NovelToon NovelToon
AKU BUKAN WANITA PEMBAWA SIAL

AKU BUKAN WANITA PEMBAWA SIAL

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Selingkuh / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:1.8M
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

“DASAR WANITA PEMBAWA SIAL KAU, DHIEN! Karena mu, putraku meninggal! Malang betul hidupnya menikahi wanita penyakitan macam Mamak kau tu, yang hanya bisa menyusahkan saja!”

Sejatinya seorang nenek pasti menyayangi cucunya, tetapi tidak dengan neneknya Dhien, dia begitu membenci darah daging anaknya sendiri.

Bahkan hendak menjodohkan wanita malang itu dengan Pria pemabuk, Penjudi, dan Pemburu selangkangan.

"Bila suatu hari nanti sukses telah tergenggam, orang pertama yang akan ku tendang adalah kalian! Sampai Tersungkur, Terjungkal dan bahkan Terguling-guling pun tak kan pernah ku merasa kasihan!" Janji Dhien pada mereka si pemberi luka.

Mampukah seseorang yang hanya lulusan Sekolah Menengah Pertama itu meraih sukses nya?

Berhasilkah dia membalas rasa sakit hatinya?

Sequel dari ~ AKU YANG KALIAN CAMPAKKAN.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DHIEN ~ Bab 03

Aku bahkan tak tahu, bagaimana rupa Ayah.

......................

“Sudah hampir petang mengapa tak menghidupkan lampu penerangan, Mak?” Dhien tersenyum lembut, tidak langsung menjawab pertanyaan ibunya, dia berjalan ke meja tungku mengambil korek kayu, lalu ke ruang tamu tidak seberapa luas meraih lampu teplok yang tergantung di dinding tembok, membuka kacanya dan memutar sumbu.

Saat ini, listrik belum masuk di wilayah pemukiman transmigrasi, para warga menggunakan lampu teplok, adapun yang ekonominya lebih bagus maka akan menghidupkan lampu petromak.

“Duduk sini, Mak!” Dhien menggelar tikar anyaman daun pandan yang sudah terlihat usang.

Emak Inong yang sedari tadi menatap intens gerak-gerik putrinya pun menurut, mereka duduk berhadapan, masih saling diam.

“Emak tahu darimana kabar tu?”

“Tadi Abang mu datang bersama istrinya! Nya cakap kalau kau sudah menerima perjodohan yang mereka atur, benar begitu?” tanyanya dengan suara sudah bergetar menahan tangis.

Dhien meraih tangan sang ibu yang sudah terdapat keriput. “Kurang lebih memang seperti tu, Mak. Tapi, tak perlu risau! Ini hanya sementara saja!”

“Mengapa, Dhien? Apa sebab kau menerimanya? Pasti karena Emak lagi ‘kan?”

“Tak benar tu, ini semua murni karena Dhien ingin terbebas dari belenggu cengkeraman menyakitkan mereka. Tolong! Jangan terus-terusan selalu menyalahkan diri sendiri, Mak!”

“Mamak tak ikhlas, tak ridho. Kau masih muda, mengapa harus dengan si Fikar anaknya Ramlah, yang terkenal bejat suka main wanita, Dhien?” suara Emak Inong nyaris tidak terdengar, terhalang isakan lirihnya.

Dhien merengkuh ibunya, menepuk punggung ringkih wanita kesayangannya. “Percaya sama Dhien, Emak! Kalau ni hanya permulaan menuju kesuksesan kita.”

“Ya Rabb, tak cukupkah nasib malang ni hanya menimpa diri ni, mengapa putri hamba yang sama sekali tak bersalah harus jua menanggungnya.”

“Sudah Mak, tak elok cakap macam tu! Dhien yakin dibalik setiap ujian pasti ada hikmahnya baiknya.” Dhien mengusap lembut punggung ibunya yang bergetar.

“Maafkan Emak Dhien, maafkan wanita lemah ini yang tak mampu bersuara apalagi memperjuangkan hak mu.”

“Abang, mengapa tak kau jemput diri ni? Daripada hidup, tapi menjadi beban dan penghalang kebahagiaan putri kita. Tolong bawa saya Bang!”

Air mata Dhien jatuh jua, dia mengeratkan dekapannya, hatinya begitu sakit mendengar ratapan pilu sang ibu yang selalu merasa kalau dirinya beban bagi sang anak.

“Cukup, Mak! Kalau Emak menyerah, lalu dengan siapa lagi Dhien harus bersandar? Cuma Emak, satu-satunya keluarga yang menganggap Dhien ada, bernyawa bukan sekedar nama. Tolong jangan cakap macam tu!” Dhien merelai pelukan mereka, membingkai wajah sembab ibunya.

