"Mas, aku hamil." ujar Bella menemui laki-laki berperawakan tampan itu di kantornya. Laki-laki yang malam itu menghabiskan waktu bersama Bella.
"Hamil? yakin itu anak saya?" tanyanya dengan sinis sambil menatap Bella dengan tajam.
"Iya Mas, ini anak kamu." jawab Bella apa adanya.
"Bagaimana bisa saya percaya itu ajak saya, sedangkan di malam itu kamu saja tidak berdarah sama sekali!!" ujarnya tanpa perasaan.
DEG...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indah Yuliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 15
SALAH KAMAR MEMBAWA BAYI
15
Akhirnya Bella, dan keluarganya sampai di rumah yang sudah sepuluh tahun ini dirinya tinggali. Rumah yang penuh dengan kenangan masa kecilnya hingga terakhir sepuluh tahun yang lalu.
Sudut mata Bella berair karena sangat rindu dengan rumah ini. Tidak menyangka jika saat ini dirinya sudah kembali ke rumah orangtuanya dengan seorang jagoan kecil yang lahir dari rahimnya. Putra kesayangannya, putra tercinta yang dia miliki.
"Bun, ini rumah siapa?" tanya Bintang kepada Bella sambil melirik ke sekeliling rumah yang tampak lumayan megah itu. Matanya kagum dengan penampakan rumah didepannya karena memang rumah seperti ini jarang dia temui di tempat tinggal biasanya.
"Ini rumah kita, Sayang. Rumah dimana bunda dulu tumbuh dari kecil." jawab Bella mengembangkan senyumnya.
"Besar rumahnya ya Bun, kenapa baru sekarang kita ke sini kenapa tidak dari dulu saja, Bun?" tanyanya ke Bella membuat wanita itu bungkam seketika.
"Karena dulu nenek ada pekerjaan di rumah kita yang tadi makanya tidak pernah ke sini Bintang. Sekarang karena bunda kamu bekerja jadinya kita kembali kesini dan kebetulan juga pekerjaan nenek di sana sudah selesai." Meska yang menjawab pertanyaan cucunya karena melihat sang putri tidak tahu harus membalas apa. Meska tahu jika mengingat kejadian sepuluh tahun lalu anaknya itu seakan enggan untuk berkata. Bahkan rasa sedih itu sering kali Meska lihat di wajah anaknya itu saat sang cucu bertanya hal-hal yang menyangkut tentang ayahnya.
"Ooo gitu ya Nek," Meska hanya mengangguk saja.
Saat ini mereka semua sudah masuk ke dalam rumah yang tampak bersih tampa debu sedikitpun. Selama rumah ini ditinggal, setiap seminggu atau tiga hari sekali akan ada orang yang datang membersihkannya agar rumah tidak kotor dan tertata rapi. Sekali seminggu pun Riyan akan datang mengecek kondisi rumahnya dan sesekali ditemani Meska sang istri.
"Bun, nanti aku sekolahnya diantar sama siapa?" tanya Bintang menatap Bella yang tengah merapikan baju-baju mereka ke dalam lemari. Jika di rumah nenek buyut Bella, anaknya itu akan berangkat sekolah dengan tetangganya setiap hari karena, anak tetangganya itu seumuran dengan Bintang.
"Nanti bunda yang akan mengantar kamu ke sekolah karena tempat bunda bekerja juga searah dengan sekolah kamu. Kamu jangan khawatir kalau masalah berangkat ya, yang penting sekarang kamu harus tetap senang di tempat baru kita," jawab Bella.
"Iya Bun. Bunda nanti aku makan malam mau sama Kentucky yang kayak waktu itu Kakek beli ya?" pintanya dengan mata berbinar yang membuat Bella tidak sanggup untuk menolak.
"Iya Sayang, nanti kita beli bareng saja keluar ya. Biar sambil jalan-jalan sore sekalian." Tampak anaknya itu langsung bersorak bahagia mendengar ucapan Bella. Membuat wanita beranak satu itu mengembangkan senyumnya.
"Yey yey yey. Mau Bun, aku mau," jawabnya sambil meloncat-loncat karena bahagia.
"Yasudah kamu mandi dulu gih, biar nanti kita keluar kamu sudah rapi dan wangi." ujar Bella membuat anaknya itu menganggukkan kepalanya.
Sepeninggal anaknya itu Bella keluar dari kamar karena, semua barangnya sudah dia susun rapi ke dalam lemari. Kebetulan rumah Bella ini bertingkat dua yang memiliki lima kamar dengan dua ditingkat atas dan tiga di bagian bawah.
"Ibu lagi apa?" tanya Bella setelah duduk di samping Meska.
"Ini Ibu hamil telponan sama Abang, kamu Bel" jawab Meska memijit keningnya.
"Emm, terus apa kata Abang, Bu? Sudah lama aku nggak pernah ketemu Abang, kalau nggak salah sebelas tahun lalu." ujar Bella.
Jujur saja Bella sangat merindukan abangnya itu. Semenjak abangnya menikah dan ikut istrinya tak pernah laki-laki itu datang kerumah untuk silaturahmi, meskipun hanya sekali setahun. Kalau dipikir jaraknya tidak terlalu jauh kalau hanya menggunakan pesawat. Pernah suatu hari ibu mereka meminta Abizar untuk pulang tapi laki-laki itu beralasan tidak ada uang dan waktu itu Riyan dengan senang hati memberikan uang untuk ongkos pulang tetap saja laki-laki itu menolak dengan berbagai alasan. Ntah kenapa sejak menikah abangnya itu berubah drastis.
"Emm, ntahlah Bel. Katanya Abang kamu akan pulang besok karena dia sudah cerai dengan istrinya." Aku terkejut dengan ucapan Ibu. Seakan tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba saja abangnya itu sudah bercerai saja. Padahal selama ini tak pernah sekalipun ibu dan ayah mereka di ajak berbicara hal serius oleh abangnya tapi, sekarang informasi yang amat menyedihkan diterima ibu mereka. ibu mana yang tak akan sedih jika pernikahan anaknya kandas di tengah jalan. Tidak akan ada.
TBC