Airin dan Assandi adalah pasangan suami istri yang saling dijodohkan oleh kedua orang tuanya dari kecil. Namun Assandi sangat tidak suka dengan perjodohan ini. Dia merasa ini adalah paksaan untuk hidupnya, bahkan bisa bersikap dingin dan Kasar kepada Airin. Namun Airin tetap sabar dan setia mendampingi Assandi karena dia sudah berjanji kepada orang tuanya untuk menjaga keutuhan rumah tangga mereka. Akankah Airin sanggup bertahan selamanya? Ataukah Assandi akan luluh bersama Airin? Atau malah rumah tangga mereka akan retak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DewiNurma28, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Pertama Sekolah Setelah Sakit
Pagi ini tepatnya di hari senin, Airin sudah diizinkan Kakek Leo untuk pergi ke sekolah.
Dia dengan senang hati akan berangkat ke sekolah bersama dengan Assandi.
Karena selama dia di rumah Kakek Leo, Assandi tidak diperbolehkan pulang oleh Kakeknya.
Jadi dia harus tetap berada di sana menemani Airin yang memang sebelumnya sedang sakit.
Kini mereka berdua sedang bersiap untuk berangkat ke sekolah.
Tidak lupa juga, Airin menyiapkan bekal untuk mereka.
Bekal yang berisi nasi, oseng telur dan sayur, beserta udang yang sudah dibakar pedas manis.
Airin membuat itu karena Assandi sangat menyukai udang bakar. Sehingga pagi ini dirinya semangat memasak untuk Assandi.
Jarang sekali laki-laki itu mau membawa kotak bekal buatannya. Jika saat itu dia membawanya, itupun Airin yang memasukkannya di tas.
Sekarang, Assandi lah yang mengambil sendiri kotak bekal berbentuk bola itu untuk dimasukkan ke dalam tasnya.
Airin mengukir senyum di bibirnya, dia sangat senang suaminya itu mau mengambil sendiri bekal buatannya.
Dia juga segera memasukkan perbekalannya. Agar Assandi tidak menunggunya lama.
Mereka berdua masuk ke dalam mobil menuju ke sekolah. Assandi kali ini mengemudikan mobilnya dengan tenang.
Dia tidak ingin merasa terburu-buru menuju ke sekolah. Karena jam masih menunjukkan pukul enam pagi.
Airin sesekali menoleh menatap suaminya, dia tersenyum tipis melihat ekspresi wajah Assandi yang serius saat mengemudi.
Ditambah lagi saat ini Assandi mengenakan hodi berwarna abu yang menambah ketampannya.
Airin menunduk malu membayangkan tubuh ideal suaminya itu.
Assandi bisa merasakan gerakan kecil dari Airin, dia berdehem untuk menetralkan suasana.
"Ehem."
Airin mengangkat kepalanya menoleh ke arah Assandi.
"Ada apa mas? Apa kamu sakit?"
Assandi menggeleng pelan, "Kamu kenapa senyum-senyum sendiri tadi?"
Airin terkejut malu, "Ah itu ta-tadi, nggak apa-apa kok mas."
Dia menunduk malu ternyata Assandi memergoki dirinya yang tersenyum memandangnya.
Assandi menepikan mobilnya dan berhenti di pinggir jalan.
Dia memajukan tubuhnya menatap Airin, membuat perempuan itu terkejut dan deg-degan.
Karena wajah mereka sangat dekat dan tubuh Assandi hampir memeluknya.
"Jangan lupa pasang sabuk pengamannya."
Assandi menarik sabuk pengaman Airin dan memakaikannya di tubuh istrinya.
Dia kembali ke tempat duduknya kemudian melajukan kembali mobilnya.
Airin tersipu malu karena dia merasa kepedean menebak Assandi akan menciumnya.
Padahal laki-laki itu hanya ingin memakaikan sabuk pengamannya.
Haisshh, malunya aku bagaimana ini. - Batin Airin.
Dia menoleh menatap keluar jendela untuk menyembunyikan rasa malunya.
Assandi bisa melihat rona merah di pipi Airin. Dia tersenyum kecil karena tingkah lucu dari istrinya itu.
Kini mobil mereka sudah memasuki halaman parkiran sekolah.
Assandi keluar terlebih dahulu baru kemudian disusul oleh Airin.
Banyak mata yang memandang terkejut melihat mereka berangkat berduaan satu mobil.
Karena selama ini mereka belum pernah sekalipun berangkat maupun pulang bersama.
Sehingga membuat seluruh warga sekolah terheran-heran.
Airin bisa melihat itu, semua siswa memandangnya rendah. Dia menunduk malu untuk menghindari para wajah yang meremehkannya.
Assandi sudah berjalan lebih dulu meninggalkan Airin yang masih menunduk malu.
Dia tidak memperdulikan Airin di belakangnya. Assandi malah menghampiri Rosy yang juga baru datang dengan sopir pribadinya.
Hati Airin kembali dibuat sedih oleh Assandi, karena dia memilih bertemu dengan Rosy ketimbang berjalan bersama dengan dirinya.
Dia melangkah pelan menuju kelasnya dengan perasaan campur aduk.
Apalagi saat ini banyak siswa yang menggosip tentang dirinya.