Emak Inong menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju. “Andai Emak mati, mungkin langkah kaki mu lebih ringan, Nak! Kau bisa bebas kemana saja, tak perlu lagi mengurusi wanita tua berpenyakitan ni!”

“Lantas, apa gunanya Dhien hidup? Bila satu-satunya alasan diri ini bertahan lebih memilih berpulang ke Rahmatullah! Tak mengapa bila harus tertatih, tersungkur, bahkan berjalan di atas bara api sekalipun, asal masih ada Emak, Dhien rela!”

Suara tangis Emak Inong semakin kencang, ia meraung, menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.

Dhien membenamkan wajah pada kedua lututnya, suara isak nya terdengar pilu, hatinya bagai tersayat kala mengingat kalau dirinya sama sekali belum pernah merasakan pelukan sang ayah, dan neneknya.

“Astaghfirullah, Emak!” Dhien begitu terkejut kala membuka mata, ibunya sudah hendak mencoba bunuh diri lagi dengan memakan lingkaran obat nyamuk yang belum dihidupkan.

Emak Inong meronta-ronta kala tubuhnya di dekap erat. "Biarkan Emak mati saja, Dhien! Daripada terus menyusahkan mu!”

“Emak kira dengan mati bisa buat aku bahagia? Salah Mak!” Dhien memekik, masih memeluk erat ibunya. “Kalau memang merasa bersalah, tolong tebus dengan tetap hidup! Beri kesempatan bagi anak mu ni, untuk membuktikan kalau dirinya bukan Wanita Pembawa Sial!”

“Apa Dhien juga tak berarti di mata, Emak? Sehingga engkau memilih mati daripada menemani! Sebenarnya salah diri ini apa? Mengapa selalu mendapatkan penolakan?” Dhien melepaskan pelukannya, kedua tangannya menarik kuat surainya.

“Nak ….” ratapan putus asa sang anak berhasil menyadarkan Emak Inong.

Dhien kembali memeluk lututnya, netranya menatap nanar sang ibu. “Masih sampai hati nak cakap mau mati, Mak? Lantas kalau Mamak sudah tiada, siapa lagi yang akan menceritakan tentang Ayah, yang bahkan rupanya saja Dhien tak tahu! Hanya dari mulut Emak seorang diri ini mengenal sosoknya, bagaimana tampannya ia, apalagi bila tersenyum, maka matanya akan mirip bulan sabit.”

“Maaf, maafkan Emak, Dhien!” Emak Inong gantian memeluk Dhien dari samping, mengecup bertubi-tubi pelipis anak perempuan malangnya yang sama sekali tidak tahu bagaimana wajah ayahnya.

***

Flashback.

Sebelum kelahiran Dhien.

“Apa tak bisa Abang membatalkan rencana bekerja di ibu kota?” pinta Emak Inong penuh harap, dirinya sedang hamil enam bulan.

“Sayang, tak mungkin kita terus terpuruk dengan hidup pas-pasan. Sebentar lagi kau melahirkan, bertambah lah anggota keluarga kecil kita. Upah Abang sebagai buruh cangkul, sudah tentu tak cukup!” Syamsul mencoba memberi pengertian, sebenarnya dirinya juga berat meninggalkan sang istri yang tengah hamil, apalagi putra sulungnya juga masih kecil.

“Tapi, bisakah kami tetap tinggal di sini saja, Bang? Tak perlu pindah ke rumah Mamak!” Emak Inong menggenggam tangan suaminya, sementara Zulham bermain mobil-mobilan yang terbuat dari papan.

“Mana mungkin Abang tega meninggalkan kalian di rumah yang belum jadi ni, lantai masih tanah, jendela pun bukan kayu, tetapi hanya karung goni. Kau tenang saja! Mamak sudah berubah, nya betulan telah menerima kita.”

Keputusan Syamsul sudah tidak bisa diganggu gugat, hari itu juga mereka pindah ke rumah Nek Blet yang lebih layak, dikarenakan sudah bangunan permanen.

Memang benar kalau Nek Blet sudah berubah menjadi baik, menerima sang anak serta menantu dengan tangan terbuka, apalagi melihat Zulham yang tampan. Tapi, semua itu hanya sandiwara semata.

.

.

Selepas Syamsul pergi merantau, dimulai lah penderitaan Emak Inong.

“Sudah tahu melarat, bukannya sadar ekonomi sedang susah, malah sok-sokan tambah anak! Dasar menantu tak berguna kau, Inong!” cibir Nek Blet begitu tidak berperasaan.

“Kasihan kali ku tengok Abang ku tu, selama menikah dengan kau, hidupnya begitu miskin, rupanya pun macam gembel. Kau bukan cuma tak tahu diri, Inong. Tapi, tak pandai mengurus suami! Bisanya hanya menjual wajah menyedihkan agar dikasihani!” Ayie ikutan mencecar kakak iparnya, padahal dirinya juga sedang mengandung.

