NovelToon NovelToon
Deonall Argadewantara

Deonall Argadewantara

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Mycake

Deonall Argadewantara—atau yang lebih dikenal dengan Deon—adalah definisi sempurna dari cowok tengil yang menyebalkan. Lahir dari keluarga kaya raya, hidupnya selalu dipenuhi kemewahan, tanpa pernah perlu mengkhawatirkan apa pun. Sombong? Pasti. Banyak tingkah? Jelas. Tapi di balik sikapnya yang arogan dan menyebalkan, ada satu hal yang tak pernah ia duga: keluarganya akhirnya bosan dengan kelakuannya.

Sebagai hukuman, Deon dipaksa bekerja sebagai anak magang di perusahaan milik keluarganya sendiri, tanpa ada seorang pun yang tahu bahwa dia adalah pewaris sah dari perusahaan tersebut. Dari yang biasanya hanya duduk santai di mobil mewah, kini ia harus merasakan repotnya jadi bawahan. Dari yang biasanya tinggal minta, kini harus berusaha sendiri.

Di tempat kerja, Deon bertemu dengan berbagai macam orang yang membuatnya naik darah. Ada atasan yang galak, rekan kerja yang tak peduli dengan status sosialnya, hingga seorang gadis yang tampaknya menikmati setiap kesialan yang menimpanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mycake, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Deonall Story

Di tengah rasa penasaran yang semakin menggerogoti pikirannya, Deon memacu mobilnya menyusuri jalan malam Jakarta dengan kecepatan tinggi.

Hujan turun rintik, membasahi kaca depan mobil yang sejak tadi tak berhenti dibersihkan oleh wiper otomatis.

Matanya tajam menatap jalan, namun pikirannya penuh dengan nama Bastian Ramelan, dan Proyek R.

"Semua ini terlalu aneh," gumamnya. "Kenapa semua jejak berakhir di tempat yang sama?"

Namun di detik berikutnya, semuanya berubah. Saat ia melintasi sebuah persimpangan jalan sepi, lampu hijau baru saja menyala. Deon melajukan mobilnya dengan mantap. Tapi dari arah kiri, tiba-tiba saja sebuah truk besar tanpa lampu depan meluncur seperti bayangan neraka.

BRAK!!!

Benturan keras itu membuat dunia Deon berputar. Mobilnya terpental, berputar di udara, lalu terhempas keras ke aspal. Kaca pecah.

Logam tergulung. Darah mengucur dari kepalanya, dari bibirnya, dari lengannya yang terjepit dasbor. Napasnya tersengal, matanya perlahan mulai kabur.

Namun, sebelum benar-benar kehilangan kesadaran, sebuah siluet gelap muncul dari balik asap dan hujan.

Sosok itu mengenakan pakaian serba hitam, dengan penutup wajah dan jaket panjang. Dengan tenang, ia melangkah mendekat, lalu jongkok di sebelah tubuh Deon yang sekarat.

“Hei, bocah pewaris,” katanya dengan suara dingin dan senyum sinis. “Lo terlalu dekat sama kebenaran yang seharusnya gak pernah lo tau.”

Deon mencoba berbicara, tapi hanya darah yang keluar dari mulutnya.

“Tenang aja lo akan segera lupa semuanya.”

DOR!

Suara tembakan menggema dalam gelap, dan dunia langsung hitam.

...

Lalu tiba-tiba…

“SELAMAT PAGI ANAK-ANAK MAGANG!” suara lantang seorang instruktur wanita terdengar.

Deon membuka matanya dengan napas terengah-engah. Tapi bukan di rumah sakit. Bukan di jalanan. Melainkan... di sebuah aula besar dengan spanduk bertuliskan:

“Selamat Datang Para Magang Baru Tahun 2015 — Argadewantara Corporation”

Dia berdiri di antara puluhan anak muda berseragam magang. Seragam itu masih bersih. Wajahnya tak luka. Tapi matanya penuh kebingungan.

“Apa-apaan ini? I-iniiii ini gak mungkin,” gumamnya.

