Agnia, 24 tahun terjebak cinta satu malam dengan Richard Pratama akibat sakit hati kekasihnya Vino malah menikah dengan adik sepupunya.
Melampiaskan kemarahannya, karena keluarganya juga mendukung pernikahan itu karena sepupu Nia, Audrey telah hamil. Nia pergi ke sebuah klub malam, di sana dia bertemu dengan seseorang yang ternyata telah mengenalnya dan mengaguminya sejak mereka SMA dulu.
Memanfaatkan ingatan Nia yang samar, kejadian malam itu. Richard minta Nia menikahinya, dan menafkahinya.
Tanpa Nia sadari, sebenarnya sang suami adalah bos baru di tempatnya bekerja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28. Bertemu Candra
Di dalam mobil, ponsel Agnia berdering. Dan itu dari Karin.
"Halo..."
[Nia, aku ijin ya hari ini. Perutku gak enak banget ini. Tolong kasih tahu pak Bowo, ini baru mau ke dokter, nanti aku minta kurir kirim surat dokternya deh ya]
Nia membulatkan matanya. Dia juga mau ijin hari ini, karena dia mau ke perusahaan Marshal mengantar dokumen proposal yang sudah dia ambil dari perusahaan ayahnya.
Tapi, dia pikir, dia memang harus lebih mendahulukan Karin yang sakit perut.
"Oke, oke"
Nia mengiyakan, meski sebenarnya dia juga akan segera menghubungi Angel untuk mengatakan hal yang sama seperti yang Karin katakan padanya, pada Angel.
Panggilan itu berakhir, tapi baru mau menghubungi Angel. Ponsel Nia kembali berdering.
"Ya ampun, hari ini hari sibuk ponselku sepertinya" gumamnya yang langsung menerima panggilan telepon itu.
Karena memang ponselnya sudah terhubung dengan earphone bluetooth yang dia gunakan.
"Halo..."
[Kamu dimana?]
Setelah mendengar suaranya, baru Nia melihat layar ponselnya. Itu adalah panggilan telepon dari Richard.
"Aku di mobil"
[Mau kemana?]
"Mau ke perusahaan Marshal, katamu aku harus mengajukan lagi proposal ayah kan?" tanya Nia.
[Jadi, kamu akan datang ke Marshal?]
Suara Richard terdengar begitu antusias.
"Iya, karena ayahku sedang sakit. Dia terlalu memikirkan semua ini. Tapi, kamu yakin bisa bantu aku? bagaimana caranya? apa kamu kenal salah satu panitia pendaftaran proposal nya?" tanya Nia pada Richard.
[Kamu temui pria bernama Felix, dia akan mengatur semuanya untukmu. Aku akan menemui mu saat aku sampai disana]
"Tapi kudengar, untuk masuk kesana sangat sulit. Harus punya janji dulu, memangnya..."
[Istriku yang nakal, aku sudah bilang padamu kan. Katakan saja kamu sudah buat janji dengan Felix. Katakan saja pada resepsionis yang ada di sana, kamu adalah nyonya Richard]
Nia terkekeh pelan. Meski dirinya gugup saat ini. Tapi kata-kata Richard membuatnya terhibur. Rasanya dia jadi ikut berhalu dengan pria itu, seperti terbawa.
"Ucapan mu begitu meyakinkan. Mungkin jika aku tidak tahu apa pekerjaan mu, aku akan mengira kamu pemilik perusahaan itu ha ha ha"
[Memang aku]
Tawa Nia segera berhenti.
"Apa? bercanda mu sama sekali tidak lucu" sela Nia.
Nia pada akhirnya menghela nafas panjang. Dia rasa suaminya itu terlalu berhalusinasi tinggi.
"Jangan mimpi terlalu tinggi Richard, saat kamu jatuh nanti akan terasa sakit. Dan jangan bawa aku dalam mimpi mu ya. Aku masih sayang pinggang ku"
[Nyonya Richard sungguh tidak percaya, baiklah. Buktikan saja sendiri. Katakan saja, kamu nyonya Richard. Maka semuanya akan berjalan lancar]
"Baiklah, baiklah. Aku akan ingat itu, kata sandinya 'Nyonya Richard' kan? aku akan ingat baik-baik"
[Pintar, aku akan memberimu hadiah saat bertemu. Hati-hati mengemudi ya]
"Oke"
Panggilan telepon itu berakhir. Tapi, di akhiri dengan tawa kecil dan gelengan kepala oleh Nia. Dia masih tidak bisa mempercayai apa yang di katakan Richard.
Namun, sebenarnya sejak awal meski dia sangsi, sadar atau tidak, Nia terus mengikuti dan melakukan seperti apa yang di katakan oleh Richard. Nia benar-benar istri yang sangat menurut pada suami.
Beberapa lama kemudian, setelah mengatakan pada Angel kalau dia dan Karin tidak bisa masuk kantor hari ini. Nia sampai di perusahaan Marshal.
Melihat betapa besar dan megahnya perusahaan itu. Nia sekarang tahu, kenapa banyak orang ingin bekerja sama dengan perusahaan itu termasuk ayahnya.
Nia keluar dari dalam mobil, setelah menemukan tempat parkir.
