Tentang kisah seorang gadis belia yang tiba-tiba hadir di keluarga Chandra. Gadis yang terluka pada masa kecilnya, hingga membuatnya trauma berkepanjangan. Sebagai seorang kakak Chaandra selalu berusaha untuk melindungi adiknya. Selalu siap sedia mendekap tubuh ringkih adiknya yang setiap kali dihantui kelamnya masa lalu .
Benih-benih cinta mulai muncul tanpa disengaja.
Akankah Chandra kelak menikahi adiknya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chinchillasaurus27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mimpi Buruk Atau?
Gaby's POV
Aku sekarang lagi rebahan di kamar sambil mainin ponsel. Aku udah mandi, udah keramas juga. Kedua kakiku, aku lurusin ke atas tembok. Pegel gaes habis latihan senam sama anak-anak tadi.
"By gue keluar dulu ya?" ucap Chandra yang lagi berdiri di ambang pintu kamarku.
Pasti sama Kak Silvy.
Aku lantas berpikir sebentar.
"Terus gue gimana? Masa sendirian di rumah?"
"Gue takut hantu Chan."
"Kalo tiba-tiba listriknya mati gimana?"
"Kata Mama, lo gak boleh keluar malem, masih sakit loh."
Aku memberondong berbagai alasan untuk mencegahnya keluar.
"Alah cuma sebentar kok, nemenin Silvy beli senar gitar doang." ucap dia.
Yaudah deh, aku ijinin aja. Lagian kasihan Kak Silvy kan jarang-jarang pulang ke Indo.
"Mau dibeliin apa?" tanya Chandra.
"Gausah, mau tidur aja." ucapku lalu menarik selimut.
Chandra kemudian pergi.Tinggallah aku sendirian di rumah. Aku sebenarnya takut kalo ditinggal sendirian. Pikiranku tuh kemana-mana, takut kalo ada hantu, takut tiba-tiba mati lampu, takut diculik terus diperkaos. Negatif banget kan pikiranku.
"Kak Ken kan punya hutang nonton sama gue." ucapku dalam hati.
Langsung aja aku chat deh dia. Daripada sendirian dirumah lebih baik aku nonton kan. Lagian masih jam setengah 7, nanti jam 9 juga udah pasti nyampek dirumah.
Chandra pasti juga lama pulangnya, bohong banget kalo katanya sebentar.
Kak Ken lalu membalas chatku. Dia bilang oke lalu menyuruhku buat siap-siap. Langsung aja aku buka lemari buat pilih baju.
"Gue pakek baju apa ya?" Aku bingung mau pakek baju apa, bajuku cuma itu-itu aja soalnya.
Tiba-tiba kak Ken udah manggil-manggil dari bawah. Langsung aja aku samperin.
"Kok kak Ken udah dateng?" tanyaku dari atas tangga.
"Gue lagi ada dideket sini tadi, makanya cepet." ucap kak Ken sambil mendongak ke atas, ngeliat ke arahku.
"Bentar ya." ucapku, kemudian berlari kembali ke kamar.
"Oke."
Aku buru-buru ganti baju lalu dandan sebentar. Aku gak enak kalo udah ditungguin, kasihan aja sama yang nungguin masa iya aku lama-lamain.
Selesai siap-siap aku langsung turun.
Aku menghampiri kak Ken yang lagi duduk di meja makan.
"Yuk kak." ajakku.
"Ayukk." ucap kak Ken, lalu dia mengamatiku dari atas sampai bawah.
Aku menaikkan kedua alisku. Kenapa? Ada yang salah ya? Apa jangan-jangan aku salah kostum?
"Tumben lo cantik banget." puji kak Ken. Aku auto salting lah.
"Ya emang gue udah cantik dari lahir, masa lo baru tau sih?" Lah kok aku ketularan kak Sean gini sih, jadi kepedean.
Kak Ken cuma terkekeh lalu menggandengku menuju mobilnya.
Pukul 9 kita akhirnya selesai nonton. Sekarang kita otw ke parkiran.