Bahkan ada yang terang-terangan mengatakan dirinya sebagai pelacur.
"Hei Airin, nggak capek apa jadi pelacur murahannya Assandi, hahaha." Ucap salah satu siswa berambut panjang.
"Hahaha, iya tuh. Nggak tau diri banget jadi orang, sadarlah kamu. Jangan ngintil Assandi terus." Saut siswa berambut pendek.
Hati Airin sangat teriris nyeri, dia sebenarnya sudah terbiasa dengan olokan seperti ini.
Tapi sekarang dia merasa sangat sakit hati, pasalnya dia tidak pernah bersentuhan dengan Assandi.
Apalagi untuk menjadi pelacurnya. Itu merupakan fitnah yang kejam terhadap dirinya.
Tapi mau bagaimana lagi dia tidak bisa melawan mereka semua. Karena siswa di sekolahannya ini adalah anak orang kaya.
"Ups, dia kan sudah menikah ya dengan Assandi. Tapi nikah bohongan, hahaha." Ucap siswa berambut kriting.
Airin mulai meneteskan air matanya, dia berlari menuju toilet untuk melampiaskan amarahnya.
Dari kejauhan Nando bisa melihat Airin yang menangis akibat bullyan semua siswa.
Dia ikut berlari mengejar Airin yang menuju toilet. Nando mencekal lengan Airin dan menariknya menuju halaman belakang sekolah.
Disana Airin menunduk menangis sesenggukan. Dia tidak bisa lagi menahan air matanya.
"Hiks, hiks, hiks, aku sebenarnya salah apa dengan mereka. Sehingga semua membenciku dan mengucapkan kata-kata yang kasar." Isaknya.
Nando menggenggam erat tangan Airin, dia menarik tubuh Airin kepelukannya.
"Kamu yang sabar ya Rin, pasti semua ini akan berlalu."
"Hiks, hiks, tapi sampai kapan Mas. Aku sudah lelah, selama tiga tahun ini menerima cacian dari mereka karena menikahi Mas Sandi."
Nando menatap sedih Airin, dia semakin mempererat pelukannya.
Karena dia juga merasa bersalah tidak bisa melindungi Airin disaat perempuan itu diserang oleh semua siswa.
Airin melepaskan pelukannya, dia mengusap air mata yang membasahi pipinya.
Kemudian dia menatap Nando penuh tanda tanya, "Kok Mas Nando ada disini?"
Nando hanya nyengir menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Ini juga kok kamu pakai seragam sekolah kami?"
Nando menghela napas pelan, "Aku sebenarnya sekolah disini Rin."
"Hah, kamu siswa sini? Kok aku baru tau mas."
"Hehe iya, aku murid baru. Orang tuaku sekarang tinggal di sini."
"Wah, jadi kamu sudah tidak di luar negeri lagi?"
Nando mengangguk mantap, "Aku sekarang akan tinggal lebih lama di negara kita. Mungkin aku akan kuliah disini juga."
Mata Airin berbinar, "Serius mas? Kamu akan kuliah disini? Di kampus mana? Aku akan senang jika bisa sekampus denganmu."
Nando terkekeh gemas, dia mencubit hidung Airin hingga merah.
"Awww, Mas Nando. Sakit tau." Rengek Airin.
Nando masih tertawa gemas melihat Airin yang memegang hidungnya.
"Lagian kamu lucu ya, sudah punya suami kok ingin nempel sama aku lagi."
Airin mendadak merubah raut wajahnya. Dia mengingat Assandi yang memang sekarang sudah menjadi suami sahnya.
"Kenapa Rin?" Tanya Nando yang melihat perubahan raut wajah Airin menjadi sedih.
"Apa aku salah bicara?" Lanjut Nando.
Airin menggeleng pelan, "Tidak kok Mas."
"Lalu?"
"Yang kamu katakan benar, aku memang sudah bersuami. Tapi..."
Nando mengangkat satu alisnya, "Tapi kenapa?"
Airin menggeleng lagi, "Ah bukan kok, aku kembali ke kelas dulu ya Mas."
"Mau aku antar?"
"Tidak usah, aku akan kesana sendiri. Takutnya nanti semua siswa akan memandang kita yang aneh-aneh."
Nando menatap sendu mata Airin, dia bisa melihat rasa sedih di mata itu.
"Aku ke kelas dulu ya Mas." Lanjut Airin yang berlalu begitu saja tanpa menoleh menatap Nando.
Laki-laki itu hanya diam menatap sedih kepergian Airin.
Maafkan aku Rin, kamu mengalami hidup seperti ini karena diriku. - Batin Nando.
Dia kemudian berjalan menuju kelasnya dengan perasaan bersalah.
Dibalik semua itu ada seseorang yang mengintip mereka. Orang itu mengepalkan kedua tangannya dan menggeram.
Dia sangat murka melihat pertemuan dua sijoli tadi dengan pelukan mesra. Hatinya merasa terbakar cemburu melihat kedekatan Airin dan Nando.
Kisah cinta yang cuek tetapi sebenarnya dia sangat perhatian.
Alurnya juga mudah dipahami, semua kata dan kalimat di cerita ini ringan untuk dibaca.
Keren pokoknya.
The Best 👍