“Eh, lo kenapa?” tanya suara di sampingnya. Seorang gadis muda berkacamata. “Ngeliatin kayak liat hantu.”

Deon menoleh. Itu wajah Gwen. Tapi lebih muda.

Dan detik itu juga, ia sadar satu hal...

Waktu telah memutar ulang segalanya.

Agra Gunawan. Itulah nama yang tertulis di ID card yang tergantung di lehernya.

Bukan Deonall Argadewantara.

Bukan pewaris tunggal perusahaan raksasa yang sempat ia anggap sebagai neraka hidupnya.

Melainkan hanya seorang anak magang biasa di tahun 2015 dan entah bagaimana, semua orang di sekitarnya memperlakukan dirinya seperti ia memang selalu menjadi Agra, bukan Deon.

Tak ada yang mengenali dirinya sebagai anak direktur. Tak ada yang tahu siapa dia sebenarnya.

Dengan jantung masih berdegup tak karuan, Agra atau Deon, atau siapapun dirinya sekarang berjalan keluar dari aula orientasi itu.

Matanya mengamati setiap sudut, mencoba mencari sesuatu yang familier, sesuatu yang bisa membuktikan kalau ini hanyalah mimpi absurd semata. Tapi semuanya tampak nyata. Terlalu nyata.

Saat ia melewati koridor kaca, tatapannya terpaku pada pantulan dirinya sendiri.

Tubuhnya masih sama.

Tapi auranya... berbeda.

Pakaian polos, ransel murahan, sepatu yang sudah tampak usang. Semua menunjukkan bahwa kini ia bukan lagi siapa-siapa. Ia bukan lagi pewaris.

Bukan lagi orang yang punya kekuasaan. Ia hanya seorang anak magang yang bernama Agra Gunawan.

“Kalau ini bukan mimpi,” desisnya pelan, “berarti gue dikirim balik buat mulai semuanya dari awal.”

Tiba-tiba, sebuah suara menggema dari belakangnya.

“Agra Gunawan!” teriak seorang pria paruh baya dengan clipboard di tangan. “Kamu ditugaskan di Divisi Khusus Arsip Internal. Kamu ikut saya sekarang!”

Deon menoleh cepat, matanya menyipit. Divisi itu tidak asing.

Arsip Internal, tempat pertama kali Gwen bilang dia nemu dokumen aneh soal transaksi fiktif perusahaan.

Senyum kecil muncul di wajah Deon.

“Baik, Pak,” jawabnya. “Saya ikut.”

Karena kali ini dia akan main dengan cara yang berbeda. Dan dia akan mengungkap semuanya dari awal.

Deon melangkah menyusuri lorong demi lorong kantor dengan kepala penuh pertanyaan dan dada yang bergemuruh seperti drum perang.

Setiap suara keyboard, denting mesin fotokopi, dan obrolan ringan para karyawan bagai simfoni masa lalu yang terulang tapi dengan nada yang berbeda.

Kali ini, dia bukan Deon si pewaris yang pongah. Dia Agra, si bocah baru yang harus diam-diam menyusup ke dalam sejarah kelam perusahaan.

Setibanya di ruangan Arsip Internal, aroma kertas tua dan pendingin ruangan langsung menyambutnya.

Ruangan itu sepi, hanya ada suara jam dinding dan derak rak besi yang tinggi menjulang penuh dokumen rahasia. Seorang wanita muda menyambutnya dengan wajah yang sangat familiar.

“Gwen?” gumam Deon pelan, hampir tak percaya.

Perempuan itu menoleh. Senyum dingin menyelip di wajahnya, tapi tak ada tanda bahwa ia mengenal Agra sebagai Deon.

“Hai, kamu pasti anak magang baru, ya?” ucap Gwen santai sambil membolak-balik map di tangannya. “Selamat datang di neraka berlapis arsip.”

Deon tercekat. Suaranya sama. Gesturnya sama. Tapi ekspresinya datar. Dingin. Seolah mereka belum pernah bertemu.

