NovelToon NovelToon
Terjebak Nikah Dengan Dosen Killer

Terjebak Nikah Dengan Dosen Killer

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Dosen / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Beda Usia / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Puji170

Agnes tak pernah menyangka, sebuah foto yang disalahartikan memaksanya menikah dengan Fajar—dosen pembimbing terkenal galak dan tak kenal kompromi. Pernikahan dadakan itu menjadi mimpi buruk bagi Agnes yang masih muda dan tak siap menghadapi label "ibu rumah tangga."

Berbekal rasa takut dan ketidaksukaan, Agnes sengaja mencari masalah demi mendengar kata "talak" dari suaminya. Namun, rencananya tak berjalan mulus. Fajar, yang ia kira akan keras, justru perlahan menunjukkan sisi lembut dan penuh perhatian.

Bagaimana kelanjutan hubungan mereka? Apakah cinta bisa tumbuh di tengah pernikahan yang diawali paksaan? Temukan jawabannya di cerita ini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puji170, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

Fajar awalnya hanya ingin memastikan Agnes benar-benar tidur nyenyak, meskipun instingnya mengatakan hal yang berbeda. Namun, saat ia melihat leher Agnes yang sedikit terekspos karena posisi tidurnya, Fajar menelan ludah, dan pikirannya semakin kacau.

Ia mencoba mengalihkan perhatian, namun entah kenapa tangannya malah bergerak untuk membetulkan selimut Agnes. Ketika ia mendekat, Agnes bergerak sedikit, membuat rambutnya tersibak dan memperlihatkan lehernya dengan lebih jelas dibawah sinar lampu.

“Nes…” bisik Fajar, setengah berharap Agnes bangun agar ia punya alasan untuk mundur. Tapi, Agnes tetap terlelap.

Rasa hangat yang menjalar di tubuh Fajar semakin mendominasi, dan ia merasa kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Tanpa sadar, ia mendekatkan wajahnya ke arah leher Agnes. “Cuma lihat sebentar…” gumamnya pelan, seolah membenarkan tindakannya.

Namun, aroma lembut dari kulit Agnes semakin mengacaukan pikirannya. Sebelum ia menyadarinya, bibirnya sudah menyentuh leher Agnes, meninggalkan jejak kecil keunguan di sana. Agnes menggeliat pelan dalam tidurnya, namun tidak terbangun.

Fajar tersadar dan mundur cepat. Apa yang aku lakukan?! Ini gila! pikirnya panik. Ia mengusap wajahnya keras-keras, berusaha mengembalikan kesadarannya. Tapi efek jamu yang dibuat nenek benar-benar membuatnya sulit mengendalikan diri. Akhirnya, di tengah malam, ia terpaksa mandi air dingin untuk menenangkan dirinya.

Esok harinya

Seperti biasa, Agnes berdiri di depan cermin setelah mandi, memastikan wajah dan tubuhnya bersih. Namun, ketika ia memeriksa lehernya, matanya menangkap bekas keunguan samar yang membuatnya terkejut.

“Apa ini?” tanyanya pelan, bingung. Pikirannya langsung melayang pada cerita teman-teman kuliah yang kadang membicarakan bekas seperti ini setelah berciuman. Cupang? Astaga, pikir Agnes, wajahnya memerah.

Dada Agnes naik turun, rasa kesal dan malu bercampur jadi satu. Ia segera keluar kamar dan menghampiri Fajar yang masih terlelap di sofa.

“Pak Fajar, bangun!” panggilnya dengan nada tinggi, berdiri tegak dengan tangan terlipat di dada. Namun, Fajar tetap diam, tak bergerak sedikit pun.

“Pak Fajar, jangan bercanda! Aku tahu Bapak sudah bangun dari tadi. Kalau Bapak nggak merespons, aku ngadu sama Nenek soal pernikahan kita!” ancam Agnes dengan suara lebih tegas.

Setelah mereka tidur di satu kamar, mereka sepakat jika Fajar tidur di sofa sementara Agnes tidur di ranjang. Sebagai imbalannya, Agnes harus berakting di depan nenek Grace agar pernikahan mereka terlihat baik-baik saja, dan bukan karena terpaksa.

Mendengar ancaman itu, Fajar akhirnya membuka selimut yang menutupi tubuhnya. “Kamu ngancem aku? Wow, udah berani banget sekarang,” komentarnya santai dengan senyum tipis di wajahnya.

Agnes menggigit bibir bagian dalam, menahan rasa malu. Sejak menikah dengan Fajar, ia memang bertekad untuk lebih berani. Dan sekarang, ia benar-benar merasa berbeda—lebih tegas, tidak mudah ditakuti. Sementara itu, Fajar lebih lembut dan terkadang mengalah.

“Ah… sudahlah, Pak. Jangan terlalu memuji. Yang aku mau tanyakan sekarang, kenapa leherku bisa begini?” Agnes menunjuk lehernya dengan nada suara menuntut.