"Kita mau kemana lagi nih?" tanya kak Ken ketika memasuki mobil.
"Pulang dong."
"Oke kalo gitu."
Di dalem mobil kita ngobrol-ngobrol. Kita juga membahas soal film tadi.
"Besok-besok nonton yang romance aja dong kak." ucapku.
"Ih bucin lo ya?" kak Ken malah ngeledek.
"Gak gitu, sumpah gue udah nyerah kalo yang horor-horor."
"Gak greget kalo gak horor By. Sayang uangnya." ucapnya yang masih fokus nyetir.
"Yaudah lo nonton sendirian aja, gue mau nonton romance sama Chandra."
"Kak Chandra." ucap kak Ken, membenarkan. "Lo kalo manggil Chandra pakek Kak dong, dia kan kakak lo."
Kak Ken emang udah berkali-kali ngingetin diriku buat manggil Chandra dengan embel-embel kak.
"Iyaa gue usahain deh." ucapku daripada kak Ken ngomel-ngomel ya kan.
"Loh kok kita berhenti disini?" tanyaku karena tiba-tiba kak Ken memberhentikan mobilnya di pinggir jalan.
"Ayok makan pecel lele dulu." ajak kak Ken yang sekarang lagi melepas sabuk pengamannya.
Tapi aku kan udah makan tadi dirumah, sama Chandra dibikinin omelet gosong. Gak papa kali ya aku makan lagi, biar gemukan dikit nih badan.
Aku lalu menyusul kak Ken yang barusan turun dari mobil.
"Bang. Pecel lele nya 2 ya, banyakin nasi sama lele nya yang gede." ucap kak Ken pada abang-abang penjualnya. Abangnya lalu mengangguk.
Kita kemudian masuk ke dalam tenda yang sekelilingnya ditutupin spanduk gede tulisan pecel lele sama ada gambar lelenya.
Kita lalu duduk di bangku panjang. Aku lihat jam tanganku, udah pukul 9 lebih. Gak papa kali ya pulang agak telat.
Akhirnya pesenan kita udah jadi, langsung aja kita eksekusi.
Kak Ken kelihatannya udah langganan disini. Dia akrab banget sama abang penjualnya, sama dia diajakin ngobrol terus.
Kita udah selesai makan, lalu kak Ken menghampiri abang penjualnya buat bayar. Aku cuma ngintilin dia dibelakang.
"Alhamdulilah sekarang udah punya pacar." kata abang penjualnya yang lagi melihatku.
"Bukan. Dia adeknya temen gue bang." ucap kak Ken sambil mengambil beberapa uang dari dalam dompetnya.
"Pas ya."
Kak Ken lalu mengangguk.
"Temenin beli dasi buat ngantor dulu ya By." ucap kak Ken.
Ta-tapi kak Ken ini udah jam 9 lebih 15 menit loh, kalo Chandra udah pulang duluan gimana? Aku besok juga masih sekolah, harusnya aku udah ada dikamar sekarang, siap-siap mau tidur.
"Oke kak Ken, kita beli dasi dulu." ucapku.
Kak Ken lalu melajukan mobilnya, kita berhenti di depan toserba besar. Kita langsung aja masuk ke dalam buat cari dasi mana yang cocok buat kak Ken. Kak Ken lagi pilih-pilih, aku juga bantuin pilihin dia.
"Lo emang maunya yang warna apa?" tanyaku.
"Yang warna cowok." jawab kak Ken yang lagi pegang salah satu dasi sambil ngelihat bandrol harga yang ada di belakangnya.
"Ini bagus." Aku nunjukin dasi warna biru dongker dengan motif garis-garis hitam pada kepadanya. Kak Ken lalu mendekatiku, dia mencoba memegang dasi yang ada ditanganku ini.
"Iya nih, kainnya juga bagus." ucap kak Ken.
"Harganya juga murah." imbuhnya setelah melihat bandrolnya.
"Ini aja By." Kak Ken lalu berjalan kearah kasir. Aku cuma ngintilin dia dibelakang.
"Lo gak beli apa gitu?"
"Emang lo mau beliin?" Aku ganti tanya balik.