Seolah tragedi demi tragedi yang mereka lalui belum pernah terjadi. Tapi di balik tatapan matanya, Deon bisa melihat Gwen masih menyimpan sesuatu.

Sesuatu yang belum selesai.

Sesuatu yang mungkin menjadi kunci kenapa dia dikirim kembali ke masa lalu.

Dan saat Gwen berjalan menjauh sambil berkata, “Kalau kamu cukup sabar di tempat ini, kamu akan lihat banyak hal yang seharusnya terkubur,” Deon tau satu hal.

Dengan nama baru dan masa lalu yang seolah dihapus, Deon yang sekarang Agra Gunawan mulai memainkan peran barunya dengan licin, meski di balik tatapan santainya, pikirannya masih porak-poranda.

Dia berdiri di depan kaca lift, menatap pantulan wajahnya sendiri. Dasi yang terlalu kencang, ID card bertuliskan Intern - Agra Gunawan, dan senyum tipis yang ia paksakan seperti aktor kawakan. Tapi di balik itu, dadanya sesak.

Semua terasa nyata, terlalu nyata. Kecelakaan, darah, tembakandan sekarang, dia kembali ke titik awal, tapi di tubuh yang sama dengan nama yang berbeda.

“Lo harus main aman, Gra. Main sabar. Main halus,” gumamnya pada diri sendiri.

Dia memasuki ruang kerja magang, menatap sekeliling. Wajah-wajah asing, kecuali satu Gwen.

Gadis itu duduk di sudut ruangan, mengetik dengan ekspresi datar. Tidak ada tanda dia mengenal siapa pun, apalagi Deon. Tapi dari cara Gwen kadang meliriknya diam-diam Deon merasa, perempuan itu tau sesuatu.

Dan dia tahu satu hal pasti.

Jika permainan ini adalah teka-teki yang dikurasi waktu, maka peran barunya sebagai Agra bukanlah kebetulan.

Itu adalah undangan.

Sebuah undangan untuk membongkar semua rahasia bahkan jika nyawanya harus jadi taruhan lagi.

Deon melangkah pelan melewati meja-meja kerja, tatapannya tak lepas dari Gwen yang masih berpura-pura tak mengenalnya. Tapi di balik sikap tenangnya, Deon tahu, Gwen sedang bermain peran. Sama seperti dirinya.

Seketika, HP jadul yang tergantung di pinggangnya bergetar pelan. Sebuah pesan singkat masuk dari nomor tak dikenal.

"Terlalu banyak bergerak di awal bisa bikin lo tenggelam, Gra. Mainkan waktunya."

Alis Deon terangkat. Jantungnya berdegup lebih kencang. Siapa yang tahu namanya? Siapa yang tahu dia bukan “Agra” sungguhan?

Ia langsung menoleh ke sekeliling. Semua orang tampak sibuk. Tapi entah kenapa, dia merasa seperti tengah diawasi.

“Lo ngapain berdiri kayak orang ilang?” Gwen tiba-tiba sudah di belakangnya. Senyumnya tipis. Mata tajamnya menyapu HP di tangan Deon, lalu kembali ke wajahnya. “Baru sehari magang, udah stres?”

Deon membalas dengan tawa kecil yang kaku. “Nggak. Gue cuma mikir, hari pertama kok rasanya kayak hari terakhir.”

Gwen hanya tersenyum. Tapi kali ini, senyum itu terasa menyimpan terlalu banyak rahasia.

Dan Deon sadar, dia bukan cuma harus memainkan perannya. Dia harus bertahan. Sebab, dalam dunia ini yang terasa seperti dimanipulasi waktu dan rahasia, satu langkah salah bisa bikin dia mati lagi.

1
🌻🍪"Galletita"🍪🌻
Ga nyesel banget deh kalo habisin waktu buat habisin baca cerita ini. Best decision ever!
Isabel Hernandez
ceritanya keren banget, thor! Aku jadi ketagihan!
Mycake
Mampir yukkk ke dalam cerita Deonall yang super duper plot twist 🤗🤗🤗
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!