan juniornya.
Malam itu, mereka melakukan aksi panas lagi.
BERSAMBUNG.
semoga datang karma pada mereka..
Anjani aja gak pernah gangguin hidup mu...kamu aja yang tiap hari usil...
orang ketus mank harus dibalas ketus 👍👍👍