Dia menghela nafas panjang, sebelum membawa proposal perusahaan ayahnya masuk ke perusahaan itu.
"Selamat pagi, selamat datang di Marshal Grup, ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang resepsionis di sana.
Nia ingat, dia harus menemui pria bernama Felix.
"Selamat pagi mbak, aku sudah ada janji dengan tuan Felix" jawab Nia.
Sebenarnya dia tidak tahu siapa Felix, tapi karena suaminya memintanya mengatakan seperti itu, Nia ya mengikuti saja.
Resepsionis itu tampak memperhatikan Nia. Dari tas, mereka pakaiannya. Resepsionis itu tidak meragukan, kalau Nia mengenal Felix. Tas yang di pakai oleh Nia itu harganya puluhan juta. Itu dari ayahnya.
"Sebentar, dengan mbak siapa?" tanya resepsionis itu.
"Nia... eh, nyonya Richard"
Mata resepsionis itu membulat.
"Nyonya Richard?" ulangnya.
Resepsionis itu menatap Nia antara percaya dan tidak percaya. Tapi, di lihat dari outfit Nia yang memang kalau di total dari baju, tas, sepatu dan jam tangan bisa sampai 50 juta lebih. Rasanya, resepsionis itu lumayan percaya. Tapi kok, datangnya seperti itu, bukankah seharusnya kalau nyonya Richard, dia akan langsung naik lift dan ke ruangan Presdir. Jadi, resepsionis itu juga bertanya-tanya, makanya masih antara percaya atau tidak percaya sebenarnya.
Nia mengangguk dengan cepat, dia juga menunjukkan senyum paling ramahnya pada resepsionis itu.
Resepsionis itu segera menghubungi Felix. Tentu saja, dia juga harus melakukan konfirmasi agar tidak salah. Atau agar tidak asal mempersilahkan orang yang hanya asal mengaku saja.
Selagi resepsionis itu menghubungi Felix, suara tertawa terdengar di belakang Nia.
"Ha ha ha, bukankah ini mantan calon menantuku yang tidak jadi itu?"
Nia menghembuskan nafas kasar. Dia kenal suara itu, itu adalah suara mantan calon ayah mertuanya. Dia tentu saja mengenalnya. Dia sudah dua tahun sering bertamu ke rumah pria tua itu dengan membawa banyak hadiah juga.
Sebenarnya Nia malas sekali menghadapi Candra. Tapi, dia lebih muda. Dan orang tuanya selalu mengajarkan kepadanya, kalau dia harus menghormati orang yang lebih tua. Meski malas dan cenderung jengah, Nia pun berbalik dan mencoba untuk mengulas sedikit senyum di wajahnya. Hanya sedikit, bahkan nyaris tidak terlihat.
Apalagi, Candra tampak datang dengan beberapa orang yang pakaiannya sangat formal dan mahal pastinya.
"Selamat pagi om"
Nia mencoba menyapa dengan baik dan sopan. Meski pria di depannya itu sebenarnya tak layak dia sapa. Dia dan anaknya sudah mencuri ide ayahnya dan tim perusahaan ayahnya.
Pandangan mata Candra langsung mengarah ke proposal yang di pegang oleh Nia.
"Hei, apa itu? bukankah itu proposal jiplakan dari proposal ku, ayahmu sudah di usir dari sini karena menyerahkan proposal jiplakan, kamu datang lagi? proposal jiplakan siapa lagi yang kamu bawa?"
Nia sungguh kesal sekali mendengar ucapan Candra. Sekarang, dia bisa membayangkan bagaimana kemarin ayahnya di hina. Pasti lebih parah dari ini, padahal jelas-jelas ayahnya membawa proposal asli, dan yang menjiplak itu Vino dan ayah Vino.
"Sepertinya itu dokumen yang kemarin, tuan Indra apa sudah seputus asa itu, sampai menyuruh anak perempuan nya atau... " tiba-tiba Candra menghentikan ucapannya, lebih tepatnya menjeda ucapannya karena otaknya memikirkan hal licik lainnya.
"Atau apa tuan Candra?" tanya pria di sampingnya. Seorang pengusaha juga, yang akan menghadiri keputusan pemenang tender hari ini.
"Atau jangan-jangan, kamu datang untuk merayu pihak panitia?"
Mata Nia membelalak sempurna. Dia tidak menyangka, ternyata mantan calon mertuanya itu adalah orang yang sangat ber pemikiran picik seperti itu.
"Wah, parah sekali tuan Indra ini!"
"Apa dia memang seperti itu? melakukan segala cara..."
"Cukup! ayahku tidak seperti itu. Dan kamu tuan Candra, aku benar-benar bersyukur aku tidak jadi menikah dengan putramu yang curang itu!"
"Apa katamu, berani sekali..."
Grepp
Candra hampir menampar Nia, untungnya seseorang menahan tangan Candra, saat akan melayangkan tangannya itu ke arah wajah Nia.
***
(Nia be like: Jangan berpikir yang datang itu seperti harapan kalian readers tersayang. Jangan berharap banyak pada author ya, kadang pikiran author itu di luar prediksi BMKG)
Bersambung...
Author typo ada 3 kalau gak salah di part ini