zayn malik seorang mahasiswa di salah satu universitas ternama di kota bandung . lelaki yg kerap di panggil malik itu harus menikahi seorang gadis SMA yg masih suka main-main dan sulit di atur.
kalau bukan karena permintaan terakhir Sang ayah , gadis yg bernama zahartunnissa tidak akan menerima perjodohan dengan seorang lelaki yg tidak ia sukai.
akan kah keduanya sama-sama bertahan atas pernikahan ini?
gimana cerita selanjutnya? yuk baca kisah nya di novel ku ini ya, selamat membaca 🤗🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Masrifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 8
Zahra tengah membeli pulpen, pensil dan penghapus di toko buku dekat kantin karena ia baru ingat, semalam ia lupa memasukan kotak pensil ke dalam tas selepas belajar bersama malik.
"Zahra... " Panggil seseorang yang suaranya mampu membuat senyuman zahra mengembang ketika melihatnya.
"Pagi, val" Zahra menghampiri pacarnya dengan wajah ceria.
"Kamu engga bawa kotak pensil? Lengkap banget belinya ada pulpen, pensil sama penghapus".ujar rival melihat peralatan menulis di tangan zahra.
" Iyah nih, aku lupa, semalam abis belajar lupa di masukin ke tas lagi" Sahutnya dengan wajah cemberut.
"Wih, kamu belajar? " Rival menahan tawanya sebab dia tahu bagaimana sikap zahra yang justru malas sekali jika harus belajar.
" Ih, kamu ko malah ngetawain aku sih! " Rengek zahra dengan manja.
"Ya lagian, orang kaya kamu aneh tau tiba-tiba mau belajar".
Zahra membatin.
" Ya kalau, bukan paksaan kak malik, aku juga engga mau! "
" Zahra... "
Zahra kembali menatap rival.
" Hmmm" Ia menaikan alisnya
" Aku seneng deh liat kamu bisa senyum lagi kaya gini. Aku benar-benar takut kamu sedih terus karena ayah kamu udah engga ada. aku sampe engga berani telpon atau whatsapp kamu" .
Zahra terdiam, ia baru sadar selepas meninggal ayahnya, rival memang tidak menghubunginya lagi bahkan di sekolah pun tidak menghampiri zahra. Tapi anehnya, Zahra tidak mencari rival seperti biasanya.
"Kenapa ya, kok aku engga sadar sih kalau rival engga nyariin aku. Apa karena ada kak malik di rumah, jadi aku juga cuek sama HP".
" Zahra? " Rival melambaikan tangan tepat di wajah Zahra yang melamun. Sontak Zahra mengerjap.
" Kamu kenapa, Zahra? "
" E-engga, val. Oh iya, aku juga minta maaf ya karena engga nyariin kamu, kemarin-kemarin aku masih berduka"
Rival mengangguk.
" Aku ngerti kok, zahra. Ya udah yuk, bareng ke kelasnya. "
Zahra mengangguk, mereka Jalan bersama menuju kelas masing-masing karena mereka berdua beda kelas. Awalnya rival di kelas zahra, tapi guru sepakat memindahkan rival ke kelas lain agar tidak ada yang namanya pacaran di kelas.
Saat masuk kelas, zahra melihat teman-temannya heboh, berkumpul di tempat duduk salma.
Zahra yang penasaran pun menghampiri mereka.
"Eh, ada apa sih? " Tanya Zahra pada salah satu temannya, mau tanya langsung kepada salma dan Winda tapi sulit karena mereka seperti permen yang di kelilingi puluhan semut.
"Itu loh, kak zayn bikin instagram pribadi "
" Zayn? " Zahra menaikan alisnya.
"Lo engga tau, zahra? "
Zahra menggelengkan kepala dengan polosnya membuat teman perempuan nya itu mendengus kasar.
" Kudet lo, zahra. Kurang update! Kak zayn itu kapten basket di Universitas Pajajaran ".
" Lah , terus kenapa berlebihan gitu, cuman bikin instagram doang! " Zahra melipat kedua tangannya di dada seraya menggelengkan kepala.
Menurut teman-temannya Terlalu berlebihan menanggapi sesuatu tidak penting. Apalagi hanya berita kapten basket membuat instagram.
" Zahra, lo engga tau sih, setampan apa dia! " Ujar salma yang keluar dari kerumunan teman-temannya.
" Selain tampan, dia jago basket, di kampusnya juga terkenal, temanya banyak, tapi sayangnya dia cowok yang dingin kaya kulkas tujuh pintu"
"Oh iya? " Zahra mengerutkan dahinya.
