NovelToon NovelToon
Anindirra

Anindirra

Status: tamat
Genre:Janda
Popularitas:15.1M
Nilai: 4.7
Nama Author: non esee

Warning.!!! 21+


Anindirra seorang single parent. Terikat perjanjian dengan seorang pria yang membelinya. Anin harus melayaninya di tempat tidur sebagai imbalan uang yang telah di terimanya.

Dirgantara Damar Wijaya pria beristri. Pemilik perusahaan ternama. Pria kesepian yang membutuhkan wanita sebagai pelampiasannya menyalurkan hasratnya.

Hubungan yang di awali saling membutuhkan akankah berakhir dengan cinta??

Baca terus kisah Anindirra dan Dirgantara yaa 🤗🤗

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon non esee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 13

“Anindirra! Keluar sekarang juga! Aku tunggu di depan!"

Belum sempatku jawab. Sambungan telfon sudah di putuskan. Tanpa pamit, aku berjalan keluar sedikit berlari keluar dari dalam kafe.

Saat mataku mengitari beberapa mobil yang terparkir di halaman. Aku melihat velfire hitam yang berada di ujung jalan tidak jauh dari kafe. Entah kenapa seakan aku ingin berlari menemuinya. ada rasa takut juga bahagia yang aku rasakan.

Flashback

Velfire hitam itu sampai di depan gedung kantor dengan selamat. Setelah terbebas dari drama kemacetan. Dirga meminta Pak Dadang menambah kecepatan laju kendarannya. perjalanan yang seharusnya bisa di tempuh hanya dengan waktu 30 menit. Menjadi mundur hingga 60 menit. Di sebabkan ada perbaikan jalan. Belum sempat ia turun dari mobil.

Dreettt

Suara notifikasi terdengar menandakan ada pesan. Saat di buka ternyata dari orang suruhannya yang di tugaskan mengawasi Anin.

Wajah Dirga berubah mengeras. Sorot matanya tajam melihat foto Anin dengan penampilan berbeda sedang berjalan masuk ke sebuah kafe. Dan foto kedua terlihat Anin sedang mengobrol dengan pria dan terlihat akrab.

Di tambah tulisan singkat dari si pengirim.

"Nona Anin sedang berada di moon kafe tuan!"

"Putar balik Pak!"

*

*

Pak Dadang memberhentikan mobil di sisi ujung jalan, tidak jauh dari depan halaman moon kafe. Dirga membuka ponsel dan menelfonnya.

Tak lama terlihat wanita itu berjalan keluar dengan sedikit berlari dari dalam kafe. Berdiri di depan pintu keluar. Matanya nampak mengawasi beberapa mobil di hadapannya. Hingga arah pandangnya ke mobil milik Dirga.

Dirga melihat penampilan Anin saat berbeda ia sangat cantik tapi ia tidak menyukainya. Dengan pakaian yang melekat di tubuhnya. Rambutnya nampak terurai begitu dengan indah. Sungguh membuat Dirga ingin segera mengurungnya. Ia tidak rela harus berbagi keindahaan. Ada rasa cemburu yang belum di sadarinya. Ia hanya bepikir siapun tidak boleh menikmati ataw menyentuh miliknya.

"Jalan Pak."

Dirga memerintah tepat setelah Anin masuk ke dalam mobil duduk di sampingnya. keheningan terjadi selama berada di dalam mobil. AC yang mengeluarkan hawa dingin terasa panas dirasakan Anin.

Anin terdiam tidak berani mengeleuarkan suara. Sembari tertunduk, ia menggigit bibir meremat kedua tangannya yang bertumpu di pangkuannya

"Aku harus bagai mana?" Anin bertanya dalam hati.

Pemandangan itu tak lepas dari ekor mata Dirga. Ia membuang napas berusaha mengurai kemarahannya. Ia tidak mau membuat Anin tidak nyaman berada bersamanya.

Melihat Anin megigit bibirnya dengan tertunduk. Sungguh membuatnya harus bisa menahan hasratnya. Ingin rasanya Dirga langsung menarik ke dalam pelukannya.Tetapi Dirga berusaha untuk tidak melakukannya.

Anin tersentak saat merasakan kelima jari Dirga menelusup masuk ke sela-sela jari tangan kirinya, Dirga menggenggam dan membawa kepangkuannya. Anin reflek menengok ke samping menatap pria yang seminggu ini berada dalam pikirannya

Dengan wajah terus lurus menghadap ke depan Dirga semakin mengeratkan tangannya. Sudut bibirnya terangkat ke atas. Seakan jemari lentiknya mampu memberinya kehangatan.

"Kita kemana Tuan?" pertanyaan pak Dadang mengalihkan pandangan Anin.

"Pulang ke hotel."

Sesuai perintah Pak Dadang melajukan kendaraannya ke tempat dimana biasanya Dirga pulang.

