Arsya di paksa pulang ke rumah untuk mengasuh sang kakak,dan setelah sang kakak tiada Arsya di paksa menjadi pengganti,karena memiliki wajah yang hampir sama persis.
yang pada awalnya Arsya terpaksa pada akhirnya Arsya terbiasa hingga tanpa sadar Arsya menjadikan sang kakak setengah dari dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
perasaan Aslan
Sudah seminggu lebih Arsya tinggal di apartemen Aslan,dan selama seminggu ini Arsya tidak pernah menginjakkan kaki di pintu keluar, karena Aslan melarangnya.
"jangan kemana-mana,kamu belum sembuh!, kalau pengen apa-apa kabarin aku aja!"perintah Aslan saat hendak ke kantor.
Sebenarnya Arsya bisa saja pergi keluar tapi karena dia juga tidak punya tujuan jadi memutuskan untuk menetap, sampai dia benar-benar sembuh pikir nya.
keseharian Arsya disana begitu membosankan tidak ada yang bisa Arsya lakukan selain beberes,dan terkadang Arsya hanya tiduran sampai Aslan kembali dari kantor.
"gue harus cari kerjaan!"tekad Arsya dengan penuh keyakinan.
"ngak mungkin gue terus-terusan numpang di sini kan?"
"ya! Besok gue akan mulai cari kerja!"
Arsya sudah bertekad untuk mencari pekerjaan,tidak mungkin dia melanjutkan kuliah nya, biayanya tidak sedikit dan sekarang Arsya tidak memiliki uang sepeser pun.
.
.
.
"Pa! Apa hari ini Aslan harus lembur juga?"
"jangan banyak tanya! Kau sudah berjanji,janji harus di tepati,jangan jadikan temanmu itu sebagai alasan, Papa tidak akan menerima nya lagi!".
Malam sudah menunjukkan jam setengah 10 dan Aslan belum juga kembali.
"apa dia tidak kembali kesini ya?"tanya Arsya pada dirinya.
"biasanya ngabarin!"
"loh! Kok malah nungguin!"
"ngak boleh Arsya! Dia bukan siapa-siapa loe,ngak usah mikirin dia!"tekan Arsya mencoba menenangkan fikiran nya yang terus memikirkan Aslan.
Baru saja di omongin Arsya mulai mendengar suara orang memasukkan sandi,dan Arsya yakin kalau itu adalah Aslan.
"kok belum tidur?"tanya Aslan merebahkan tubuhnya di sofa tepat di samping Arsya yang sedang menonton televisi.
Terlihat begitu jelas dari wajah Aslan kalau dia begitu kelelahan.
"belum ngantuk!,Lembur ya?"tanya Arsya.
"Hem, mungkin besok juga lembur!"
"kamu udah makan?"lanjut Aslan bertanya takut Arsya belum makan malam.
"udah! Gue bukan anak kecil yang harus selalu di ingetin makan."
"iya tau, cuman takut kamu belum makan!".
"loe sendiri udah makan?"tanya balik Arsya dengan mata yang terus menonton dramanya.
"belum!"
"sok-sokan ngingetin orang,loe sendiri aja belum makan!"ejek Arsya bangkit dari duduknya.
"mau kemana?"tanya Aslan Manahan tangan Arsya,sontak mata mereka bertemu dalam seperkian detik.
"masak! Belum makan kan?"putus Arsya terlihat gugup.
Dengan begitu kikuk Aslan juga melepaskan tangannya.
30 menit berlalu Arsya sudah selesai dengan ritual memasak nya,hanya nasi goreng dan telur ceplok.
"Aslan! Makan dulu yok!"ajak Arsya mencoba membangunkan Aslan yang sudah tertidur.
"eum!"jawab Aslan masih belum membuka matanya.
"bangun dulu!"perintah Arsya dan Aslan langsung membuka matanya karena mendengar suara Arsya yang sedikit keras.
"katanya loe ngak akan sering kesini karena ada gue?"tanya Arsya sambil menunggu Aslan menyelesaikan makannya.
"kan kemarin kamu masih sakit! Kalau aku ngak kesini ngak ada yang bakalan nge jagain kamu kan?"
"tapi gue udah sehat sekarang! dan besok gue bakalan cari kerjaan,biar bisa cepat pindah dari sini."
Aslan menghentikan makannya dan menatap Arsya"loe bakalan kerja! Kerja dimana?"tanya Aslan serius.
"ngak tau! Besok nyari dulu biar tau!"
Aslan sangat ingin melarang Arsya untuk tidak berkerja tapi Aslan sadar kalau dia bukan siapa-siapa Arsya.
.
.