"Emm enggak juga."
Sudah kuduga.
Aku hanya menghela napas panjang.
"Haha..." Kak Ken ketawa sembari mengacak-acak rambutku.
Kita sekarang lagi antri buat bayar. Lumayan antriannya agak panjang.
Saat kita lagi ngantri, tiba-tiba aku lihat Chandra sama Kak Silvy lagi ngedorong trolly belanjaan dari kejauhan.
Mataku auto melotot, kaget dong ternyata mereka beli senar gitarnya disini.
"Lo kenapa?" tanya kak Ken yang mungkin heran sama keadaanku yang mendadak begini.
"Ada Chandra." jawabku sambil menunjuk ke arah Chandra yang lagi milih-milih barang. Kak Ken langsung aja menoleh ke arah yang aku maksud. Dia menyipitkan matanya biar kelihatan, soalnya dia minus.
"Lo bukannya udah ijin tadi?"
Aku menggeleng.
Chandra sama Kak Silvy tiba-tiba mendorong trolly belanjaannya ke arahku sama kak Ken.
"Mampus, kayaknya mereka udah mau bayar."
Langsung aja aku sembunyi di belakang tubuh kak Ken. Dadaku tiba-tiba deg-degan hebat.
"Kak Ken, gue pasti bakalan dimarahin nih." bisikku.
Kak Ken langsung meraih tanganku, membantuku untuk bersembunyi dengan rapat-rapat jangan sampai terlihat.
Tapi...
"Woii Ken!!!" suara Chandra dari kejauhan.
Chandra malah tau keberadaan kak Ken. Dia memanggil kak Ken dengan lantang dan menghapiri kita.
"Woiii Chan!!!" Kak Ken lalu melambaikan tangan kanannya. Aku masih bersembunyi di belakang badan laki-laki ini. Aku jadikan tubuh kak Ken yang gede ini sebagai benteng. Mudah-mudahan Chandra gak ngeliat Ya Allah.
Aku mendengar langkah Chandra udah makin dekat. Ya Allah selamatkanlah hamba.
"Lo beli apaan disini?" tanya Chandra pada kak Ken.
"Ini dasi buat ngantor. Lo beli apaan?"
"Ini beli macem-macem." jawab Chandra. Kayaknya Chandra belum lihat aku deh. Alhamdulilah aman.
"Itu siapa yang sembunyi dibelakang lo?"
MAMPUS.
Perlahan aku lalu keluar dari tempat persembunyianku. Menundukkan kepala dalam-dalam karena malu telah ketahuan.
"Kok lo disini!" ucap Chandra sangat kaget. Kak Silvy yang ada disampingnya juga syok.
"LO NGAPAIN DISINI?!" Suaranya keras banget sampek orang-orang yang lagi antri pada noleh ke arah kita.
"KATANYA LO MAU TIDUR. BISA-BISANYA LO BO'ONG YAA."
"KENAPA LO KELUAR MALEM-MALEM?? GAK IJIN SAMA GUE LAGI!!"
"GUE UDAH BILANGIN LO BERKALI-KALI KALO MAU KELUAR ITU IJIN! APA SUSAHNYA SIH TINGGAL CHAT GUE!!!!"
Aku cuma diem sambil dengerin Chandra marah-marah. Kak Silvy coba elus-elus punggung Chandra biar dia gak teriak-teriak. Kak Ken gak bisa bantu apa-apa, dia cuma diem di sampingku.
Oke oke, semua ini memang salahku. Salahku sih karena gak ijin dulu sama Chandra tadi.
"PACARAN TERUS MALEM-MALEM!" ucap Chandra.
Deg.
"Gue gak pacaran!"
Aku gak terima dituduh pacaran. Emang kenyataannya begitu, aku gak pernah pacaran sama Kak Ken kok.
"ALAH GAUSAH BO'ONG LO!!!" teriak Chandra sambil melotot.
"Chan, serius kita gak pacaran." kali ini kak Ken ikut mengelak.
"BULLSHIT!!!" Chandra langsung menarik lenganku. Dia menggelandangku keluar dari toko.