Fajar terdiam sejenak, menatap bekas itu dan langsung menyadari apa yang dimaksud Agnes. Wajahnya sedikit memerah, tapi ia berusaha tetap santai. “Lho, kok tanya saya? Itu kan leher kamu. Mana saya tahu,” jawabnya asal, mencoba menghindari topik tersebut.

Agnes mendengus kesal. “Pak Fajar, jangan main-main! Bekas ini jelas nggak mungkin muncul sendiri. Kalau ini ulah Bapak…”

Sebelum Agnes selesai bicara, Fajar buru-buru angkat bicara, “Ya udah, Nes, anggap aja itu salah jamu nenek. Aku nggak sengaja, kok. Jangan marah, ya.”

Agnes tertegun mendengar pengakuan itu. Pipinya memerah, campuran antara malu, marah, dan bingung. “Jamu nenek?! Pak Fajar! Jangan buat alasan yang nggak masuk akal!"

"Jadi alasan yang masuk akal seperti apa?" Fajar berdiri dari sofa dan kini berhadapan langsung dengan tubuh Agnes yang hanya sampai sedadanya. Ia tersenyum menggoda. "Aku suka dengan leher kamu?"

Seketika itu Agnes menelan ludahnya kasar, niat hati mau marah pagi-pagi karena kesalahan Fajar berakhir dirinya yang dibuat berdebar-debar. Belum sempat Agnes menormalkan detak jantungnya, Fajar berkata lagi, "Perlu aku tambahin lagi nggak? Itung-itung pahala buat istri sholehah?"

"Pak Fajar!"

Fajar terkekeh geli mendengar teriakan Agnes yang kini sudah seperti candu baginya. Ia mengamati wajah Agnes dengan senyum tipis, lalu bertanya dengan nada menggoda, "Nes, aku lihat wajahmu merah, kamu sakit?"

Agnes berusaha mengatur napasnya, merasakan panas yang semakin menjalar di wajahnya. Pandangannya tajam menatap Fajar, namun hatinya terasa campur aduk. Marah, malu, bingung—semuanya bercampur menjadi satu. "Ih... apaan sih, Pak. Udah, pokoknya lain kali kalau nenek bikin apa-apa lagi, jangan diminum. Aku nggak mau jadi korban terus," ujarnya dengan suara yang sedikit gemetar, mencoba menahan amarah dan rasa malu yang begitu menguasai dirinya.

Setelah mengucapkan kalimat itu, Agnes langsung bergegas masuk ke kamar mandi, berusaha menenangkan jantungnya yang berdetak tak karuan. Setiap detik di sana terasa semakin berat, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi.

Pagi itu, seperti biasa, Fajar, Agnes, dan nenek Grace memulai hari dengan sarapan bersama. Namun, kali ini ada yang berbeda. Nenek Grace menatap Agnes tanpa berkedip, matanya seperti meneliti sesuatu di balik penampilan cucu menantunya itu.

"Nes, kamu nggak kepanasan kalau pakai syal tebal seperti itu?" tanya nenek Grace, suaranya terdengar agak cemas karena melihat Agnes yang tampak terbungkus syal tebal di pagi yang sebenarnya tak terlalu dingin.

"Enggak, Nek. Cuaca memang sedang dingin, aku takut masuk angin jadi pakai syal ini," jawab Agnes dengan suara yang sedikit tertahan, berusaha menyembunyikan perasaan yang tak ingin terlihat.

Nenek Grace mengangguk, tapi matanya tak lepas dari Fajar yang kini terlihat tersenyum-senyum sendiri. Grace sedikit paham sekarang. Mungkin efek dari jamu yang ia buat semalam membuat cucu menantunya ini berusaha menutupi sesuatu yang seharusnya tidak dilihat orang lain.

"Fajar, tolong ambilkan syal Nenek di lemari. Kasian istrimu kalau pakai syal tebal itu. Kamu ini, kalau main lihat-lihat situasi, kan Agnesnya yang malu," kata nenek Grace sambil tersenyum nakal.

Agnes yang sedang meneguk susu tiba-tiba terdedak mendengar kalimat vulgar dari nenek Grace. Ia menatap nenek dengan mata yang terbuka lebar, merasa seolah dunia berhenti sejenak. "Nenek, ini semua nggak seperti yang nenek pikirkan," katanya dengan suara serak, berusaha menenangkan diri meskipun hatinya mulai berdebar.

"Memang nenek mikir apa?" tanya nenek Grace dengan ekspresi penuh teka-teki.

Agnes merasa seperti di-scheck-mat, seolah seluruh dunia seketika mengepungnya. Ia baru sadar, dari mana asal sikap Fajar yang nyebelin itu. Tentu saja, dari nenek Grace Alaska. Kali ini, Agnes berjanji pada dirinya sendiri—akan membalas Fajar dengan cara yang tak terduga.

1
Hayurapuji
hallo semua, pembaca cerita fajar dan Agnes, yuks beri like dan komentarnya agar autor semakin semangat updatenya. terimakasih sebelumnya 🤗🤗
Hayurapuji
emmmmmm
Ismi Kawai
bagus banget, bikin betah bacanya!!!
Hayurapuji: terimakasih kakak
total 1 replies
Ismi Kawai
semangat shay ...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!