Pagi harinya Arsya sudah siap dengan setelah terbaiknya,celana jeans longgar di padukan dengan kemeja biru sangat perfect bagi Arsya.
Dia berencana mencari pekerjaan di salah satu cafe sebagai pelayan karena dia sudah sering melakukan nya dulu sewaktu SMA,dan Arsya rasa dia akan gampang mendapatkan pekerjaan itu.
"mau pergi?"tanya Aslan dari arah dapur.
"iya! loe ngak ke kantor?".
"makan dulu!"perintah Aslan tanpa menjawab pertanyaan Arsya.
Arsya duduk dimeja makan dan menikmati sarapannya, sedangkan Aslan masuk kedalam ruang kerja untuk berganti pakaian dengan setelan kantor.
"udah selesai ayo berangkat!"ajak Aslan melangkah keluar terlebih dahulu.
Arsya terlihat penasaran dengan sikap Aslan"dia kenapa sih?".
"gue bisa berangkat sendiri!"ucap Arsya memecah keheningan di dalam lift.
"gue yang bakalan nganterin!"dingin sangat dingin, Arsya tidak akan bisa membantahnya dan baru kali ini Arsya mendengar Aslan berbicara seperti itu padanya.
Dalam perjalanan, Aslan tidak berbicara sedikit pun entah apa yang dipikirkan oleh nya.
"ngelarang ngak sih?"tanya Aslan dalam hati.
"kalau gue ngelarang,gue siapa nya dia,tapi kalau ngak,gue juga ngak tenang!"Aslan terus berdebat dengan fikiran nya. Sampai Arsya meminta Aslan untuk menghentikan mobilnya.
"kenapa berhenti disini?"tanya Aslan.
"gue bakalan mulai dari sini!"
"di restoran?".
"iya,jadi pelayan!"jawab Arsya dan Aslan semakin sangat ingin melarang Arsya.
Tapi apa daya Aslan, dia tetap tidak bisa melakukannya.
.
.
.
usaha Arsya tidak sia-sia dia mendapatkan pekerjaan meski itu sebagai pelayan di salah satu cafe yang baru saja buka, Arsya merasa sangat senang sekarang,dia merasa seakan kehidupannya sudah kembali seperti dulu.
sedangkan Aslan yang tidak mendapat kabar dari Arsya terus menatap handphone nya, berharap Arsya akan mengirim nya pesan,tapi itu tidak kunjung terjadi.
"cari tau Arsya udah pulang apa belum!".
Brian yang mendapat perintah dari Aslan langsung menancap gas motornya dan membelah jalanan menuju ke apartemen Aslan,tapi sampai disana dia tidak mendapati Arsya dan kembali memberi laporan kepada Aslan.
"cari di area ini dia mencari pekerjaan disana!"kembali Aslan memberi perintah pada Brian dan dengan patuh dia melajukan motornya kesana.
"tunggu dulu!"Arsya yang merasa seseorang menyuruhnya menunggu menghentikan langkahnya dan berbalik ke arah belakang.
Seorang cowok menghampirinya tapi Arsya tidak tau itu siapa.
"maaf! Siapa ya?"tanya Arsya saat melihat cowok itu berhenti di depannya.
"kau meninggalkan ini!" Arsya terkejut dia tidak percaya telah meninggalkan HP-nya.
"thanks ya! Gue ngak tau kalau ini ketinggalan!"
"ngomong-ngomong ketinggalan dimana ya?"tanya Arsya karena benar-benar tidak ingat.
"di cafe story world"jawab cowok itu.
"gue juga kerja disana dan kita bakalan sering ketemu,gue Bimo nama loe siapa?"tanya cowok itu seraya mengajak salaman Arsya.
"Arsya!"jawab Arsya membalas salaman Bimo .
"salam kenal Arsya!"
"iya! Salam kenal juga!".
"kak Arsya!"Arsya menoleh dan mendapati Brian sudah menunggu nya di pinggir jalan.
"gue pamit duluan ya! Udah dijemput soalnya."
"iya hati-hati".
Arsya berjalan menghampiri Brian"kenapa kesini?"
"di suruh jemput!"
"sama siapa?"tanya Arsya tidak tau.
"siapa lagi kalau bukan bang Aslan!"
"ayo naik!"perintah Brian.
"kamu adeknya Aslan?"tanya Arsya sedikit berteriak karena takut tidak kedengaran.
"iya! Kemaren waktu kamu sakit aku juga ikut Mama kesana makanya aku tau!"jelas Brian juga sedikit berteriak karena suara motor nya yang begitu keras.
"oh kebetulan banget dong!"
"aku pikir tadi kenapa kamu ada disana, rupanya di suruh Aslan!"lanjut Arsya.