Matahari telah menghilang di bawah garis cakrawala, saat alphard hitam itu berhenti tepat di depan gedung hotel bintang lima miliknya. Hotel ini salah satu dari sekian banyak hotelnya. Dan suiteroom nomor tujuh belas itu menjadi tempat tinggalnya. Setiap dia tidak pulang ke rumah.

Anin tidak bisa menolak ketika tangan kekar itu menariknya keluar agar turun dari dalam mobil. Berdua berjalan bersisian masuk ke lobi hotel dengan jari-jari yang masih berpautan saling mengenggam. Dirga tidak melepaskannya dari mulai berada di dalam mobil.

Hampir semua karyawan hotel menganggukakan kepalanya dengan hormat saat Dirga melewatinya.

Berjalan menuju lift. Seorang roomboy dengan sopan membukakan pintu lift dan mempersilahkan Dirga dan Anin masuk.

"Silahkan Tuan, Nona." Dan roomboy itu pun ikut masuk mengantarkan pemilik hotel itu sampai di lantai yang biasa di tujunya.

Dirga melepas tangannya berganti dengan merangkul pundaknya. Menunjukkan ke siapapun kalau Anin adalah miliknya.

Ting

Lift berhenti di angka tujuh belas. Pintu pun terbuka. Roomboy itu kembali mempersilahkan Dirga dan Anin keluar dengan hormat.

Berjalan di lorong hotel Anin mengikuti langkah Dirga. Ia teringat pertama kalinya ia datang ke kamar ini dengan di antar pak Dadang. Malam dimana ke duanya saling membutuhkan dan terikat perjanjian.

Dirga mengeluarkan keycard dari dalam sakunya. Membuka pintu membawa Anin masuk ke dalam.

Betapa terkejutnya Anin saat Dirga menariknya hingga terhuyung ke arahnya. mengunci tubuh ramping wanita itu ke dalam pelukannya.

Hening

Keduanya merasakan debaran di dada.

Anin mecoba melepaskan pelukan yang semakin menghimpitnya.

"Biarkan seperti ini, Sayang... Biarkan aku memelukmu." Dirga berucap pelan setengah berbisik. "Aku merindukanmu."

Dirga berucap kembali. Pria yang selalu menunjukkan wajah tegas dengan sorot mata elangnya. Tiba-tiba telihat rapuh.

Walaupun di sembunyikannya. Anin bisa merasakannya dengan jelas.

Dirga menghirup aroma tubuh Anin dengan napas panjangnya. seakan menemukan ketenangan yang selama ini menghilang. Aroma tubuh Anin mampu menghilangkan gundah dalam hatinya.

Tubuh Anin membeku. Jantungnya berdebar kencang. Mengapa pertemuan hari ini begitu berbeda. Seperti... Menenangkan.

Melambungkan jiwa yang kesepian. Keduanya melepas rasa tanpa kata. Dan Kejadian itu terulang kembali.

Dirga menatap sorot mata bening Anin dengan penuh pengharapan. sedikit memiringkan kepala mensejajarkan wajahnya ke wajah Anin. Dirga menempelkan bibirnya ke bibir merahnya. Bibir yang telah menjadi candu buatnya. Sedari tadi bibir ini sudah menggodanya.

Menciumnya dengan penuh kelembutan, penuh perasaan. Anin menyambutnya dengan sedikit membuka mulutnya. Lidah Dirga menerobos masuk menjelajah membelitkan lidah.

****

Bersambung❤️

1
Alwa Kirana
Buruk
Anonymous
Tidak bosan-bosan membaca dari awal sampai akhir. Sangat terkesan dengan pilihan kata-katanya.
Rebecca Becca
🤔
sukabaca
🤣🤣🤣😂
sukabaca
mantap
Zuhril Witanto
kata-kata nya bikin trenyuh
Zuhril Witanto
liat sambil senyum
Zuhril Witanto
lanjut
Rakha Hanindhito
desaku yang ku cintaaaah, pujaan hatiku😀😀
Rakha Hanindhito
desa suamikuuuh
Dwi Sulistyo Rini
sabar sabar Steven tunggu bom waktumu...
bzare21
pasti isi test message nya
Ida : Tuan Bayu, Kucing Garong mencari mangsa 🤣
bzare21
kang emuss...
bzare21
Si Ateng Tukang kayu.. Thank yuuuu
bzare21
eih
bzare21
Mampirr bosque..
Liiee
jangan2 Ratna,,
Eva Nietha✌🏻
Steven bentar lg jg ciut lo
Idha Giatno
Luar biasa
Mari Anah
klo d jkt nma y sekuteng kli ya😁ini aku jg bru aja mkn,kbnrn bgt d part ini ada minuman sekuteng,bukan pke santan sih,tpi pke gula merah d tambah aroma jahe rasa y beuuuhh mantap👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!