Memiliki julukan sebagai anak pembawa sial, tak membuat gadis bernama Chessy larut dalam kesedihannya. Ya, anak pembawa sial adalah julukannya sejak dia di lahirkan, karena kelahirannya yang berbarengan dengan kematian kedua orang tuanya.
Kehidupan yang begitu menderita membuatnya tak lantas putus asa, dia selalu meyakinin bahwa akan ada pelangi setelah hujan, akan ada kebahagiaan setelah penderitaan, dan inilah yang selalu di rindukan Cheesy, Merindukan Pelangi saat hujan.
Dapatkah Cheesy menemukan kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma Banilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teringat perusahaan Pak Heru
Pagi ini, seperti biasa Langit dan Kenzie joging bersama. Rutinitas yang selalu mereka lakukan saat weekend.
Setelah Joging, Langit dan Kenzie mampir ke tukang bubur ayam yang tak jauh dari tempat mereka joging.
"Bubur ayamnya dua ya Pak." Ucap Langit memesan bubur.
"Baik Mas." Sahut tukang bubur langganan mereka lalu segera menyiapkan pesanan mereka.
Langit dan Kenzie duduk di bangku yang sudah disiapkan untuk para pelanggan makan, menunggu pesanan mereka jadi.
"Jadi bagaimana Ken? Apa kamu dan Cheesy sudah ada gambaran mau melanjutkan kuliah dimana?" Tanya Langit.
"Sudah Pah, Cheesy juga kemarin sudah menyampaikan pada Kenzie tentang jurusan yang akan dia ambil." Jawab Kenzie.
"Oh ya, lalu jurusan apa yang Cheesy ambil nak?" Tanya Langit.
"Permisi Mas, ini buburnya." Ucap tukang bubur meletakan buburnya dia atas meja.
"Terimakasih Pak." Ucap langit.
"Jadi bagaimana Ken? Jurusan apa yang Cheesy dan kamu ambil?" Tanya Langit melanjutkan pertanyaan yang tadi.
"Kalau Cheesy ingin mengambil jurusan manajemen bisnis Pah, kayanya ingin menjadi seperti Kakek Heru." Jawab Kenzie.
Langit pun kembali teringat dengan Pak Heru yang merupakan Ayah dari Sahabatnya. Dia ingat Pak Heru adalah pebisnis yang handal, perusahaannya maju dengan pesat dan bahkan bisa dibilang sangat sukses.
"Bagaimana kondisi perusahaan Pak Heru sekarang ya? Apa mungkin sudah gulung tikar? Atau ada yang meneruskannya." Batin Langit.
"Sebaiknya nanti aku berkunjung kesana deh." Sambungnya dalam hati.
"Pah? Papah." Panggil Kenzie saat menyadari papahnya malah melamun.
"Ah, iya nak?" Sahut Langit yang baru tersadar dari lamunannya.
"Papah kenapa? Kok malah melamun?" Tanya Kenzie.
"Ngga apa apa sayang." Jawab Langit.
"Oh ya, lalu kamu bagaimana Ken? Mau melanjutkan kemana?" Tanya Langit sembari menyendokan bubur kedalam mulutnya.
"Sepertinya Kenzie ingin mengambil fakultas kedokteran Pah." Jawab Kenzie.
"Uhuk Uhuk." Langit tersedak.
Mendengar Kenzie yang ingin kuliah kedokteran membuat Langit terkejut, pasalnya selama ini tidak pernah ada pembicaraan ke arah sana.
Selama ini langit mengira Kenzie akan daftar jadi polisi atau mungkin akan kuliah di jurusan bisnis untuk melanjutkan perusahaan keluarga.
"Minum dulu Pah." Ucap Kenzie memberikan air minum pada Langit.
"Kamu serius ingin kuliah kedokteran Ken?" Tanya langit memastikan.
"Iya bener Pah." Jawab Kenzie yakin.
"Tapi apa alasannya?" Tanya Langit.
"Emang harus ada alasan Ya Pah?"
"Setidaknya apa motivasi yang membuat kamu ingin menjadi dokter."
"Hmmmm, Papah inget ngga dulu waktu Mamah sakit tapi ngga bawa di bawa ke rumah sakit, Papah memanggil dokter ke rumah kan, aku melihat bagaimana dokter itu memeriksa Mamah dan setelah minum obat dari dokter itu, Kondisi Mamah membaik, aku sempat kagum Pah sama dokternya, dan aku berpikir ternyata pekerjaan dokter itu begitu mulia Pah, jadi sejak saat itu, Kenzie sangat ingin menjadi dokter." Terang Kenzie.
"Baiklah, Papah pikir kamu akan mendaftar ke Akpol atau kuliah di jurusan bisnis untuk melanjutkan perusahaan keluarga, tapi ternyata kamu lebih tertarik menjadi dokter." Ucap Langit.
Setelah selesai makan bubur, Langit segera membayar dan juga sekalian memesan satu bungkus bubur untuk istrinya.
Mereka pun segera pulang ke rumah, sesampainya di rumah terlihat Ranti berada di teras rumah sedang menyiram bunga.
"Assalamualaikum." Ucap Langit dan Kenzie.
"Wa'alaikumsalam, Kalian sudah pulang." Ucap Ranti.
