Kaina Syarifah Agatha. Gadis cantik yang cerdas. Mengetahui dirinya dijodohkan dengan pria pujaannya. Sam.
Samhadi Duardja Pratama. Pria yang diidolai Kai, begitu nama panggilan gadis itu. Sejak ia masih berusia sepuluh tahun.
Sayang. Begitu menikah. Berkali-kali gadis itu mendapat penghinaan dari Sam. Tapi, tak membuat gadis itu gentar mengejar cintanya.
Sam mengaku telah menikahi Trisya secara sirri. Walau gadis itu tak percaya sama sekali. Karena Trisya adalah model papan atas. Tidak mungkin memiliki affair dengan laki-laki yang telah beristri.
Kai menangis sejadi-jadinya. Hingga ia terkejut dan mendapati kenyataan, bahwa ia mendapat kesempatan kedua.
Gadis itu kembali pada masa ia baru mengenal Sam selama dua minggu, sebagai pria yang dijodohkan dengannya.
Untuk tidak lagi mengalami hal yang menyakiti dirinya. Gadis itu mulai berubah.
Bagaimana kisahnya? Apakah Kai mampu merubah takdirnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TRISYA
Trisya kesal bukan main. Ia hany pulang dalam keadaan mabuk, tetapi ayah memarahinya habis-habisan.
"Emang kenapa sih, kalo pulang mabuk? Kan cuman minum-minum aja!" runtuknya kesal di dalam taksi daring yang ia pesan tadi.
Trisya ingat, kemarin setelah ia dibentak oleh Sam, pria yang dia cintai.
"Cinta? Sejak kapan gue cinta?" tanyanya bermonolog.
Trisya mengaku dirinya tak mencintai Sam. Walau pria itu belum mengetahuinya.
"Mungkin belum ya,.secara dia ganteng, bodynya bagus,.kaya raya itu yang paling penting," lagi-lagi ia bermonolog.
"Eh, ngomong-ngomong tadi, aku lihat mobil dia di rumah deh. Ngapain, nggak mungkinkan dia ngajak aku?" tanyanya dalam hati.
"Paling, si nyebelin Kai yang maksa-maksa Sam buat datang! Dasar cewe murahan!" makinya pada adiknya sendiri.
"Lu nggak akan pernah bahagia, selama gue hidup, Kai! Gue pastiin semua benci sama Lo. Bahkan gue bisa buat Ibu nggak suka sama kehadiran Lo!"
Sumpah Trisya menggema dalam hatinya. Ia sangat yakin, ibu akan selalu berpihak padanya. Dengan semua sandiwara yang ia buat selama ini.
"Kai anak ibu juga, Nak. Dia adalah adik kandungmu walau lain darah. Tapi kalian lahir dari rahim Ibu!'
"Ya, aku tau dia adikku lain Ayah. Tapi, aku ingin lebih disayang, Bu. Setidaknya hanya itu yang kupunya. Karena harta ini bukan milik aku. Kai sudah memiliki segalanya. Masa dia juga harus mendapat kasih sayang yang sama. Aku ingin lebih, Bu!"
"Tapi Nak ...," sepertinya sang ibu ragu ketika memenuhi permintaan putrinya.
"Atau aku harus ...," Trisya membisikkan sesuatu pada ibunya.
Trisya ingat, betapa terkejutnya sang ibu, wajahnya pucat dan bibirnya bergetar. Trisya tersenyum sinis. Ia kembali mengingat betapa sang ibu memohon untuk tidak melakukannya.
"Jangan lakukan itu, Nak. Ibu mohon padamu."
Melihat air mata sang ibu tidak membuatnya luluh. Ia malah berdiri menatap Arin, ibunya dengan dingin. Seringai licik ia tunjukkan.
"Jika Ibu tak menurut. Ya, akan kulakukan."
Trisya menggeleng sambil tersenyum meremehkan. Ia sangat ingat ketika membisikkan ancaman itu. Dirinya masih berusia tiga belas tahun. Dirinya dan Kai berbeda usia tujuh tahun.
"Ah, sampai lupa mau nelepon Sam," ujarnya lalu mengambil benda pipih canggih itu.
Menekan sebuah nama di layar. Menunggu. Panggilan pertama tak diangkat, Trisya melakukan panggilan lagi. Tidak diangkat. Padahal ia tadi sudah mengirimkan pesan. Ia memfitnah Kai.
"Sam, angkat dong!" ujarnya lagi, tetapi kini ponsel Sam malah mati.
"Apa lagi sibuk banget ya?" ujarnya. "Ini malam minggu. Paling dia ke klub."
"Pak, ke klub xxx di jalan xxx ya!" titahnya. "Nanti saya tambahin ongkosnya!"
"Baik, Mba!" sahut supir tersenyum senang karena akan ada penambahan biaya.
Sampai di klub yang dituju setelah membayar. Ia pun turun dari taksi yang ditumpanginya. Gadis itu melenggak-lenggok tubuhnya kalan berjalan. Semua mata pria hidung belang menatapnya penuh minat.
Rambut yang dia cat kemerahan, digerai hingga menutupi punggungnya yang terbuka. Gaun malam yang ia pakai saat ini begitu seksi. Sangat mencetak bentuk tubuhnya yang memang aduhai.
Belahan dada yang rendah, menonjolkan gundukan kencang dan padat di sana. Begitu menggoda tangan-tangan jahil untuk menjamah. Bibirnya yang merekah, begitu sensual menantang semua pria untuk mengecup dan menikmatinya.