" Mana coba gue lihat fotonya! "
" Nih... "Ketika salma hendak memperlihatkan instagram zayn, Tiba-tiba guru fisika masuk membuat semua siswa grusak-grusuk untuk kembali ke meja mereka Masing-masing.
***
Dengan permen gagang di mulutnya, Zahra berjalan masuk ke rumah sambil membalas pesan dari rival.
" Aku baru sampe rumah, val".
Setelah itu ia mengantungi ponselnya dan berseru.
" Assalamu'alaikum "
Gadis itu mengedarkan pandangan selepas membuka pintu, tidak ada jawaban, yang artinya malik belum pulang dari Kampusnya. Ia membuka sepatu dan menyimpannya di rak sepatu.
Zahra berjalan menuju dapur, ternyata tidak ada siapapun, bahkan malik juga tidak mengirim pesan. Gadis itu terbiasa makan selepas pulang sekolah dan melihat tidak ada apapun di meja makan akhirnya bergegas membuat mie instan, makanan yang mudah di buat sebab zahra tidak bisa memasak selain masak mie.
Dia memasak mie instan dengan permen gagang yang belum habis di mulutnya. Gadis itu bersandar di pantry menunggu mie nya matang seraya membaca pesan masuk dari rival.
Zahra, nonton yuk? Ada film baru di bioskop".
Zahra bergeming sesaat, kalau nonton harus izin kepada malik, ia takut malik tidak mengizinkan. Akhirnya zahra membalas.
" Aku izin sama ibu dulu ya. Kalau di bolehin aku whatsapp kamu lagi"
Setelah membalas pesannya, ia mengantungi kembali ponselnya di rok sekolah dan memindahkan mie ke mangkuk. Seandainya ada malik, lelaki itu pasti sudah marah sebab zahra belum mengganti seragamnya.
Zahra makan sendirian di meja makan, hingga tidak lama kemudian ia mendengar suara Motor.
" Assalamu'alaikum " Seru malik dengan tangan yang memegang helm fullface nya. Ia melepas sepatu dan menyimpannya di rak sepatu lalu menghampiri aroma mie instan di dapur.
" Waalaikumsalam "
Malik bergeming melihat zahra menatapnya dengan pipi gembulnya yang tengah mengunyah mie. Lalu malik menggelengkan kepala melihat gadis itu makan mie instan dengan masih memakai seragam.
" Gimana kalau kuah mie nya kena seragam? "
Malik duduk di kursi dekat gadis itu setelah menyimpan helm nya di meja lalu menatap Zahra dengan tatapan dingin.
" Engga kok, kak. Cek aja, seragam gue bersih".
"Ya kenapa engga ganti dulu seragamnya? " Sahut malik
" Terus kenapa masak mie instan, kan ada ayam di kulkas, udah gue bumbuin loh tinggal goreng aja. Abisin mie nya cepet, udah ini gue ajarin masak".
Zahra memanyunkan bibirnya.
" Galak amat sih" Gerutu gadis itu sebab malik berbicara dengan wajah serius.
Malik mengerti Zahra ini masih Anak SMA yang awalnya memang sangat amat di manja oleh almarhum mertuanya ayah Adit, malik tidak keberatan jika harus mengurusi Zahra setiap hari, memasak untuk gadis itu, memperhatikan pakaiannya, membuatnya belajar.
Tapi malik sadar posisinya tidak sama seperti orang tua zahra yang seorang pengusaha, lebih banyak waktu di rumah dan bisa mengurus Zahra setiap hari . Malik seorang mahasiswa yang punya kegiatan juga, ada kalanya dia pulang telat dan tidak memasak seperti sekarang, ia tidak suka jika melihat gadis itu makan mie instan dengan alasan tidak bisa masak.
" Kak, gue boleh nonton engga Sama rival? Tanya Zahra lalu menyuapkan mie ke mulutnya.
" Kapan? "
" Sore ini"
Malik terdiam sejenak.
"Abis gue ajarin masak berarti".
Zahra mengangguk dengan mata berbinar malik pun membolehkan membuat Zahra senang.
" Makasih ya kak. Lo baik deh".puji zahra. Ia seakan ingin bejingkrak senang karena di bolehkan nonton bersama rival.
Malik sendiri dari awal janji tidak akan mengganggu hubungan Zahra dan pacarnya. Ia tidak akan banyak Mengatur soal gadis itu sebab Zahra harus terpaksa menikah dengannya saja membuat malik seakan merasa bersalah karena mengambil masa remaja gadis itu.