Hari-hari Emak Inong selama di rumah mertuanya begitu memprihatinkan, dijadikan pembantu gratisan, dijauhkan dari si Zulham yang kala itu masih berumur 4 tahun.

***

“Mana uang gaji anakku, Inong?” Nek Blet merampas surat berisi uang gaji Syamsul, yang dititipkan pada temannya kala pulang kampung.

Emak Inong tidak bisa berbuat apa-apa, diam dan mengalah adalah jalan yang diambilnya. Sudah dua kali suaminya mengirimkan uang, tetapi selalu diambil ibu mertuanya.

Suatu siang yang cerah, kabar duka itu datang tiba-tiba. Sebuah mobil ambulance memasuki pekarangan rumah Nek Blet.

Emak Inong yang sedang membalik pakaian di jemuran samping rumah ibu mertuanya, mengernyitkan dahi.

“Kami datang dengan membawa jenazah Bapak Syamsul, beliau meninggal dunia dikarenakan kecelakaan kerja, tertimpa reruntuhan bangunan rumah yang hendak dirobohkan!”

Suara itu bagaikan godam yang menghantam tepat ulu hati Emak Inong, tubuhnya nyaris terjengkang, matanya berkunang-kunang, ia kesusahan bernapas.

BUGH.

.

.

"Ternyata laku jua si anak Pembawa Sial tu, lumayan lah dapat dua ekor Kambing jantan."

.

.

Bersambung.

1
windi chaldun
Luar biasa
Bunda Aish
🤦😅😅 astaga Meutia.... target berhasil kau hancurkan Dhien 👍 misi sukses
Bunda Aish
benar-benar sial keluarga si Fikar 😁
Bunda Aish
hebat kau Dhien, sesuai dengan nama mu sungguh lah wanita tangguh
Ria Karyawati
mana lanjutan cerita dien thor ?
katanya puasa ini
Cublik: Belum bisa nulis Kak, lagi sibuk banget, awal bulan saya ganti dengan karya baru ya Kak 🙏❤️
total 1 replies
Bunda Aish
salah satu yang kusukai dari cerita kakak nie bikin nostalgia jaman kecil dulu lah
arniya
cerita tentang adik amala sama juragan dong kak??!
arniya: ditunggu kak
Cublik: awal bulan ya Kak ❤️
total 2 replies
Nilam Payakumbuh12
terus berkarya cublik cerita" mu bagus,💪💪💪💪
Cublik: Terima kasih Kakak🥰
total 1 replies
arniya
luar biasa kak
Cublik: Terima kasih ya Kak 🙏❤️
total 1 replies
Iftitah Ifti
sangat bagus Dan memuaskan /Heart/
Cublik: Terima kasih Kakak 🙏❤️
total 1 replies
Irma Luthfah
novel nya keren Luar biasa
Cublik: Terima kasih ya Kak 🙏❤️
total 1 replies
Ari Sawitri
aiiihhhh Ikhram kau membuat aku berbunga bunga 😍🤭🥰
Irma Luthfah
kalo waras mah kan alhamdulillah demen betul liat nya ini, eh bacanya maksud nyah
Irma Luthfah
ya Allah aku baca sambil ketawa ngik ngik loh ini
Cublik: 😁😁😁😁😁😁
total 1 replies
Ari Sawitri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Mawar Hitam
Kapan ya kak Cublik bikin karya lagi. rindi sama trio cebol, si banh talzan, intan dan dua kembar usil dan Siron yang bijak.
Mawar Hitam: Alhamdulillah..semoga porsi tri cebol.dan. ibang rusuh Intan semakin banyak kak
Cublik: Awal bulan nanti ada karya baru Kak 💪🥰
total 2 replies
Ari Sawitri
aku kok yg deg deg an😄😄😍
duh Abang Agam bikin diriku malu🤭
Cublik: Hehehe 😁
total 1 replies
Farida P
Gmn kabar,Thor...
Kumenanti BONCHAP nya
Sehat selalu thor
Farida P: Alhamdulillah..smoga Allah mudahkan..lancar semua urusan Aamiin
Cublik: Alhamdulillah baik Kak, tapi lagi sibuk buat pesanan makanan 😊

Awal bulan rencana rilis karya baru ❤️
total 2 replies
Lina Suwanti
akhirnya Dhien berjodoh dgn Dzikri.....di tunggu kisah selanjutnya kak
Cublik: Terima kasih banyak ya Kak 🙏❤️

Awal bulan nanti Kak
total 1 replies
Lina Suwanti
ceritanya bagus kak,,saya bacanya berasa ada dlm cerita.....jg jd tau bagaimana kisah kehidupan para transmigran
Cublik: Terima kasih banyak Kak 🙏❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!