Trisya memang cantik. Tubuhnya tinggi 167cn dengan berat 50kg. Gadis itu memang lebih tinggi dari Kai. Kulitnya kuning langsat. Matanya besar dipercantik dengan softlens warna biru. Alisnya ia bentuk sempurna, hidungnya mancung. Pipi tirus, dan satu lagi, ia paling tahu apa maunya pria.
Trisya sangat paham apa kebutuhan biologis para pria. Dari sanalah ia menjerat Sam. Walau sampai sekarang pria itu belum jauh menjamahnya. Hanya sekedar ciuman panas saja.
"Pria munafik!" sindir Trisya dalam hati ketika ia berhasil membangkitkan hasrat Sam. Tetapi laki-laki itu langsung menahannya.
"Maaf sayang. Kita akan lakukan nanti ketika sudah halal. Aku ingin sekali memasukimu dengan buas nanti," jelasnya waktu itu.
Tidak hanya sekali, Sam sanggup menolak ajakan Trisya. Trisya menghitung sudah lima kali, Sam berhasil menahan hasratnya.
"Baru kali ini gue dapetin cowo yang bisa menahan libidonya sama gue," ujarnya kemudian menenggak satu coktail.
Matanya mengedar mencari pria yang selama ini menjadi lumbung emasnya. Hanya tiga minggu dia mampu memiliki tas-tas branded yang harganya selangit. Belum lagi sepatu-sepatu, dress dan perhiasan. Betapa Sam memanjakan dirinya.
Sudah satu jam dan entah sudah berapa gelas koktail yang ia habiskan. Namun pria yang ia tunggu tidak ada.
"Mas, ini jam berapa ya?" tanyanya pada bartender setengah berteriak.
Suara bising tentu sudah terdengar dari ia masuk. Lampu disko sudah berputar. DJ tengah memainkan musik dengan asik. Berpuluh-puluh pasangan asik bergoyang di lantai dansa.
"Jam 22.13.. Kenapa, nyari Sam ya?" teriak pria peracik minuman itu sangat mengenal Trisya. Gadis itu sering wara-wiri di tempatnya dengan Sam.
"Iya, tapi sepertinya aku kesorean datang. Dia bisanya jam sebelas malam kan?" teriak Trisya.
"Iya, biasanya sih gitu. Masih satu jam lagi. Kamu nggak nyari target lain?" tawar bartender yang tengah meracik minuman.
"Emang ada yang lebih bagus dari Sam?" bartender itu tertawa mendengar pertanyaan konyol Trisya.
"Siapa yang bisa ngalahin Samhadi?" teriaknya sambil menggeleng.
Trisya hanya tersenyum. Ia pun mulai bosan menunggu. Tak ada salahnya ia melepas beban untuk berdansa sambil mencari incaran baru. Belum ia turun, bartender menahannya.
"Eits, mau kemana?" tanyanya sambil mencekal lengan Trisya.
"Gue mau happy lah!"
"Gue mau nawarin Lo sesuatu yang bisa buat Lo makin happy," tawar bartender.
"Apa? Jangan ngobat ya! Gue pulang mabuk aja dimarahin apa lagi sampai ngobat. Bisa-bisa gue digantung!" bartender itu tertawa.
"Nggak lah. Nih, lu liat cowok yang ada di atas sana. Kan Lu tau yang di atas itu kalo kantungnya nggak tebel, dia punya kartu unlimited. Tadi, dia masuk dengan gold card loh," jelasnya.
Trisya menatap tribun yang dipasangi kaca transparan. Sosok pria tampan tengah menenggak satu minuman. Trisya yakin, pria itu meminum Vodka atau sejenisnya.
"Setidaknya dia sama lah kaya Sam!"
Netra Trisya menatap iris biru di atas. Sepertinya, mata itu juga bertatapan dengannya. Trisya mengangkat gelas. Nampak pria itu pun mengangkat gelasnya.
"Tapi, gue kan nggak bisa ke sana!" ujarnya.
Bartender pun mengangguk lemah. Ia juga lupa, orang sembarangan tidak bisa masuk ke sana seenaknya.
Karena bosan. Trisya pun turun ke lantai dansa dan meliukkan tubuhnya. Beberapa pria mendekat. Menempel pada tubuhnya. Gadis itu begitu liar malam ini. Ia membangkitkan nyaris empat pria sekaligus. Bahkan sampai ada yang orgasme di tempat.
Tujuannya satu. Menarik mata biru di atas sana. Sedang di tribun sosok mata biru itu hanya memandang rendah gadis yang tengah meliuk seksi di bawah.
"B*tch!" makinya.
Pria itu sudah selesai dengan meeting bersama beberapa klien di tempat ini. Sebenarnya ini pertama kalinya ia masuk bar, sesuai permintaan rekan bisnis yang ingin bekerja sama dengannya.
Kini rekannya itu tengah memangku dua wanita berpakaian setengah telanjang. Kesepakatan sudah didapat dari tadi.
"Mister!" panggil seorang asisten yang tak kalah tampan dengannya.
"Let us go!" ajaknya pada asistennya.
Pria itu mengangguk. Lalu mereka berdua pergi bersama empat bodyguardnya. Meninggalkan tekannya yang tengah asik bermaksiat.
bersambung.
dih Trisya ngarep dapat bule.
next?
mertuaq awalnya baik. tapi stlh operasi bypass jntng, mnm bnyk obat, jadi brubah spt kurang waras. ada yg brpndpt krn kravunn obat