"Chan lepasin!!!" pintaku sembari mencoba melepaskan diri. Chandra gak bergeming, dia terus narik lenganku ini.
"Chan..." Aku mulai menangis. Aku tau aku salah, tapi bukan kayak gini cara dia.
Cengkraman Chandra semakin kencang. Rasanya lenganku mau remuk.
Sakit, bener-bener sakit.
Aku lihat kak Ken lagi lari di belakangku. Dia menyusulku yang lagi digelandang sama Chandra.
"CHAN SAKITTT!!!" teriakku tapi Chandra tetep gak mau lepasin.
"PULANG GAK LO!!!" Chandra masih menarik lenganku.
"Chan Stop!!!" suruh kak Ken yang sekarang sudah berdiri di depan Chandra.
Chandra memberhentikan langkah kakinya, dia kemudian melepaskan cengkramannya dari tanganku dengan kasar.
Aku langsung periksa lenganku, ada bekas tangan Chandra berwarna keunguan disana. Seketika itu air mataku makin deras mengalir.
Aku cuma bisa menangis karena rasa panas dan sakit menjalar di lenganku ini.
"Lo mau apa ha?" tanya Chandra pada kak Ken yang ada dihadapannya.
"Lo jangan kasar-kasar."
"Kasar? Gimana gak kasar kalo ngurus bocah kayak gini! Bocah gak bisa diatur!" Chandra mengacungkan jari telunjuknya tepat di wajahku. Dia menunjukku 'Bocah gak bisa diatur'.
Chandra kemudian maju selangkah mendekati kak Ken. "Didik pacar lo yang bener!"
"GUE GAK PACARAN!!!" teriak kak Ken.
Aku lihat kak Ken sekarang mulai emosi. Aku takut kalo mereka berdua berantem.
"GAUSAH BO'ONG LO BANGSAT!!!" Chandra langsung menarik kerah baju kak Ken. Kak Ken gak mau kalah, dia sekarang juga menarik kerah baju milik Chandra.
"Kak udah." Aku memeluk tubuh Chandra dari belakang, aku mencoba melerai mereka walaupun gak yakin ini akan berhasil.
Hingga akhirnya ada seorang satpam yang menghampiri kita bertiga. Chandra akhirnya melepaskan cengkramannya di kerah baju kak Ken, begitupun kak Ken.
"Pak kalo mau berantem jangan disini ya. Mengganggu kenyamanan pelanggan toko. Silahkan kalian pergi." usir pak satpam.
Ternyata kak Silvy lah yang memanggil satpam itu.
"Ayok pulang." Kak Ken langsung menggandeng tangan kananku.
Tangan Chandra tiba-tiba memegang tangan kiriku juga. Dia gak mau kalo aku pulang bareng kak Ken.
"Lo sama Silvy. Gaby biar sama gue aja." ucap kak Ken lalu melangkahkan kakinya. Tanganku yang masih dipegang sama Chandra coba aku lepaskan.
Tapi gak bisa.
Chandra menahanku.
"Dia sama gue aja anjing!"
Umpatan Chandra seketika membuat langkah kak Ken terhenti. Chandra sukses membuat kak Ken naik pitam.
Kak Ken melepaskan gandengan tangannya pada tanganku. Dia kemudian berbalik menuju ke arah Chandra.
Dengan cepat aku langsung mencegahnya. "Kak Ken udah, gu-gue pulang sama kak Chandra aja."
...***...
Sekarang aku lagi di perjalanan pulang. Di mobil tidak ada pembicaraan sama sekali. Aku cuma menolehkan kepalaku ke arah jendela, sedangkan Chandra fokus memandangi jalanan di depan. Aku gak tahu gimana nasib Kak Silvy yang masih tertinggal di toserba. Mudah-mudahan kak Ken yang nganterin dia pulang.
Chandra memberhentikan mobilnya karena kita telah sampai rumah. Aku buka pintu duluan lalu langsung menuju ke kamar.
"Tunggu." ucap Chandra dari bawah tangga.
