Hanin, gadis yatim piatu tak berpendidikan tiba-tiba di jodohkan dengan seorang Pria mapan. Awal nya semua mengira calon Hanin adalah Pria miskin. Namun siapa sangka, mereka adalah orang kaya.
Hanin begitu di sayang oleh mertua dan juga ipar nya.
Tidak ada siapa pun yang boleh menyakiti Hanin. Tanpa mereka sadari, Hanin menyimpan rahasia di masa lalu nya.
Yang penasaran, cus langsung meluncur. Baca nya jangan di loncat ya. Nanti Author ya nggak semangat nulis.
Selamat membaca, ☺️☺️☺️☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Malam itu, Hanin dan Abian, masuk ke kamar hotel dan melepaskan rasa lelah mereka. Seharian menjadi Raja dan Ratu sehari, membuat mereka begitu kelelahan.
Di dalam kamar hotel yang mewah dan megah, Hanin masuk begitu saja. Dari awal ia masuk, sudah ada banyak lilin dan juga kelopak bunga mawar yang tersebar.
Kamar itu sungguh begitu wangi. Karin masuk dan langsung merebahkan tubuh nya di atas tempat tidur, yang juga di taburi kelopak bunga mawar.
Ada yang aneh pada sikap Hanin saat melihat itu semua. Ia bersikap biasa saja dan tidak ada sedikit pun rasa takjub di dalam hati nya.
Bahkan, saat semua hadiah yang di berikan oleh Ibu nya Abian, Hanin masih biasa saja dalam menanggapi nya.
"Hanin,"
"Iya Bang Abi. Ada apa?"
"Kamu nggak suka sama semua yang ada di dalam kamar ini?"
"Hanin suka."
Hanya itu jawaban yang diberikan oleh Hanin. Abian berharap, Hanin akan mengatakan hal lainnya. Tapi ternyata, kata-kata Hanin sungguh singkat dan jelas.
"Kalau suka, kenapa ekspresi kamu seperti itu? Lihat lah lilin-lilin itu. Ibu sengaja menyuruh petugas hotel untuk meletakkan nya di sana."
"Oh lilin? Hanin udah biasa main lilin sama bocil-bocil di desa pas malam takbiran. Bang Abi tahu, kami bahkan meletakkan lilin di dalam tempurung kelapa supaya jadi senter. Trus kami,,,"
"Stop! Apa kamu bilang tadi, main lilin sama bocil? Hanin, tapi lilin yang ini beda. Ibu pesan khusus di.."
"Bang Abi, dimana-mana yang namanya lilin itu tetap sama. Di bakar, lalu habis udah, jadi taik lilin. Taik lilin itu nanti di masak trus bisa di bentuk jadi lilin lagi. Hanin dulu.."
"Hanin!"
"Iya Bang Abi. Ada apa?"
"Hmm,, enggak."
"Ya sudah kalau gitu. Hanin mau mandi dulu."
Hanin langsung masuk ke dalam kamar mandi dan ingin membasuh tubuh nya yang seharian sudah sangat lelah.
Lalu tiba-tiba..
"Kebakaran.. Kebakaran. Bang Abi, kamar mandi nya kebakaran." Teriak Hanin saat ia tidak lama masuk ke dalam kamar mandi.
Abian yang terkejut, langsung saja masuk dan melihat Hanin yang sudah berada di pojok kamar mandi.
Ia seperti kesulitan bernafas. Walaupun ia masih berpakaian lengkap, tapi jilbab sudah tidak ada lagi di kepala nya.
"Dimana kebakaran nya?" Tanya Abi lembut, saat melihat Hanin begitu ketakutan.
"Itu." Ucap Hanin sambil menunjuk ke arah bath Up yang hampir di penuhi dengan air panas.
Abian pun mematikan keran dan air panas itu pun seketika menghilang.
"Hanin, ini bukan kebakaran. Tapi, air panas. Biasa nya di hotel atau setiap rumah, pasti memakai alat seperti ini. Guna nya, ketika mandi, bisa hangat kan tubuh kita."
Bukan nya mendengar kan apa kata Abian. Hanin tiba-tiba saja memeluk suami nya itu dan berbisik.
" Bang Abi, tadi Hanin lihat api. Api itu membakar orang tua Hanin. Hanin takut. Hanin terlempar ke luar mobil dan menangis. Orang tua Hanin ada di dalam mobil itu."
Hanin berbicara dengan suara yang bergetar. Ia juga mencengkeram baju Abi dengan kuat. Abi bahkan sampai tidak bisa bangkit kembali.
" Apa itu masa lalu Hanin? "
" Bukan. Tapi, Hanin tidak tahu. Kenapa ada orang tua Hanin yang tiba-tiba ada di dalam kepala ini. Tapi, kenapa juga ada air panas di dalam hotel."
"Hanin, kan sudah Abang jelas kan tadi."
Mata Hanin menatap tepat ke arah mata Abian. Abian salah tingkah dibuat oleh nya. Rambut panjang dan hitam Hanin, membuat Abian ingin menyentuh nya kembali.
Hanin tiba-tiba mendekat ke arah nya. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya, Abian seperti tidak bisa pergi kemanapun.
Kaki nya seperti sudah menancap di sana. Di depan Hanin yang masih saja menatap nya.
Hingga tiba-tiba wajah Hanin dan juga wajah Abian sudah tidak berjarak. Mereka begitu dekat kini.
Lalu,,,
Brak....
Bruk...
ok lah tak habiskan dulu bacanya,baru tak like ya