"Sudah Mah, ini Papah belikan bubur untuk Mamah." Ucap Langit mengangkat kantong plastik berwarna putih lalu hendak memberikannya pada Ranti.
"Terimakasih Pah, tapi bisa tolong bawa ke dapur ngga Pah, tangan Mamah kotor tadi habis nyabut rumput." Ucap Ranti.
"Iya sayang, tapi nanti jangan lupa di makan ya." Ucap Langit.
"Iya Pah." Sahut Ranti yang kembali fokus menyiram bunga.
"Kenzie masuk dulu ya Mah, Pah." Pamit Kenzie pada kedua orang tuanya lalu gegas melangkah masuk rumah.
"Papah juga masuk ya Mah, gerah banget mau mandi." Ucap Langit.
"Iya Pah." Jawab Ranti.
***
Sementara di rumah Pak Bandi, Cheesy menghabiskan waktu liburannya dengan membersihkan rumah, mencuci baju dan piring, serta memasak untuk sarapan.
Semua itu sudah menjadi kebiasaan Cheesy setiap hari, hanya saja saat libur Cheesy melakukan nya sedikit agak siang, sedangkan kalau hari biasa, Cheesy melakukannya sebelum dan sesudah Shalat subuh.
"Masak apa sayang? Baunya enak banget." Tanya Pak Bandi saat masuk ke dapur dan mencium aroma yang sedap dari masakan Cheesy.
"Ini Kek, Cheesy masak rendang daging." Jawab Cheesy.
"Tumben masak daging." Ucap Pak Bandi.
"Iya kek, kebetulan Cheesy ada sedikit rejeki, sekali kali Cheesy ingin memasak masakan yang enak untuk kakek dan nenek." Ucap Cheesy.
"Oh ya kek, apa ngga sebaiknya kita bawa nenek ke dokter kek?" Ucap Cheesy yang mengkhawatirkan kondisi neneknya yang sedang sakit.
"Kakek juga maunya gitu Sy, tapi nenek terus menolak, Kakek sudah membujuknya berkali-kali tapi tetep aja nenek ngga mau di bawa ke dokter." Keluh Pak Bandi yang bingung menghadapi istrinya yang sedang sakit.
"Ya sudah nanti Cheesy belikan obat saja kek di apotik." Ucap Cheesy.
***
"Mau kemana Pah? Kok rapih banget?" Tanya Ranti saat masuk ke kamarnya dan melihat Langit terlihat sudah rapih.
"Iya Mah, Papah mau melihat perusahaan Om Heru."
"Om Heru Ayahnya Gilang ya Pah?" Tanya Ranti.
"Iya Mah, Papah penasaran bagaimana kondisi perusahaan itu sekarang, apa sudah gulung tikar atau ada yang melanjutkan." Jawab Langit.
"Mamah tidak apa-apa kan kalau Papah tinggal?" Tanya Langit.
"Kaya ngga biasanya aja Pah, Mamah kan sudah terbiasa di tinggal papah dinas." Jawab Ranti.
"Sini Mah." Pinta Langit agar Ranti mendekat, Ranti pun segera mendekat dan Langit langsung memeluknya.
"Maaf ya, Papah sering tidak punya waktu untuk Mamah." Ucap Langit yang merasa bersalah pada istrinya.
"Tidak apa apa Pah, Mamah ngerti kok." Sahut Ranti.
"Hmmmm bagaimana kalau Mamah ikut papah saja, nanti pulang dari sana kita jalan jalan sebentar, mumpung Papah libur." Ajak Langit.
"Serius Pah?" Tanya Ranti dengan wajah yang terlihat bahagia.
"Iya sayang, sekarang kamu bersiap ya, aku tunggu di depan." Jawab Langit.
"Oke Pah." Ucap Ranti yang segera masuk ke kamar mandi.
Tak butuh waktu lama, Ranti sudah siap untuk pergi, Langit yang sudah menunggu di mobil segera melajukan mobilnya saat Ranti sudah masuk dan duduk tenang di dalam mobil.
"Ini perusahaannya Pah?" Tanya Ranti saat Langit berhenti di depan gedung perkantoran yang begitu luas.
"Iya Mah, ini perusahaan Pak Heru, dan di lihat dari luar sepertinya perusahaan ini tetap berjalan dengan baik." Jawab Langit yang melihat nama perusahaan itu bahkan masih sama seperti dulu.
"Martadinata Wardana grup."
"Coba kita tanya sama satpam nya Pah." Usul Ranti karena kebetulan hari weekend jadi perusahaan itu nampak sepi.
"Iya sayang." Jawab Langit yang segera turun dari mobil dan menghampiri Satpam yang berjaga disana.
"Selamat pagi Pak." Sapa Langit.
"Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Satpam itu.
"Begini Pak, kebetulan saya ini kerabat dari almarhum Pak Heru pemilik perusahaan ini, saya ingin tau bagaimana perkembangan perusahaan ini tanpa Pak Heru ya pak?" Tanya Langit.
Satpam itu menelisik penampilan Langit dari atas hingga bawah, dia ingin memastikan apakah laki laki ini benar kerabat dari Pak Heru pemilik perusahaan atau hanya mengaku saja.