Aku berhenti di ambang pintu kamar kemudian Chandra bergegas menghampiri diriku.
"Mana lengan lo? Sini gue liat." tanyanya sambil mengambil lenganku.
Dia menggulung lengan bajuku hingga ke atas. Sekarang dia liat, apa yang baru aja dia perbuat.
"Sakit ya?"
Aku cuma diam mengalihkan pandanganku ke arah lain.
"Ayok dikasih minyak kayu putih dulu."
Aku langsung menghempaskan lenganku dari genggamannya, kemudian masuk ke kamar.
Brakk...
Aku sengaja membanting pintu dengan keras. Biar dia tau, aku sedang sakit hati karenanya. Aku terluka karena ulahnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Gaby keluar!!!!"
"Keluar gak kamu!!!!"
"Aku hitung sampek 3!"
"1"
"2"
"3"
Brakkkk
Suara pintu didobrak dengan paksa. Aku hanya bisa sembunyi dibalik selimut.
"Mama sudah bilang jangan masuk ke kamar Mamaa!!!!"
"Ampun Maa. Jangan dijewer Ma. Lepasin telinga Gaby sakit."
"Sini kamu!!"
Mama menjambak rambut panjangku. Dia menyeretku ke arah kamar mandi. Dia menghidupkan shower air lalu mengarahkannya ke tubuhku. Mama menyiramku padahal tadi sore aku sudah mandi.
Mama kemudian menarik lenganku, dia menyuruhku untuk masuk ke dalam bak mandi yang sudah terisi air. Aku tidak mau, itu dingin.
Tapi Mama memaksa, dia sekarang mengangkat tubuhku. Aku memberontak tapi tidak bisa. Aku mencoba menendang Mama. Satu tendangan berhasil mengenai pipi kiri Mama. Mama sangat marah kemudian memukulku dengan shower.
"Dasar anak nakal!"
"Anak kurang ajar!"
"Anak sialan!"
Mama tidak henti-hentinya memukuliku. Tubuhku sakit semua. Aku merasakan ada cairan hangat yang mengalir melewati pipiku. Aku pikir itu air mata, tapi saat aku melihat ke arah lantai, itu berwarna merah.
Aku berdarah. Bagian manaku yang berdarah. Aku tidak tahu, rasanya semuanya sakit.
"Mama aku berdarah. Tolong lepaskan aku."
Mama tidak mau dengar. Dia tetap memukuliku. Tangisanku semakin keras, tapi mama tetap tidak peduli.
"Mama ampun."
"Mama Gaby menyesal."
"Mama tolong berhenti."
"Mama sakit."
"Mama Gaby sudah kapok".
~
Aku terbangun dengan napas terengah-engah. Aku melirik ke arah jam yang berada di dinding, pukul 02.00.
Apa itu tadi?
Astaga aku mimpi buruk lagi.
Air mata masih mengalir di pipiku. Dengan cepat aku lalu menghapusnya. Aku mencoba menormalkan detak jantungku yang masih berdegup kencang. Aku melihat Teby yang masih ada dipelukan.
"Tidak apa-apa itu tadi cuma mimpi sayang." lirihku pada Teby.
Tiba-tiba air mataku mengalir kembali. Lebih banyak lagi.
Barulah aku menyadari... Itu bukan mimpi tapi itu benar-benar terjadi di masa lalu. Aku peluk Teby kembali. Menangis bersamanya.
Tok tok tok
Sebuah ketukan tiba-tiba terdengar.
"Dek kamu mimpi buruk lagi?"
Kak Chandra?
Aku lalu berlari ke arah pintu dan membukanya.
Tubuh Kak Chandra sedang berdiri disana. Aku langsung memeluknya, menenggelamkan seluruh wajahku didalam dada bidangnya, kemudian menangis sangat kencang disana.
"Kak, mama pukulin aku lagi. Sakit..."
"Gak papa, kakak disini. Jangan takut."
Dia membalas pelukanku. Mendekapku sangat erat. Memberi kehangatan yang tidak pernah aku dapatkan dari dekapan siapapun.
~tbc...